"Peringatan Bapak Presiden dalam pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali, Oktober tahun lalu dengan merujuk Game Of Thrones menjadi kenyataan. Musim dingin telah tiba. Kita harus mampu menghadapinya," kata Perry dalam Pertemuan Tahunan BI (PTBI) di Hotel Raffles, Jakarta, Kamis (28/11/2019).
Menurutnya, sepanjang tahun 2019 ini pertumbuhan ekonomi dunia sedang tidak ramah. Hal tersebut memberikan dampak yang signifikan yakni penurunan globalisasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Namun, menurut Perry pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dalam taraf yang cukup baik. Bahkan, jika dibandingkan dengan negara lain yang sampai mengalami krisis hingga resisi, Indonesia masih dalam kondisi 'aman'.
"Kita bersyukur di tengah memburuknya ekonomi global, kinerja dan prospek ekonomi Indonesia cukup baik. Stabilitas terjaga. Momentum pertumbuhan terus berlanjut. Sementara sejumlah negara mengalami resesi atau bahkan krisis," papar dia.
Menurut Perry, dengan prestasi pemerintah menjaga angka inflasi di level 3,1%, kemudian penguatan rupiah, peningkatan cadangan devisa, dan sebagainya, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin baik.
"Inflasi rendah, sekitar 3,1%. Di samping kebijakan BI, stabilitas rupiah, didukung terjaga keseimbangan neraca pembayaran, cadangan devisa meningkat. Stabilitas sistem keuangan terjaga. Permodalan tinggi, NPL rendah, lukuiditas cukup. Kredit perbankan yang tumbuh terbatas pada 2019 akan meningkat pada 2020 dengan turunnya suku bunga dan membaiknya prospek ekonomi. Dalam jangka menengah, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia akan semakin baik," pungkasnya.
(das/das)