Bakar duit sendiri merupakan istilah yang kerap disebut dalam pengembangan perusahaan rintisan atau startup. Seperti apa konsep itu?
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi menjelaskan, startup apalagi yang menyandang status unciorn ataupun decacorn di Indonesia saat ini dalam posisi merugi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menjelaskan, pengeluaran perusahaan membengkak karena untuk berbagai keperluan seperti memberi diskon atau cashback.Tujuannya, untuk menarik pengguna dan mengembangkan pasar.
Sejumlah pengeluaran untuk menarik pengguna inilah yang disebut bakar duit.
"Pengeluaran besar dipakai untuk akuisisi pengguna sekitar Rp 100-150 ribu per pengguna. Belum lagi untuk promo diskon atau cashback. Ini yang kemudian disebut bakar uang," jelasnya.
Menurutnya, jalan keluar dari bakar duit ialah melakukan efisiensi. Serta, mencari sumber pembiayaan lain.
"Solusi dari bakar uang ini, selain efisiensi dan mengubah strategi bisnis termasuk menghilangkan promo cashback dan diskon adalah masuk ke pasar modal. Sehingga, yang tadinya merugi bisa jadi akan jadi untung bagi investor karena akan masuk dana publik," paparnya.
(ara/ara)