Namun, koperasi kini punya citra yang tidak begitu baik dan hanya identik dengan usaha kecil.
Demikian disampaikan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki kepada Tim Blak-blakan detikcom di Cibinong, Jawa Barat, Minggu (1/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hal itu berbeda dengan di negara lain. Sebut saja, Selandia Baru dengan koperasi susunya menjadi motor penggerak industri di sana.
"Kayaknya ada yang keliru dalam pengelolaan koperasi di kita," katanya.
Teten mengatakan, kondisi ini tidak bisa diteruskan. Perlu terobosan agar koperasi punya peran besar dalam perekonomian nasional. Dia menuturkan, koperasi seharusnya memberikan kemudahan dalam usaha. Lalu, di dalam koperasi ada solidaritas dalam mengonsumsi produk dan simpan pinjam, sehingga menjadi kekuatan ekonomi.
"Tapi harus menjadi sebuah kesadaran dari masyarakatnya sendiri. Dan kalau kita lihat di luar yang saya sebut tadi koperasi di koperasi produksi, sektor riilnya. Di kita lebih banyak berkembang koperasi simpan pinjamnya," ujarnya.
Dia mengatakan, saat ini pihanya akan fokus mendesain koperasi dengan gaya baru yang lebih modern. Koperasi ini punya tujuan untuk melahirkan wirausaha-wirausaha baru.
"Saya mau fokus tadi coba memulai mendesain koperasi gaya baru lah, lebih modern menggunakan teknologi di sektor produksi. Kita coba sekali lagi. Selain introduce koperasi yang modern di kalangan mahasiswa, pesantren. Saya kira butuh menambah entrepreneur baru, kita harus mulai masuk usia dini, dari sekolah dari kampus," paparnya.
Pada kesempatan ini, Teten juga mengatakan, koperasi punya ancaman baru yakni financial technology (fintech). Dia mengatakan, koperasi harus berbenah jika tidak mau tergilas oleh bisnis keuangan berbasis teknologi.
"Orang butuh pinjaman yang cepat, dekat dengan mereka, walaupun sekarang dengan fintech, kehadiran fintech jauh lebih cepat pelayanannya. Ini saya juga selalu mengatakan, kalau kalian nggak modernisasi pelayanan dengan penggunaan teknologi modern akan habis dengan bisnis keuangan teknologi," papar Teten.
(zlf/zlf)