"Pak Presiden sudah meminta untuk tahun depan diusahakan tidak impor lagi dan kami sudah mengoordinasikan ini dengan perajin-perajin logam di berbagai daerah, terutama di Jawa, dan sudah terhubungkan dengan bahan baku Krakatau Steel," ujar Teten ditemui di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Sabtu (14/12/2019).
Menurut Teten, target itu memungkinkan sebab segala jenis persiapan yang dibutuhkan sudah tersedia sebagaimana dibutuhkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Teten mengakui, Indonesia terbilang tertinggal dalam hal memproduksi alat tersebut.
Menurut Teten, mengutip data Kementerian Perindustrian RI, kebutuhan cangkul di dalam negeri ialah mencapai 10 juta cangkul per tahunnya, sementara kemampuan produksi dalam negeri baru mencapai 3 juta cangkul per tahun, di mana 2,5 juta di antaranya diproduksi usaha besar, dan 500.000 lainnya diproduksi UMKM.
Akan tetapi, bila pemerintah dapat berkontribusi lebih, maka kemampuan produksi di Indonesia sebenarnya sudah terbilang cukup.
"Tapi setelah kami inventarisasi lagi, kemampuan kita sebenarnya mencukupi, Jawa Barat itu bisa produksi 4 juta, Jawa Tengah bisa 3 juta, Jawa Timur bisa 3 juta, total itu saja sudah 10 juta pacul kan," tuturnya.
Menurutnya, yang melemahkan kemampuan produksi cangkul dalam negeri selama ini karena kurangnya koordinasi antar pendistribusian bahan baku dengan perajinnya.
"Nah persoalannya sekarang kan ini karena tidak terhubung, antara bahan baku dengan perajin. Perajin ini juga mencari, menyebar di mana-mana," imbuhnya.
Isu impor cangkul mengemuka setelah Kementerian Perdagangan (Kemendag) menemukan sejumlah pacul diimpor secara ilegal di Surabaya dan Tangerang. Pacul tersebut diimpor dalam bentuk siap pakai.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) tentang impor pacul. Langsung klik halaman selanjutnya
Simak Video "Kemenkop UKM Tegaskan Tak Pernah Larang Warung Madura Beroperasi 24 Jam"
[Gambas:Video 20detik]