Fakta di Balik Garuda Tauberes yang Bikin Erick Thohir Tergelitik

Fakta di Balik Garuda Tauberes yang Bikin Erick Thohir Tergelitik

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Kamis, 19 Des 2019 07:16 WIB
Foto: Garuda Tauberes (Fauzan Kamil/Infografis detikcom)
Jakarta - Maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) kembali menjadi sorotan. Bukan karena skandal Harley Davidson, Garuda jadi sorotan karena cucu usahanya PT Garuda Tauberes Indonesia.

Nama Garuda Tauberes tiba-tiba mencuat ke publik karena disinggung Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang tak tahu bidang bisnisnya. Erick bahkan sampai ngakak saat menyebut nama cucu usaha Garuda tersebut. Potongan video saat Erick tertawa keras menyebut Tauberes pun mudah ditemui di dunia maya.

Inisiator sekaligus Direktur Teknologi Garuda Tauberes Indonesia, Gisneo Pratala, pun buka suara mengenai tempatnya bekerja. Dia bercerita, dari segi nama Garuda Tauberes tak dibuat secara asal-asalan. Dia menerangkan, Tauberes sendiri merupakan singkatan yang menggambarkan bisnis perusahaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tauberes ini sebenarnya singkatan, T transportation, A airlines, U utilities, B beneficial, E effective, R reliable, E efficient, S itu safe," katanya kepada detikcom, Selasa (17/12/2019).

"Jadi, Tauberes sebenarnya kita memanfaatkan transportasi berdasarkan pesawat supaya membuat orang lebih untung, efektif, efisien, terjaga dan aman," tambahnya.

Dia menambahkan, nama Tauberes juga menyesuaikan dengan pemikiran milenial yang berupaya memberikan nama unik. Hal itu sebagaimana perusahaan rintisan lain seperti halnya Jalan Tikus, Males Banget, dan lainnya.

"Ini sebenarnya namanya aja kita konsep bener-bener mikir banget, karena yang diri'in (mendirikan) milenial kita semangatnya bikin startup, startup kan namanya aneh ada Jalan Tikus, ada Males Banget, ada Gojek, jadi semangat yang diusung itu gimana caranya supaya Tauberes bisa dikenal di masyarakat dengan nama yang unik lah," jelasnya.

Siapa saja yang bekerja?

Gisneo Pratala melanjutkan, perusahaan tempatnya bekerja diisi oleh orang-orang milenial. Dia bilang, orang yang bekerja di Garuda Tauberes berumur sekitar 22 sampai 38 tahun.

"Jadi timnya Tauberes isinya milenial semua umurnya 22 tahun sampai umur 38 tahun, jadi itu range umurnya," katanya.

Dia menjelaskan, aset perusahaan ini kecil yakni sekitar Rp 2 miliar. Menurutnya, hal itu sebagaimana perusahaan rintisan yang tidak mengedepankan aset.

"Secara pendirian pun asetnya sedikit, kurang dari Rp 2 miliar, karena memang semangat kita ini bagaimana caranya membuat startup berbasis teknologi, kita nggak mengedepankan aset. Kalau misalkan perusahaan zaman dulu asetnya banyak sampai triliunan, ratusan triliun," katanya.

"Kita penginnya bahkan tanpa aset, kalau bisa asetnya Rp 0. Kita lihat Facebook, kan perusahaan nggak punya jurnalis tapi punya konten, Alibaba nggak punya toko fisik tapi bisa jualan," sambungnya.

Tambahnya, Garuda Tauberes punya 15 orang dalam tim kerjanya. Kemudian, lokasi kerjanya pun terdiri dari dua lokasi yakni Jakarta dan Yogyakarta.

"Sekitar 15 orang, kecil banget, dan tech-nya, teknologinya di Jogja, jadi kalau di Jogja biayanya lebih murah, kita gimanapun caranya nggak ngeluarin uang banyak-banyak. Kantornya di Gunung Sahari Jakarta, tapi kalau kantor teknologinya, orang-orang tech-nya di Jogja," tutupnya.

Bagaimana Garuda Tauberes cetak cuan?

Gisneo Pratala mengatakan, Garuda Tauberes ialah perusahaan rintisan fasilitator logistik. Gisneo mengklaim pihaknya bukan perusahaan kurir, namun punya tujuan untuk mengirim barang di hari yang sama atau sameday.

"Kita di Tauberes nggak punya pesawat, kita nggak punya kurir, tapi kita bisa ngirim paket, kargo dan sebagainya itu yang kita cita-citakan. Bisnis model kita ini rigid, bener-bener kuat di bisnis model karena yang kita sasar fokus sameday delivery, hari itu sampai," jelasnya.

Dia menjelaskan, konsep bisnis Garuda Tauberes lahir mengingat banyaknya peluang bagi maskapai untuk mengangkut barang. Namun, kurir enggan mengirimkan barangnya melalui pesawat karena beberapa hal.

Sebutnya, kurir yang ingin mengirim barang lewat pesawat harus menyetor modal (deposit) untuk masing-masing maskapai. Sehingga, pengeluaran kurir untuk mengirim barang melalui pesawat besar.

"Ternyata, saat ini agen-agen katakan JNE kalau mau ngirim pesawat, kan maskapai banyak banget, ketika mau ngirim pesawat mereka harus deposit ke setiap airline, ke Garuda deposit Rp 1 miliar katakanlah , Citilink Rp 1 miliar, di NAM Rp 1 miliar, Lion Rp 1 miliar jadi agen yang mengirim pakai pesawat dia harus sent Rp 5 miliar untuk punya deposit tiap maskapai, berarti gede banget biayanya," paparnya.

Bukan hanya itu, kurir atau agen pengiriman yang akan mengirim barang mesti memenuhi ketentuan beban supaya bisa mengirim di hari yang sama (sameday).

"Masalah kedua untuk agen, setiap kali mereka mau mengirim barang sameday, harus ada minimal kilogram, minimal kilogram itu 10 kg dan harganya minimal 10 kg," ujarnya.

"Dia kalau sampai hari itu juga pakai pesawat, misalnya pengiriman dari Jogja ke Jakarta itu kan per item Rp 20 ribu kalau misalkan pengen sampai hari itu si customer ini harus bayar 10 kg. Padahal, dia barangnya 250 gram harusnya 1 kg, ini kalau sameday delivery harus bayar 10 kg, jadi harus bayar Rp 200 ribu, secara customer mahal," tambahnya.

Model bisnis Garuda Tauberes ialah menghubungkan maskapai dengan kurir atau agen seperti J&T. Gisneo menjelaskan, Tauberes akan mencari 'lambung pesawat' yang kosong untuk diisi oleh barang-barang.

Untuk mencari barang-barang ini, Garuda Tauberes juga menghubungi pihak kurir atau agen yang akan melakukan pengiriman barang.


Lanjutnya, sistem mengumpulkan kurir atau agen ini juga untuk mengatasi persyaratan masalah deposit ke maskapai hingga ketentuan beban untuk pengiriman di hari yang sama.

"Tauberes bilang, bisa mulai sekarang kalau kita kerja sama nanti agen cukup bayar Rp 1 miliar, tidak bayar Rp 5 miliar dari pertama Rp 5 miliar. Dia cuma bayar Tauberes Rp 1 miliar. Ini yang menyelesaikan ke pesawat, untuk 10 kg gimana? Gampang, kan Tauberes kerja sama dengan banyak agen," ungkapnya.

Terangnya, keuntungan cucu usaha Garuda ini diperoleh dari komisi maskapai dan kurir yang mengirim barang.

"Jadi Tauberes keuntungannya ambil komisi dari customer, ambil komisi airline, ambil komisi agen. Secara bisnis proses kaya gitu," ujarnya.



Simak Video "Video: Mengulik Kecanggihan Fitur Find My yang Dipakai Penumpang Garuda Lacak iPhone"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads