Jakarta - Operasional komersial moda transportasi Lintas Rel Terpadu (LRT) Jakarta sudah nyaris genap sebulan berjalan, akan tetapi mayoritas stasiunnya masih sepi penumpang.
Dari total 6 stasiun yang ada, 4 di antaranya masih minim penumpang atau distribusi jumlah pelanggannya tak sampai 10% dari total sebaran penumpang di seluruh stasiun yang sebanyak 74.187 hingga 17 Desember 2019 kemarin.
Keempat stasiun itu adalah stasiun LRT Equestrian yang jumlah penumpangnya baru mencapai 4,5%, stasiun LRT Pulomas baru menyerap 6,5% penumpang, stasiun LRT Pegangsaan Dua 7,5% penumpang, dan stasiun LRT Boulevard Selatan 8,1% penumpang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, apa yang membuat moda transportasi sepanjang 5,8 kilometer (km) ini masih sepi penumpang ?
1. Jauh Dari Pemukiman Warga
Menurut Kepala Divisi Sekretaris Perusahaan PT LRT Jakarta Arnold Kindangen, faktor dominan yang menyebabkan keempat stasiun itu masih sepi penumpang karena demografi atau jumlah penduduk di sekitar stasiun yang terbilang rendah sebab jauh dari area perumahan warga.
"Untuk keempat stasiun yang sepi itu, karena memang area tersebut jauh daripada perumahan pastinya," ujar Arnold ditemui di Aston Sentul Lake, Bogor, Jawa Barat, Jumat (20/12/2019).
Selain itu, tingginya jumlah pengendara roda dua dianggap turut membawa dampak.
"Karena di daerah tersebut kebanyakan kan pertokoan dan ruko-ruko yang kebanyakan kan pekerjanya adalah pengendara motor, mungkin itu berpengaruh ya," katanya.
2. Lebih Pilih Ojol
Panjang infrastruktur LRT Jakarta yang membentang dari Kelapa Gading di Jakarta Utara ke Velodrome Rawamangun di Jakarta Timur yang terbilang 'tanggung' pun dianggap berpengaruh signifikan.
Hal ini kemudian membuat penduduk setempat lebih memilih menggunakan alternatif transportasi lainnya salah satunya ojek online.
"Kalau kita lihat jarak kita itu masih tanggung ya 5,8 kilometer (km), kita sedikit banyak terpengaruh juga dengan adanya ojol (ojek online), jadi setelah dikenakan tarif, banyak masyarakat jadi lebih memilih menggunakan ojol, karena jarak itu tadi juga," tuturnya.
Tarif yang bersaing dengan ojol ini kemudian berpengaruh terhadap jumlah penumpang LRT Jakarta secara menyeluruh.
Sejak diberlakukan komersial, jumlah penumpang tercatat menurun antara 30%-40% dari sebelum dikenakan tarif atau saat dilakukan uji coba publik gratis sepanjang 11 Juni- 17 November 2019.
Sebelumnya, pada masa uji publik yang tarifnya masih gratis, rata-rata penumpang mampu mencapai 7.000 orang per hari atau mencapai total 1.044.457 penumpang.
Akan tetapi, sejak masa operasi komersial diberlakukan, penumpang LRT Jakarta baru mencapai 74.187 orang dari 1 Desember - 17 Desember 2019 kemarin.
Berdasarkan data PT LRT Jakarta, pada minggu pertama operasi komersial LRT Jakarta mencapai 31.433 penumpang, pada pekan selanjutnya mencapai 29.673 orang, dan pada pekan ketiga sampai 17 Desember 2019 mencapai 13.081 penumpang.
Untuk diketahui, LRT Jakarta rute Kelapa Gading - Velodrome resmi beroperasi komersil sejak 1 Desember 2019 lalu dengan tarif Rp5.000 flat di seluruh stasiun.
LRT Jakarta fase I ini terdiri dari enam stasiun yang terdiri dari Stasiun Velodrome, Boulevard Utara, Boulevard Selatan, Stasiun Pulomas, Stasiun Equestrian, dan Stasiun Pegangsaan Dua.
Simak Video "Misi Besar LRT Jakarta Kerek Jumlah Penumpang Naik 20 Kali Lipat"
[Gambas:Video 20detik]