Lombok Timur - Rencana membuka keran
ekspor benih lobster yang disuarakan Menteri Kelautan dan Perikanan
Edhy Prabowo masih dalam tanda tanya. Faktanya, rencana tersebut ditolak keras oleh pembudi daya lobster di Kabupaten Lombok Timur.
Namun di lain tempat, pelarangan ekspor benih lobster dikecam keras oleh nelayan di Kabupaten Lombok Tengah.
Edhy kemarin memang seharian penuh melakukan kunjungan kerja ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. Kunjungan kerja pertamanya di Lombok diawali dengan menyambangi kawasan Telong Elong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur pada pukul 8.24 WITA.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Telong Elong, Edhy bertemu dengan nelayan pembudi daya lobster yang menolak rencana pembukaan ekspor benih lobster. Pasalnya, jika ekspor benih dibuka, maka pembudi daya lobster tak akan bisa menjual panen lobsternya.
Menanggapi keluhan itu, Edhy yang terkejut melihat kemampuan masyarakat Telong Elong membudidayakan lobster berkata akan menahan ekspor benih lobster.
"Kalau untuk sampai ekspor ke luar negeri jangan, kita tahan. Kita tahan dulu," kata Edhy di Telong Elong, Kamis (27/12/2019).
Edhy mengutarakan, pihaknya akan mengutamakan pembesaran benih lobster dengan budi daya.
"Intinya kita fokuskan di dalam negeri dan membesarkan. Karena ternyata beliau-beliau bisa. Jadi kita harapkan ke depan, Kabupaten ini, Lombok Timur dan Kabupaten lainnya ini akan menjadi tempatnya pembesaran sampai ke budi daya lobster, kita akan fokus. Karena kita punya ahli banyak, jangan khawatir," imbuh Edhy.
Usai menyambangi keramba di Telong Elong, Edhy menemui sejumlah pejabat setempat dan juga pembudi daya di Desa Telong Elong. Di sana, Edhy menerima aspirasi dari pembudi daya, salah satunya yang bernama Abdullah. Secara tegas, Abdullah menolak rencana membuka keran ekspor benih lobster.
"Kita sangat-sangat tidak setuju ada ekspor. Walaupun celahnya hanya 1% itu tidak bisa," tegas Abdullah.
Perlu diketahui, total pembudi daya lobster di kawasan tersebut, tepatnya yang memiliki keramba di Teluk Jukung berjumlah 413 orang. Abdullah menyampaikan, jika keran ekspor dibuka, mereka tak punya lagi kesempatan untuk membesarkan lobster dan menjualnya dalam bentuk yang siap konsumsi.
"Kalau lobster itu ke luar dari wilayah Indonesia, kita budi daya pasti akan gulung tikar," kata Abdullah.
Edhy pun merespons aspirasi dari Abdullah, dan juga pembudi daya lain yang menolak ekspor benih lobster. Edhy mengungkapkan, jika nelayan di Lombok Timur mampu membesarkan benih lobster dengan budi daya, maka rencana ekspor benih lobster hanya tinggal cerita.
"Ekspor benih lobster itu hanya istilah, masukan. Salah satunya ekspor benihnya, Kalau memang tidak ada yang budi daya. Tapi ternyata ada, kalau begitu kenapa diekspor?" urainya.
"Jadi ekspor itu cuma cerita, kalau ini semua ada, jadi ekspor itu tinggal cerita saja. Kita akan ekspor yang hasilnya," tambah Edhy.
Setelah mendengarkan berbagai aspirasi dari pembudi daya lobster tersebut, Edhy berkunjung Teluk Ekas, Desa Ekas, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur. Di sana, Edhy menyelam ke laut untuk melakukan re-stocking benih lobster.
Selesainya ia melakukan re-stocking, Edhy kembali diberikan pertanyaan mengenai kepastian pelarangan ekspor benih lobster, apakah direvisi atau tetap mengikuti PermenKP nomor 56 tahun 2016.
"Sementara kalau ekspor belum ada. Kita belum ada perlakuan ekspor secara legal. Tidak ada. Jadi untuk aparat-aparat kami di bandara, penegak hukum, baik itu angkatan laut, polisi, Polairud, maupun yang lainnya, termasuk KKP sendiri, dan BKIPM untuk berjaga-jaga tidak boleh dulu ada yang ke luar," jelas dia.
Kemudian, Edhy melanjutkan kunjungan kerja ke Pelabuhan Teluk Awang, Kabupaten Lombok Tengah. Kunjungan ini merupakan lokasi terakhir ia berkeliling di Lombok untuk hari ini. Pada pukul 12.00 WITA, Edhy tiba di Pelabuhan Teluk Awang.
Di sana, para nelayan penangkap benih lobster menolak keras pelarangan ekspor benih lobster. Sehingga, para nelayan meminta kesempatan agar keran ekspor dibuka. Pasalnya, hanya itu mata pencaharian mereka.
"Usulannya mohon apa yang disampaikan, Permen (56 tahun 2016) yang begitu pahitnya kami rasakan, longgarkanlah," kata Haryadi yang merupakan nelayan benih lobster di hadapan Edhy, di Pelabuhan Teluk Awang.
Menjawab keluhan para nelayan benih lobster, Edhy meminta waktu untuk menetapkan keputusan. Pasalnya, ada dua pihak yang ia hadapi hari ini, dan permintaannya jauh berbeda.
"Jadi bapak ibu sekalian, saya datang ke sini sudah mendengarkan, kasih saya waktu untuk menyelesaikan, dan saya janji masalah ini saya selesaikan," kata dia.
"Yang jelas saya minta semua pihak, ada yang pengin ekspor benihnya, ada yang pengin dikembangkan, dibudidayakan, harus sama-sama. Yang susah (budi daya) nanti diajari, yang ekspor nanti dikasih kesempatan, kita cari semua, dirangkul satu kesempatan, sehingga sama-sama," sambung Edhy.
Menanyakan respons Edhy atas keluhan yang bertolak belakang baik dari pembudi daya atau petani benih lobster, ia menjawab perlu dicari jalan tengah.
"Yang penting begini, kalau semua budi daya pembesaran ini bisa menyerap, dan masih ada sisa atau cukup, ya saya pikir cukup, nggak perlu lagi. Kan nggak ada benih yang perlu kita apa-apakan. Tapi kalau ada sisa ya akan kita pikirkan lagi langkahnya seperti apa. Kita cari ke sini untuk itu. Kita tunggu waktunya," ucap Edhy.
Selesainya berkunjung di Pelabuhan Teluk Awang, Edhy langsung bertolak ke Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid. Ditanyakan kepastiannya soal rencana membuka keran ekspor benih lobster, Edhy menyampaikan masih perlu mengkaji keluhan dua pihak tersebut.
"Tunggu saja ya. Yang terbaik buat masyarakat yang akan saya lakukan. Iya (masih perlu dikaji)," kata Edhy kepada detikcom.
Simak Video "Video: Polisi Buru Pemilik Koper Berisi 11 Ribu Benih Lobster di Batam"
[Gambas:Video 20detik]