Dunia kembali digegerkan oleh virus yang mewabah ke banyak negara. Kali ini virusnya bernama Corona yang pertama kali muncul di China.
Sudah lebih dari 80 orang meninggal dunia. Virus ini juga diperkirakan sudah menyebar ke 14 negara, yang paling dekat dengan Indonesia adalah Singapura dan Malaysia.
Pada 2003 silam, dunia juga pernah dihebohkan dengan virus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Virus Corona ini mirip dengan SARS yang menyerang pernafasan.
Danske Bank membuat riset atas efek yang akan ditimbulkan oleh virus Corona terhadap ekonomi China dan dunia dengan mengambil perbandingan dari efek SARS terhadap ekonomi di 2003.
Kira-kira bakalan lebih parah mana efeknya ke ekonomi, SARS atau Corona?
Seperti dikutip dari hasil riset bank asal Denmark itu, Senin (27/1/2020), pada saat SARS mewabah yang paling parah terkena imbas adalah sektor ritel, tapi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tidak terlalu terpengaruh karena penyebaran wabah hanya berlangsung empat bulan dan setelah itu bisa ditanggulangi.
"Namun imbas ke ekonomi sekarang ini diperkirakan bisa lebih besar," ujar riset tersebut.
Sektor jasa diramal akan terdampak cukup parah. Porsi sektor ini sekarang 54% dari total pertumbuhan ekonomi China, dibandingkan dengan 42% dari pertumbuhan ekonomi di 2003.
"Masyarakat akan diam di rumah dan tidak pergi ke bioskop, restoran, konser musik, dan mengurangi bepergian ke kota lain. Warga kelas menengah China yang biasa melakukan semua itu sekarang jumlahnya jauh lebih banyak," ujarnya.
Sektor ritel di 2003 terkena dampak dengan pertumbuhan yang melambat dari 10% menjadi hanya 4,5% saat puncak krisis SARS. Kala itu warga memilih diam di rumah dan mengurangi belanja ke pasar juga supermarket.
"Efek yang sama bisa terjadi sekarang ini, namun hal ini bisa dimitigasi dengan adanya belanja online," katanya.
Lalu apa lagi dampaknya? Lanjut ke halaman berikutnya.