Bahaya! Virus Corona Bisa Gerus Pertumbuhan Ekonomi RI 0,3%

Bahaya! Virus Corona Bisa Gerus Pertumbuhan Ekonomi RI 0,3%

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Rabu, 12 Feb 2020 17:48 WIB
BEIJING, CHINA - JANUARY 30: A sign instructs shoppers to wear protective masks at a mall on January 30, 2020 in Beijing, China. The number of cases of a deadly new coronavirus rose to over 7000 in mainland China Thursday as the country continued to lock down the city of Wuhan in an effort to contain the spread of the pneumonia-like disease which medicals experts have confirmed can be passed from human to human. In an unprecedented move, Chinese authorities put travel restrictions on the city which is the epicentre of the virus and neighbouring municipalities affecting tens of millions of people. The number of those who have died from the virus in China climbed to over 170 on Thursday, mostly in Hubei province, and cases have been reported in other countries including the United States, Canada, Australia, Japan, South Korea, and France. The World Health Organization has warned all governments to be on alert, and its emergency committee is to meet later on Thursday to decide whether to declare a global health emergency. (Photo by Kevin Frayer/Getty Images)
Foto: Getty Images
Jakarta - Sejak awal tahun 2020, kemunculan virus corona dari China telah membuat seluruh dunia gonjang-ganjing. Terlebih lagi China merupakan salah satu negara dengan pengaruh besar di dunia.

Sektor ekonomi menjadi salah satu yang disoroti dari gonjang ganjing ini. Seberapa besar efek virus corona ke gerak perekonomian Indonesia?

Menurut Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwidjono kemungkinan terburuk virus corona bisa mengoreksi atau menggerus pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 0,3%. Pasalnya, pertumbuhan China diprediksi bisa turun hingga 1-2%.

"Eksposurenya itu China kena 1-2% kata pengamat itu pengaruhnya besar. Kalau disimulasi, dampaknya bisa 0,1 atau 0,3% ke kita. Kalau target kita bisa 5 koma sekian persen," ungkap Susiwidjono dalam sebuah diskusi di bilangan Tanah Abang, Jakarta Pusat, Rabu (12/2/2020).

Pria yang juga akrab dipanggil Susi ini menyebutkan paling terasa terjadi pada industri pariwisata. Dia mengatakan dari China saja, Indonesia bisa kehilangan Rp 40,7 triliun dari 2 jutaan wisatawan mancanegara yang berpotensi hilang.

"Gambaran gampang lalu lintas orang Tiongkok adalah wisman terbesar ke dua 2,07 juta dengan spending rata-rata US$ 1.385 yang lain US$ 1.200. Kalau dikalikan itu bisa hilang Rp 40,7 triliun. Itu cuma Tiongkok saja, negara lain juga pasti akan hati-hati tapi bukan cuma wisman dari Tiongkok saja," kata Susi.

Susi juga mengatakan bahwa industri penerbangan pun bakal terdampak. Susi mengatakan setidaknya ada potensi 2,1 juta seat alias tiket pesawat yang akan hilang.

"Sektor wisata jelas pasti kena, secondary eventnya juga kena itu adalah transportasi. Kalau bicara winter season Oktober Maret seat yang terancam nggak terisi 2,1 juta seat dari Tiongkok saja, baik wisman berlibur maupun yang bisnis," kata Susi.

Untuk ekspor impor sendiri kemungkinan yang akan terkena dampak adalah ekspor yang akan tertekan. Susi menyebut bahwa kemungkinan produk tambang akan terpukul.

"Ekspor ke China sharenya 16,8%, sisi nilainya US$ 27,9 miliar, sebagian besar produk tambang batu bara dan CPO. Nah di tengah virus corona sekarang terutama harga komoditas seperti ini akan lebih terpukul lagi nanti. Artinya neraca dagang kita akan lebih memperbesar defisit kalau tidak pikirkan," kata Susi.

Untuk impor sendiri dia menyebut tidak akan berpengaruh banyak, pasalnya hanya hewan hidup saja yang dilarang pengirimannya. Sementara itu hewan hidup pun hanya sedikit jumlah yang diimpor.

"Data impor live animal dari China pun kecil sekali. Kalau kami lihat tahun 2019 impornya hanya US$ 231 ribu, jadi sharenya kalau diitung 0,0000 sekian persen sharenya, dan memang impor hampir jarang sekali hanya 2-3 dokumen impor dari jutaan dokumen impor," kata Susi.


(dna/dna)

Hide Ads