Jim Simsons, Si Jago Hitung Berharta Rp 302 Triliun

Kisah Inspiratif

Jim Simsons, Si Jago Hitung Berharta Rp 302 Triliun

Achmad Dwi Afriyadi - detikFinance
Jumat, 14 Feb 2020 10:10 WIB
Coin stacks sitting in front of bar graph. Selective focus. Horizontal composition with copy space. Stock market and finance concept.
Foto: Getty Images/iStockphoto/MicroStockHub
Jakarta -

Jim Simsons saat ini tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Forbes mencatat, kekayaan bersih Jim mencapai US$ 21,6 miliar atau setara Rp 302,4 triliun (kurs Rp 14.000) dan menempatkannya di urutan 21 dalam daftar Forbes 400 dan ke-44 miliarder dunia.

Kekayaan Jim berasal dari perusahaan investasi yang ia dirikan Renaissance Technologies.

Mengutip CNBC, Jumat (14/2/2020), Jim meninggalkan dunia akademisi pada tahun 1978 atau saat berusia 40 tahun ketika akan terjun di dunia investasi. Ia merupakan seorang profesor dan ahli matematika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai seorang ahli, Jim punya cara pandang yang berbeda dan mendasar soal pasar. Ia menitikberatkan pada data kuantitatif dan kemudian mendirikan Renaissance Technologies tahun 1982.

Berbekal ilmu matematika itu, Jim Simons membangun model komputer yang ia yakini dapat mengidentifikasi dan mengambil keuntungan dari pola pasar. Algoritmanya didasarkan pada data sejak 1700-an yang dapat mengambil keuntungan bahkan dari fluktuasi harga terkecil.

ADVERTISEMENT

Metode itu terbukti berhasil dan membawa Jim pada kesuksesan. Bahkan, menempatkan dirinya bersaing dengan nama-nama investor legendaris seperti Ray Dalio, Warren Buffet dan George Soros.

Sejak tahun 1998, produk unggulannya Medallion Fund memberikan keuntungan sampai 66% setahun, atau 39% setelah dipotong biaya-biaya.

Namun, tak semuanya berjalan manis. Ada juga momentum seperti tahun 2007 di mana pengembalian investasi mengecewakan. Kemudian, ada juga perselisihan bertahun-tahun dengan Internal Revenue Service (IRS) mengenai masalah pajak.

Bukan hanya itu, perdagangan saham yang menjadi berbasis mesin kerap dipersalahkan karena membuat pasar cepat terbang dan cepat turun. Dari situ, pihak otoritas SEC menyatakan akan memantau jalannya perdagangan agar berjalan adil dan transparan.




(eds/eds)

Hide Ads