Penerimaan Loyo, Awal 2020 Sudah Defisit Rp 36 T

Penerimaan Loyo, Awal 2020 Sudah Defisit Rp 36 T

Hendra Kusuma - detikFinance
Rabu, 19 Feb 2020 18:21 WIB
BUMN percetakan uang, Perum Peruri dibanjiri pesanan cetak uang dari Bank Indonesia (BI). Pihak Peruri mengaku sangat kewalahan untuk memenuhi pesanan uang dari BI yang mencapai miliaran lembar. Seorang petugas tampak merapihkan tumpukan uang di cash center Bank Negara Indonesia Pusat, kawasan Sudirman, Jakarta, Senin (21/10/2013). (FOTO: Rachman Haryanto/detikFoto)
Penerimaan Loyo, Awal 2020 Sudah Defisit Rp 36 T. Foto: Rachman Haryanto
Jakarta -

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit anggaran sebesar Rp 36,1 triliun pada Januari 2020. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit itu setara 0,21% dari nilai PDB.

Sri Mulyani mencatat, realisasi pendapatan negara per Januari mencapai Rp 13,7 triliun terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Sementara belanja negara mencapai Rp 139,8 triliun.

"Belanja pemerintah sebesar Rp 139, 8 triliun dengan penerimaan Rp 103,7 triliun. Dengan demikian ada defisit Rp 36,1 triliun atau 0,21%" kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di kantornya, Rabu (19/2/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sri Mulyani menjelaskan defisit anggaran ini dipicu adanya kontraksi di sektor penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sektor migas. Semen

"PPh migas kontraksi 53,3%, karena kurs rupiah lebih kuat, tapi harga minyak relatif sama, ini yang menyebabkan PPh migas kita turun. Untuk PPh non migas juga kontraksi kita kumpulkan Rp 46,2 triliun," jelasnya.

ADVERTISEMENT

"Yang patut dilihat dari perpajakannya adalah aktivitas PPn terkumpul 30,5 T tumbuh 3,8% dari tahun lalu ini positif karena PPn menggambarkan produksi yang value added, jadi sektor produksi denyutnya masih cukup baik dan berjalan dan merupakan recovery dibandingkan 2019 Januari kontraksi cukup dalam.

Penerimaan Loyo, Awal 2020 Sudah Defisit Rp 36 T



(fdl/ang)

Hide Ads