Menteri Kelautan dan Perikanan (KP) Edhy Prabowo melangsungkan kunjungan kerja ke beberapa wilayah di Australia, mulai dari Hobart di Tasmania, lanjut ke Melbourne, hingga ke Sydney.
Beberapa kesepakatan kerja sama sudah dilakukan selama Edhy dan delegasi bekerja di Negeri Kanguru. Yang paling terkini adalah kerja sama dengan Universitas Wollongong yang penandatanganannya dilakukan di Wisma Indonesia, Sydney.
Pada kesempatan yang sama, Edhy bertemu dengan Prof. Clive Jones dari James Cook University dan Prof. Jesmond Sammut dari University of New South Wales Keduanya adalah nama besar dalam industri lobster dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertemuan mereka membahas potensi, kerja cepat, dan kerja nyata pengembangan budidaya dan perikanan di Indonesia. Hadir juga pakar dari Wollongong University, Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, dan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta.
Dalam pertemuan tersebut, Edhy Prabowo menjelaskan bahwa dia telah mendengar langsung dari para ahli dunia bahwa lobster di dunia dan di Indonesia, tidak terancam punah.
"Jadi sesuai kerja cepat dan kerja nyata arahan Presiden, pulang dari Australia, kami akan membentuk tim yang akan membantu nelayan dan semua pihak yang berniat membudidaya lobster di Indonesia," kata Edhy, Minggu (1/3/2020).
Edhy lalu memperkenalkan dirjen-dirjennya dan kepala badan riset yang langsung mengangguk mendukung pernyataan menterinya. Edhy juga mengatakan, Indonesia punya ahli-ahli lobster biology dan aquaculture yang ilmunya juga tak kalah dengan ahli-ahli dunia seperti Bayu Priyambodo PhD dan Ilham Alimin PhD. Keduanya juga merupakan lulusan S3 di Australia.
Edhy menambahkan, melanjutkan bahwa ada dua ahli dunia, yang siap datang ke Indonesia, untuk bekerja bersama para pembudidaya lobster.
"Sebetulnya Indonesia berpotensi menjadi negara dengan hasil budidaya lobster terbesar di dunia. Hasilnya bisa seratus kali lipat dibanding Vietnam," kata Clive Jones.