Jakarta -
Sejak Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan kasus positif virus Corona pada awal Maret lalu, satu per satu lini bisnis mulai terpuruk tak terkecuali bisnis properti. Mulai dari Hotel, Apartemen, hingga Perkantoran.
1. Apartemen
Penjualan dan hunian pasar properti di segmen apartemen senantiasa menunjukkan penurunan. Sepanjang kuartal I-2020 ini penjualan dan hunian kian sepi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penjualan apartemen memang menurun, hunian juga berkurang, salah satunya memang karena adanya virus corona, tapi di sisi lain karena memang selama kuartal I-2020 ini tidak ada tambahan pasokan sama sekali. Karena memang secara jadwal belum ada yang didapatkan di kuartal ini," ujar Senior Associate Director Colliers Ferry Salanto, Rabu (8/1/2020).
Ferry menjelaskan bahwa penyebab lesunya penjualan apartemen saat ini karena banyaknya proyek-proyek apartemen yang dipesan belum bisa lanjut diselesaikan, padahal banyak proyek yang ditarget selesai awal tahun ini.
"Dari tingkat serapan kemungkinan akan menurun 1,5-5% disebabkan oleh performance kinerja proyek yang under construction. Masalahnya proyek yang under construction ini sudah belum selesai. Ini yg buat tingkat hunian menurun," sambungnya.
Berdasarkan laporan riset Colliers International soal Pasar Properti Jakarta dan Hotel Bali untuk Kuartal I-2020, tingkat serapan penjualan apartemen di Jakarta pada kuartal I-2020, rata-rata mengalami penurunan dari kuartal sebelumnya dari level 87,2% menjadi 85,5%.
Tingkat hunian pasar apartemen di Jakarta juga mengalami penurunan tajam menjadi 61,4% dari 67,9% di tahun 2019. Menurut Ferry hal ini terjadi berimbas dari banyaknya pembatalan selama diserang pandemi ini.
Padahal, harga penjualan dan sewa sektor apartemen saat ini belum mengalami kenaikan alias stagnan.
Harga jual apartemen di Jakarta pada kuartal I-2020, rata-rata mencapai Rp 34,6 juta per meter persegi. Harga jual ini bahkan turun dari kuartal sebelumnya, kuartal IV-2019, yang rata-rata mencapai Rp 34,8 juta per meter persegi.
Harga sewa apartemen bahkan mengalami penurunan hingga 5% di area CBD dan turun 2% di area non-CBD.
Proyeksi tingkat serapan apartemen ke depan diprediksi akan mengalami sedikit penurunan sekitar 1-2%. Sementara itu, untuk proyeksi harga jual apartemen hingga akhir 2020 nanti, diperkirakan akan mengalami sedikit kenaikan menuju kisaran Rp 35,5 juta per meter persegi.
Sementara, proyeksi tingkat hunian apartemen ke depan diprediksi akan mengalami penurunan tajam di jangka pendek karena banyak perusahaan yang menunda relokasi pekerjanya selama pandemi ini masih berlangsung. Sementara itu, untuk proyeksi harga sewa apartemen hingga akhir 2020 nanti, diperkirakan akan tetap sama tetapi bisa dinegosiasi dengan pemberian diskon.
2. Hotel
Industri ini disebut-sebut sebagai industri yang paling terpuruk karena penyebaran wabah tersebut.
"Ini salah satu sektor yang paling banyak terdampak dengan adanya pandemi ini. Kita bisa lihat beberapa hotel sudah mulai tutup dan ada beberapa hotel yang dialihkan fungsinya menampung pekerja medis," ujar Senior Associate Director Colliers International Ferry Salanto, Rabu (8/1/2020).
Berdasarkan laporan riset Colliers International soal Pasar Properti Jakarta dan Hotel Bali untuk Kuartal I-2020, tingkat okupansi hotel di Jakarta hingga Februari 2020 sebenarnya masih menunjukkan peningkatan dari rata-rata 58% menjadi 60%. Akan tetapi, mulai terasa sangat menurun di bulan Maret 2020 saat pemerintah mengumumkan kasus ini di Indonesia. Akan tetapi, Colliers International mengaku belum merangkum data terbaru hingga Maret 2020 lalu.
Dari sisi harga sewa sendiri memang sudah ada kecenderungan penurunan harga sejak Februari lalu. Pada bulan itu, terlihat hotel-hotel di Jakarta banyak yang mulai menurunkan harga sewanya dari rata-rata US$ 62 setara Rp 992.000/malam (kurs Rp 16.000/US$) menjadi US$ 60 atau Rp 960.000/malam.
Menurut Ferry, industri hotel di Bali malah sudah menunjukkan penurunan tingkat hunian dan harga sewa secara drastis sejak Februari 2020 lalu. Tingkat okupansi hotel di Bali turun dari rata-rata 70% menjadi 50%. Demikian pula harga sewa, turun dari rata-rata US$ 125 atau setara Rp 2 juta menjadi US$ 90 atau setara Rp 1,44 juta.
Melihat perkembangan data sampai Februari 2020 lalu, Ferry meyakini sepanjang Maret 2020 lalu penurunannya bisa lebih signifikan lagi sebab kunjungan domestik yang turut menurun.
3. Perkantoran
Perkantoran diramal bakal semakin ditinggalkan di masa depan. Terutama sejak berlakunya imbauan kerja dari rumah (work from home/WFH) demi mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19). Apalagi kalau perilaku kerja ini dianggap lebih efektif namun tetap produktif, otomatis ke depan banyak perusahaan yang bakal menerapkan sistem WFH dan meninggalkan perkantoran.
"Kalau sekarang (okupansi) minus, otomatis akan semakin berat bagi office. Ditambah lagi kalau WFH berlanjut cukup lama, ini akan jadi protokol yang dijalankan semua perusahaan. Ini akan dianalisa, kalau WFH cukup produktif, kalau ini efektif bagi beberapa divisi dan departemen, WFH berlanjut, artinya demand office akan menurun," ujar Senior Director Office Services Colliers International Bagus Adikusumo, Rabu (8/4/2020).
Berdasarkan Laporan Pasar Properti Jakarta dan Hotel Bali Kuartal I-2020 dari Colliers International, tingkat okupansi atau hunian perkantoran di Jakarta pada kuartal I-2020 sebenarnya mengalami peningkatan dari kuartal sebelumnya yakni mencapai kira-kira 84%. Akan tetapi, pada kuartal IV-2020 mendatang diramal anjlok hingga 80% saja.
Menurut Ferry yang menjadi akar penyebab turunnya tingkat hunian perkantoran sampai akhir 2020 nanti adalah karena banyaknya pasokan pembangunan perkantoran yang tertunda selama pandemi ini jadi masif kembali pada akhir tahun dan awal 2021 mendatang. Meski 2021 nanti keadaan ekonomi mulai pulih dengan hilangnya wabah tersebut, tetap menjadi tantangan bagi perkantoran.