Pemerintah telah memberikan banyak bantuan perlindungan sosial untuk diberikan kepada masyarakat sebagai perlindungan imbas virus Corona (COVID-19). Namun, perhatian pemerintah dinilai cukup berlebihan kepada driver ojek online (ojol) dibanding pekerja sektor informal lainnya yang terdampak.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menyebut hal itu terjadi karena jumlah pengemudi driver ojol lebih mendominasi sehingga keinginannya gampang didengar. Namun bagaimanapun pemerintah harus adil memberikan perlindungan bagi siapapun yang terdampak pandemi ini.
"Harus diperluas lah dampaknya kan tidak hanya kepada ojol. Pedagang pasar, pedagang kaki lima, warung, ojek pangkalan, bajaj, harusnya mereka juga kena mendapatkan bantuan. Masalahnya mereka tidak terorganisir seperti ojol, nah itu yang sering dilupakan," kata Tauhid kepada detikcom, Rabu (15/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya soal promo cash back sebesar 50% untuk pembelian BBM, menurut Tauhid, hal itu bisa dilakukan tidak hanya untuk driver ojol.
"Harus ditambah, jangan cuma pengemudi ojol tapi juga pengemudi lainnya," harapnya.
Dihubungi secara terpisah, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menyebut taksi online lebih berat bebannya dan harus lebih mendapat perhatian ketimbang driver ojol.
"Ojol tuh terdampak tapi tidak terlalu besar, mereka masih bisa melayani lewat pengiriman barang, makanan, banyak hal yang masih bisa dilakukan. Harus diingat beban tagihan mereka kalau kredit tidak sebesar taksi online, ini nggak ada suaranya bantuannya seperti apa padahal yang paling berat sebenarnya mereka, taksi," sebutnya.
Belum lagi di luar sektor transportasi, pedagang-pedagang kecil di luar makanan dinilai perlu bantuan pemerintah karena memikul beban yang berat.
"Kalau makanan mungkin masih bisa bertahan. Pedagang kecil yang non pangan ini benar-benar berat," ujarnya.
(eds/eds)