Nasib Peternak Ayam: Sudah Harga Anjlok, Dihantam Corona Pula

Nasib Peternak Ayam: Sudah Harga Anjlok, Dihantam Corona Pula

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 17 Apr 2020 12:34 WIB
Harga ayam potong anjlok mengakibatkan peternak merugi, (25/6/2019).
Foto: Eko Susanto/detikcom
Jakarta - Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang dirasakan peternak ayam di Indonesia. Sejak September 2018, harga ayam di level peternak anjlok dan tak kunjung membaik. Ditambah lagi dengan penyebaran virus Corona (COVID-19) yang menyebabkan daya beli melemah sehingga ayam di peternak semakin sedikit terjual.

Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Singgih Januratmoko membeberkan, anjloknya harga ayam ini berawal dari impor bibit induk ayam Grand Parent Stock (GPS) pada tahun 2017-2018 sebanyak 690.000-780.000 ekor. Hal ini menyebabkan berlebihnya stok (over supply) bibit ayam atau Day Old Chick (DOC) di kandang peternak.

"Intinya sekarang over supply dan ada masalah di hulu. Di hilirnya pun nggak ada pengaturan itu. Dan diperparah Corona dengan turun daya beli 50% jadi harga anjlok," ungkap Singgih kepada detikcom, Jumat (17/4/2020).

Dengan kondisi ini, peternak ayam terbebani di biaya produksi mulai dari pakan dan lain-lain. Tak sampai di situ, peternak pun layaknya berperan mendapat pembeli di pasar karena sudah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar.

"Perusahaan besar yang ada 12 itu, yang mempunyai pabrik pakan DOC dan budidaya itu harusnya ayamnya tidak dijual di pasar tradisional. Tapi ayamnya dipotong di rumah potong hewan unggasnya (RPHU) dan dijual dalam bentuk ayam beku atau ayam segar," terang Singgih.

Ia meminta agar pemerintah memperhatikan hal ini, mulai dari hulu atau pengaturan stok GPS, dan DOC, serta pengaturan di hilir terkait pembagian pasar antara peternak dan perusahaan besar.

Bahkan, menurut Singgih dengan mengatur pembagian pasar ini sudah dapat menyelamatkan peternah dari anjloknya harga ayam. Pasalnya, per hari ini saja harga ayam di tingkat peternak masih Rp 10.000 per kilogram (kg), sementara ongkos produksi bisa mencapai sekitar Rp 18.000.

"Segera buat aturan bahwa 12 perusahaan tadi, ada sekitar 12 perusahaan yang pabrik pakan dan berbudidaya itu tidak boleh menjual ayamnya di pasar becek kecuali di RPHU-nya. Itu nanti akan membuat harga ayam stabil loh. Karena otomatis dia akan menyesuaikan dengan RPHU-nya," tutup Singgih.

Pekerjaan atau bisnis Anda terdampak Corona dan PSBB? Kehilangan pekerjaan karena PHK, tidak bisa berjualan karena PSBB, atau gaji dipotong karena bisnis lesu?

Jangan cuma diam, ceritakan kepada kami kisah Anda melalui email ke redaksi@detikFinance.com dengan judul Dampak Corona dalam bentuk tulisan, foto, maupun video. Pemerintah harus tahu dampak dari kebijakan yang diambil sejak darurat Corona. Sertakan nomor telepon aktif sehingga reporter kami bisa menghubungi.


(dna/dna)

Hide Ads