"Kerugian dari September 2018 sudah Rp 5 triliun," kata Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Singgih Januratmoko kepada detikcom, Jumat (17/4/2020).
Singgih mengatakan, jika pemerintah tak segera menangani masalah anjloknya harga ini, peternak yang jumlahnya mencapai 300.000 orang terancam gulung tikar. Apabila ini terjadi, 2 juta orang yang terlibat dalam industri tersebut terancam kehilangan pekerjaan.
"Karena ini sudah terjadi setahun lebih, 1,5 tahunlah. Mereka rugi terus. Totalnya peternak inti dan plasma sekitar 200.000-300.000 orang. Itu hanya peternak, belum pekerjanya, pedagangnya. Total itu orang yang bekerja di industri ayam bisa 2 juta lebih. Kalau nggak diselamatkan bisa menambah pengangguran," terang Singgih.
Menurutnya, melalui rapat koordinasi (rakor) pangan yang dipimpin Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Kamis (16/4) kemarin, pemerintah sudah memerintahkan PT Berdikari (Persero) untuk menyerap 12 juta ekor ayam di peternak. Harapannya, dengan langkah tersebut peternak ayam bisa terselamatkan.
"Kemarin rakor pangan di Kemenko Perekonomian sudah diputuskan bahwa ayam kelebihan 12 juta ekor diambil oleh pemerintah melalui BUMN. Mulainya harusnya segera, karena Berdikari yang ditunjuk sudah, dan uangnya sudah siap semua," imbuh dia.
Detikcom pun mencoba mengkonfirmasi penugasan tersebut kepada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tepatnya ke Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, dan juga PT Berdikari. Namun hingga berita ini diterbitkan, kedua pihak tersebut belum memberikan respons.
(dna/dna)