Ekonom Faisal Basri memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia paling tinggi cuma 0,5% pada tahun ini. Bahkan skenario terburuknya adalah minus 0,25%. Dia mengasumsikan seperti itu karena penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia tidak jelas.
"Oleh karena itu saya menduga ekonomi Indonesia kemungkinan dia akan tumbuh hanya 0,5% paling optimis dan pesimisnya minus 2% sampai minus 2,5%," kata dia dalam diskusi online, Jumat (24/4/2020).
Namun tahun depan ekonomi Indonesia akan kembali tumbuh. Dia memprediksi pertumbuhannya 4,9% di 2021, 5% di 2022, dan 5,2% di 2023-2024. Itu adalah skenario terbaik berdasarkan perhitungannya.
"Itu best scenario. Tapi tidak ada (pertumbuhan ekonomi) 7,8%, 8,5%," sebutnya.
Menurutnya penanganan COVID-19 di Indonesia penuh ketidakpastian. Bahkan sulit memprediksi kapan virus Corona ini berhenti menyebar. Oleh karena itu kalau pun ekonomi Indonesia bisa tumbuh 2% saja sudah bagus di tahun ini.
"Barangkali (pandemi COVID-19) puncaknya adalah setelah lebaran, karena yang mudik sudah banyak sehingga makin berat untuk kita memprediksi Indonesia. Tapi (ekonomi tumbuh) 2% saya rasa suatu prestasi yang luar biasa. Jangan diharapkan ekonomi tumbuh dalam situasi seperti ini," tambahnya.
Sementara versi pemerintah, pertumbuhan ekonomi tahun ini dalam skenario berat hanya tumbuh 2,35%, sedangkan skenario sangat berat bisa -0,4%.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menerangkan, skenario pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan sangat tergantung dari perkembangan dampak COVID-19. Jika perkembangannya semakin buruk, ekonomi Indonesia bisa resesi.
Dia menjelaskan, dengan asumsi skenario pertumbuhan ekonomi 2,35%, maka kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi hanya akan ada di kisaran 0,3% hingga -2,6%. Sementara di kuartal III-2020 akan tumbuh di kisaran 1,5%-2,8%.
(toy/hns)