Pandemi COVID-19 di Indonesia membuat salah satu bos bank BUMN harus beradaptasi dengan dunia baru. Mulai dari anjuran social distancing, kesehatan pegawai yang harus jadi prioritas sampai pelarangan mendapatkan tunjangan hari raya (THR) oleh Kementerian BUMN.
detikcom mewawancarai Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Royke Tumilaar. Sebagai bos di salah satu bank terbesar di Indonesia di tengah pandemi ini, Royke masih harus bolak-balik ke kantor memastikan pegawainya aman, sehat dan perusahaan tetap berjalan dengan standar operasional prosedur (SOP) yang baru.
Menjadi pucuk pimpinan di Bank Mandiri, membuat Royke harus tetap tenang dan kalem. Hal ini dilakukan agar ia tetap bisa mengambil keputusan untuk perusahaan dengan pikiran yang jernih. Mau tau apa saja kegiatan bos bank BUMN ini? Berikut kutipan wawancaranya, Senin (27/4/2020).
Halo apa kabar? Apakah anda WFH juga?
Kabar saya baik. Saya masih bekerja dari kantor nih. Karena infrastrukturnya lebih lengkap. Selain itu kan masih ada pegawai yang bekerja di kantor, jadi saya harus berada di antara mereka.
Menurut saya kondisi kesehatan pegawai itu nomor satu, saya harus pastikan mereka yang masih terpaksa bekerja dari kantor harus sehat dan aman. Karena itu kami juga bekerja sama dengan rumah sakit dengan membuat klinik khusus. Supaya kalau ada pegawai yang tidak enak badan bisa langsung dilayani di sana, tidak perlu ke rumah sakit. Rumah dinas milik Bank Mandiri kami jadikan klinik.
Kemudian saya juga keliling kantor cabang seperti ke Bekasi, Pondok Indah sampai Gading Serpong. Saya harus memastikan jika pegawai di cabang mendapat perlindungan seperti pembatas, sarung tangan, masker, handsanitizer. Lalu untuk nasabah juga harus diperhatikan jarak antrean, kalau sampai keluar ruangan harus dipasang tenda.
Saya selalu mengupayakan agar nasabah tetap nyaman, meskipun dalam kondisi PSBB seperti sekarang.
Bagaimana anda memastikan kondisi pegawai tetap aman saat pandemi ini?
Kami berupaya yang terbaik ya, misalnya sekarang 70% pegawai di Jakarta sudah WFH. Sedangkan 30% masih di kantor. Nah yang di kantor itu kita split atau kita sebar mereka supaya tidak menumpuk dalam satu kantor. Jadi ada yang dari wilayah selatan ke pusat. Kalau satu gedung semua bisa repot.
Kalau untuk daerah sekitar 40-50% sudah WFH. Karena kantor cabang di daerah itu ada yang tidak bisa tutup. Jadi harus tetap melayani, karena ada di kota-kota tertentu yang antrean nasabahnya mulai banyak.
Lalu bagaimana komunikasi dengan nasabah terkait kondisi ini?
Kami selalu berupaya berkomunikasi dengan para nasabah. Mulai dari lewat email, media sosial sampai whatsapp tentang apa yang terjadi saat ini. Apalagi kondisi seperti ini kan tidak normal dan harus ada standar operasional prosedur (SOP) dadakan untuk mengambil keputusan.
Selain itu kami juga berupaya mengontrol likuiditas agar tetap aman. Beberapa protokol krisis juga sudah dijalankan. Karena kan Indonesia juga sudah pengalaman dengan krisis seperti krisis moneter, krisis keuangan dan sekarang ini krisisnya sudah sampai krisis kesehatan.
Apakah kondisi saat ini paling berat?
Memang, saat ini dengan kondisi ini kerja menjadi tidak normal. Apalagi ada social distancing, WFH. Kalau kerja tidak normal hasilnya pasti kurang optimal, apalagi ekonomi juga jadi lesu.
Saya juga sering komunikasikan ini kepada para pegawai supaya teman-teman pegawai tahu apa yang terjadi saat ini baik di sisi ekonomi dan dampaknya ke perusahaan. Saya juga bilang, teman-teman harus punya sense of crisis, jangan boros dan tetap hemat. Karena bisnisnya sedang tidak normal, kita harus bisa survive. Kewaspadaan juga harus ditingkatkan. Tapi kami jika ada pengajuan kredit ya tetap kami proses, namun tetap waspada.
Selain pegawai, saya juga berkomunikasi rutin dengan para direksi, kepala kantor wilayah agar selalu mengantisipasi hal-hal baru. Siap-siap dengan kebijakan baru. Pada dasarnya saat ini kan waktunya untuk bertahan, survive.
Saya selalu menyampaikan, situasi ini harus dipikirkan dan tetap dijalankan. Agar nanti ketika COVID-19 ini selesai, kita bisa langsung jalan, bahkan lari. Saat orang orang mulai start kita sudah jauh. Misalnya, marketing juga harus jalan terus. Supaya nasabah dan orang Indonesia tidak lupa dengan program kita. Memang harus enjoy dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Oh iya, Bank Mandiri kan jadi salah satu bank yang memberikan keringanan cicilan untuk nasabah. Bagaimana perkembangannya saat ini?
Restrukturisasi itu sudah kami jalankan, kami juga terus menganalisa nasabah-nasabah yang mengajukan apakah mereka benar terdampak atau tidak. Kami juga melihat lokasi usahanya, bidang usahanya.
Baca juga: Bunga Kartu Kredit Turun, Cek di Sini! |
Sektor usaha apa yang paling banyak mengajukan keringanan?
Di segmen ritel dan korporasi juga banyak yang mengajukan. Sekarang sudah ada sekitar 50.000 yang mengajukan keringanan.
Tidak semuanya nasabah mengajukan keringanan ke Bank Mandiri. Banyak yang masih tertib membayar cicilan, ini patut diapresiasi. Karena mereka tetap merasa punya kewajiban membayar, tidak semua minta keringanan.
Bagaimana caranya untuk nasabah supaya bisa mendapatkan keringanan ini?
Bisa menghubungi kantor cabang kami, relationship manager atau kirim email. Karena kami pasti bantu lah kalau nasabah kami terdampak COVID-19. Tapi ya kalau mereka dulunya suka nunggak atau rekam jejak cicilannya jelek ya agak susah juga. Karena kita juga kan harus memikirkan pembayaran bunga deposito dan lain-lain.
Menteri BUMN Erick Thohir kemarin kan sudah mengeluarkan surat terkait pelarangan bos BUMN dapat THR lebaran kali ini. Bagaimana anda menanggapinya?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lanjut ke halaman berikutnya
Simak Video "BMSG Lanjutkan Komitmen Keberlanjutan Bank Mandiri di Mancanegara"
[Gambas:Video 20detik]