Tak WFH, Pelanggan Heran Harus Beli Token Listrik Lebih Mahal

Tak WFH, Pelanggan Heran Harus Beli Token Listrik Lebih Mahal

Soraya Novika - detikFinance
Senin, 04 Mei 2020 14:40 WIB
Warga memasukkan pulsa token listrik di tempat tinggalnya, di Jakarta, Selasa (1/4/2020). Dampak penyebaran pandemi virus COVID-19, Pemerintah mmenggratiskan pembayaran listrik bagi 24 juta masyarakat miskin, untuk pelanggan berdaya listrik 450 VA gratis biaya listrik selama 3 bulan (April-Juni 2020) sedangkan bagi pelanggan dengan daya 900 VA bersubsidi akan diberikan diskon 50 persen. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Ilustrasi/Foto: ANTARA FOTO/NOVA WAHYUDI
Jakarta -

Keluhan naiknya tagihan tarif listrik tak hanya dialami oleh pelanggan pascabayar saja. Pelanggan pengguna token juga bernasib serupa.

Pelanggan pengguna token merasa konsumsi pulsa listriknya setiap bulan bertambah padahal masih kerja seperti biasa atau tidak work from home (WFH). Setidaknya demikian yang dialami oleh salah seorang pelanggan PLN Nuryanto Kipli yang berdomisili di Jawa Tengah.

"Saya kebetulan pakai yang token 900 VA non subsidi, saya biasa beli pulsa maksimal Rp 150.000 sebulan tidak habis. Semenjak yang 450 VA gratis sama 900 VA subsidi dapat diskon, saya ngerasa ada yang beda, 1 bulan saya beli pulsa nyampe Rp 200 ribu padahal pemakaian normal. Saya sama istri kerja biasa nggak ada WFH," ungkap Nuryanto kepada detikcom, Senin (4/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Nuryanto, konsumsi harian listriknya naik dua kali lipat dari biasanya.

"Sehari saya biasa habis Rp 2.000-3.000 ini bisa Rp 4.000-5.000 sehari," tambahnya.

ADVERTISEMENT

Ia pun heran dengan pernyataan PLN bahwa tidak ada kenaikan tarif listrik karena hal yang dialaminya berbeda.

"Gimana ya? Kalo saya pribadi ya mau percaya gimana ya? Pemerintah mengumumkan akan dapat bantuan nyatanya nggak dapat, mengumumkan ditangguhkan angsuran kredit perbankan eh tahunya yang dapat yang positif Corona. Jadi harapan saya nggak muluk-muluk mending pemerintah nggak usah memberikan statement yang bikin kisruh rakyat bawah, bertindak itu lebih baik dari pada banyak bicara," pungkasnya.

Klik halaman berikutnya >>>

Di sisi lain ada juga pelanggan pascabayar yang juga merasakan adanya kenaikan pemakaian kWh listrik padahal konsumsi listrik dirasakannya masih di batas wajar.

"Biasanya saya bayar kisaran Rp 200 ribuan tapi sekarang naik dua kali lipatnya ditagihan yang saya bayarkan awal Mei ini. Pemakaian juga normal-normal saja seperti bulan-bulan sebelumnya," ujar pelanggan pascabayar Denny (bukan nama sebenarnya) kepada detikcom.

Berdasarkan catatan tagihan listrik yang dikirimkan Denny kepada detikcom memang terlihat adanya kenaikan pemakaian kWh dari bulan-bulan sebelumnya ke bulan Mei 2020. Pada bulan-bulan sebelumnya, April misalnya yang paling tinggi, pemakaian kWh Denny per bulan berada di kisaran 167 kWh, akan tetapi pada bulan mei pemakaian kWh meningkat jadi 298 kWh.

Atas drastisnya lonjakan pemakaian kWh tersebut Denny ingin PLN terbuka dengan kondisi sebenarnya.

"PLN harus bisa menjelaskan kepada publik terkait tagihan listrik yang naik sampai dengan dua kali lipat dari biasanya karena yang mengalami kenaikan bukan segelintir pelanggan tapi banyak pelanggan dan sudah viral juga. Pemerintah wajib memberikan kejelasan setelah kejadian yang viral ini," pungkasnya.

Nah, buat detikers yang merasa tagihan listriknya jauh berbeda saat masa pandemi ini bisa kirim ceritanya kepada kami. Lampirkan juga perbandingan tagihan bulan sebelumnya dan bulan terakhir agar ada gambaran.

Emailnya bisa dikirim ke redaksi@detikfinance.com dengan subject: "Tagihan Listrik Naik". Sertakan juga nama dan nomor telepon yang bisa dihubungi.


Hide Ads