Stok Gula 'Raib' 70.000 Ton, Kok Bisa?

Stok Gula 'Raib' 70.000 Ton, Kok Bisa?

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 15 Mei 2020 06:02 WIB
Warga Bondowoso lapor polisi karena menjadi korban penipuan hingga Rp 1,6 miliar. Penipuan tersebut dilakukan oleh sepasang suami istri.
Foto: Chuk Shatu Widarsha
Jakarta -

Kelangkaan stok gula masih terjadi di Indonesia, salah satunya di ritel-ritel modern mulai dari minimarket, supermarket, dan seterusnya. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengungkapkan peritel modern yang diwajibkan menjual gula dengan harga tak melebihi Rp 12.500 per kilogram (kg), di saat harga gula di seluruh Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan, sangat kesulitan memperoleh pasokan gula.

Padahal, pemerintah sudah menetapkan impor gula kristal mentah (raw sugar) yang akan diolah menjadi gula kristal putih (GKP) hingga ratusan ribu ton. Begitu juga dengan impor GKP yang ditugaskan kepada 3 BUMN sebanyak 150.000 ton.

Tak hanya itu, pemerintah juga sudah menetapkan kebijakan pengalihan 250.000 ton gula rafinasi untuk dikonsumsi. Namun, menurut Roy realisasinya di lapangan tak semulus semua rencana tersebut.

Ia pun membeberkan upaya Aprindo memperoleh pasokan dari gula rafinasi tersebut. Menurutnya, pada Rabu (22/4) lalu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menemukan 160.000 ton gula rafinasi masih tersedia di para produsen yang tergabung dalam Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI).

"Akhirnya ada satu jalan bahwa ada kelebihan proses gula rafinasi itu yang buat industri makanan dan minuman, itu ada alokasi kelebihan 160.000 ton," kata Roy dalam webinar pangan BPKN, Kamis (14/5/2020).

Namun, ketika pihaknya melanjutkan proses untuk memperoleh 160.000 ton tersebut, AGRI mengatakan stok yang tersedia hanyalah 93.000 ton. Ia pun terkejut dalam 2 hari saja sekitar 70.000 ton gula rafinasi menghilang atau 'raib'.

"Nah prosesnya ternyata, dari 160.000 ton itu ternyata hanya tinggal 93.000 ton. Dalam waktu 2 hari, hilang gulanya hampir sekitar 70.000 tidak tahu ke mana," ungkap Roy.

Lalu, bagaimana kelanjutan upaya Aprindo memperoleh gula rafinasi tersebut? Buka halaman berikutnya.


Penyebab Gula Sulit Ditemukan di Ritel Modern

Setelah mendapatkan informasi bahwa stok gula rafinasi di AGRI hanya tersisa 93.000 ton, pihaknya berusaha memperoleh keseluruhan stok tersebut untuk. Lagi-lagi, pihaknya gagal dan hanya memperoleh kesepakatan 30.000 ton.

"Dengan 93.000 ton akhirnya kami coba untuk melakukan kerja sama dan kenyataannya itu tidak bisa disuplai secara total, akhirnya kita hanya minta 30.000 ton untuk kebutuhan 1 bulan ini," papar dia.

Hal inilah yang menyebabkan gula-gula di ritel modern, baik di Alfamart dan Indomaret masih sulit ditemukan.

"Artinya guyuran gula cuma 20-25% dari total yang kita harapkan. Ini yang membuat gerai-gerai ritel modern kami untuk melayani kebutuhan masyarakat di tengah pandemi ini sulit sekali untuk menyediakan gula, Indomaret, Alfamart dan sebagainya. Nah sementara kelebihan gula tadi itu kita tidak tahu ke mana gulanya," tutur dia.

Selain gula rafinasi, pihaknya sudah mengajukan untuk membeli stok GKP dari para produsen atau pabrik gula (PG) dan juga importir. Namun, menurutnya para pelaku tersebut lebih memilih menjual ke pasar tradisional. Pasalnya, di pasar tradisional masih bisa menjual harga gula di atas harga acuan Rp 12.500/kg.


"Mereka lebih menguntungkan menjual ke pasar tradisional dengan harga jual di sana itu Rp 18.000-22.000/kg sekarang. Sementara kami hanya Rp 12.500/kg, harga kesepakatan kami sudah jelas membeli dari pabrik gula sesuai dengan Permendag 58 adalah Rp 11.900/kg, mereka jual ke kita Rp 13.000-14.000/kg," pungkas Roy.

Ada permainan harga?


Kemendag Jawab Stok Gula Raib Hingga Indikasi Jokowi Soal Permainan Harga

Harga gula yang masih tinggi menjadi sorotan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mantan Gubernur DKI Jakarta itu bahkan curiga ada oknum yang memainkan harga.

Untuk gula sendiri, menurut pusat informasi harga pangan strategis (PIHPS) harga rata-rata nasional masih betah di Rp 17.650/kg. Padahal, harga acuan di konsumen yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 12.500/kg.

Selain itu, Ketum Aprindo Roy Mandey juga sebelumnya membeberkan fakta stok gula sulit ditemukan, bahkan bisa hilang 70.000 ton dalam 2 hari.

Menjawab dua hal tersebut, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Kasan Muhri mengatakan, yang terjadi mengenai ketersediaan gula saat ini ada di persoalan distribusi.

Kemendag sendiri sudah memberikan dua skema distribusi yakni dari produsen langsung ke ritel modern dan produsen langsung ke distributor di pasar tradisional. Nah, distribusi di pasar tradisional inilah yang memakan waktu cukup lama sehingga sulit ditemukan masyarakat.

"Untuk distribusi sampai ke pengecer misalnya, dari distributor yang memperoleh gula, mereka perlu waktu untuk mengemas ke kemasan yang lebih kecil. Dalam 1-2 kg, nah itu juga perlu waktu. Sehingga itu juga menjadi salah satu persoalan yang dikemukakan," terang Kasan.

Untuk stoknya sendiri menurut Kasan sudah diupayakan pemerintah untuk dipenuhi. Ia membeberkan, hingga saat ini Kemendag sudah menerbitkan izin impor untuk 533.972 ton gula kristal mentah (raw sugar) yang akan diolah menjadi gula konsumsi. Volume tersebut juga termasuk dengan impor raw sugar yang diolah menjadi gula rafinasi, dan dialihkan fungsinya menjadi gula konsumsi.

"Tapi yang jelas gula yang sudah diimpor dan yang ada, pertama yang sudah dikeluarkan izin impornya 533.972 ton. Itu yang raw sugar. Lalu relokasi dari AGRI (Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia) yang termasuk dalam 533.972 ton itu," urai Kasan.

Begitu juga dengan impor gula kristal putih (GKP) atau gula siap konsumsi sebanyak 150.000 ton oleh tiga BUMN. Saat ini, Perum Bulog yang mendapatkan penugasan impor sebanyak 50.000 ton GKP sudah merealisasikan 22.000 ton. Lalu, pekan depan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) juga akan merealisasikan impor tersebut.


"Nah sehingga yang 150.000 ton penugasan ke 3 BUMN itu akan segera menjadi bagian dari pasokan gula untuk masyarakat," imbuh dia.

Di luar semua faktor tersebut, menurut Kasan konsumsi gula memang selalu meningkat di bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran. Sekali lagi, ia memastikan stok gula ini akan terus dipasok ke masyarakat baik melalui ritel modern, maupun pasar tradisional.

"Tapi juga kan puasa lebaran biasanya ada kenaikan konsumsi yang itu juga menjadi perhatian kita. Jadi saya kira poinnya tidak semata-mata melalui ritel modern, dari produsen sudah disepakati langsung ke distributor dan pedagang pasar yang ada di beberapa lokasi," pungkasnya.



Simak Video "Kenaikan Harga Gula Jadi Rp 17.500/Kg Diperpanjang"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads