"Terinspirasi dari hobi miniatur, suami saya itu kerja sebagai arsitek. Kalau kita lihat lebih banyak produk asing. Kalau produk buatan Indonesia belum ada yang bikin waktu itu, lalu kita kepikirannya desainnya khas Indonesia," kata Megawati, kepada detikFinance, awal bulan ini.
Dalam menentukan desain produk, Mega dan suaminya berpatokan pada produk atau merek yang lagi ngetren di masyarakat. Setelah dikaji dan layak produksi, maka desain dibuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Proses pengerjaan dimulai dari desain manual, lalu dicetak, kemudian dikecilkan menjadi miniatur. Prosesnya membutuhkan waktu sekitar 7 Kali 24 jam untuk membentuk master sebelum diproduksi menjadi banyak. Jika telah diproduksi massal, mesin tersebut bisa memproduksi hingga jumlah ribuan.
Produk magnet kulkas yang dihasilkan beraneka ragam, sekitar 500 desain. Mulai air mineral, soft drink, hingga makanan seperti Indomie. Rata-rata produknya dijual berkisar Rp 10.000- 35.000, dengan ukuran antara 5 cm- 7 cm.
Berbekal modal Rp 30 juta, kini Megawati dan suaminya mampu meraup omzet hingga Rp 50 juta per bulan. Selain itu, dibantu pula oleh 20 orang karyawan.
![]() |
"Dulu kecil modalnya sekitar Rp 30 juta-an, untuk beli bahannya saja. Kalau mesin waktu sudah jalan beberapa tahun baru kita beli," kata Megawati.
Agar produknya makin dikenal, Megawati tak lupa ambil bagian dalam beberapa ajang pameran kerajinan di Jakarta Convention Center (JCC) dan Indonesia Convention Exhibition (ICE) di BSD, Tangerang. Selain itu, ia juga memasarkan produknya di sentra perbelanjaan maupun lokasi wisata di Bandung.
"Kita biasa buka di pameran, di mal seperti Kota Kasablanka, tapi tidak tetap misalnya hanya 2 bulan saja. Kalau menetap di floating market Lembang atau di farm house," ujar Mega
![]() |
Selain dalam negeri, produk magnet kulkas juga dipesan konsumen dari Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Timur Tengah. Jika tertarik dengan produk magnet kulkas TechnoCraft, bisa mengunjungi situs magnetkulkas.com. Untuk alamat TechnoCraft di Jl. Waringin nomor 21, Bandung.
(hns/ang)