"Pokoknya usaha yang saya miliki ini sudah berulang kali jatuh bangun dan banyak pelajaran yang saya peroleh diawal saya memulai usaha ini," ungkap Edi saat ditemui di rumah yang juga merangkap pabrik usahanya di Daplokan RT 02 RW 17 Margomulyo Seyegan Sleman.
![]() |
Pada awal tahun 2013, Edi mengajukan bantuan modal usahanya ke PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI sebesar Rp 150 juta dan disetujui. Inilah menjadi tolak awal keberhasilannya dalam mengembangkan usaha kerajinannya. Selain mendapatkan pinjaman modal, usahanya juga dijadikan sebagai mitra binaan BNI.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Padahal sebelumnya, jika ada buyer negosiasi dengan nominal mencapai Rp 60 juta, saya sudah berpikir mau diambil atau tidak karena modalnya tidak ada. Tapi kini, berapapun nilai transaksinya saya akan berani ambil," ujarnya penuh optimis.
![]() |
"Pinjaman pertama telah lunas. Saat ini BNI memberikan pinjaman untuk yang kedua kalinya kepada saya, pastinya jumlah yang saya pinjam lebih banyak dari pinjaman pertama. Selain itu, keuntungan lain yang saya dapatkan yaitu bunga yang lebih rendah serta kemudahan akses promosi usaha," tambah ayah 3 anak ini.
Edi juga mengungkapkan rasa senangnya dengan menjadi mitra binaan BNI.
"Fasilitas seperti tempat gratis dalam menjual barang-barang yang sudah selesai di produksi, dapat saya kenalkan dan pasarkan secara langsung kepada masyarakat di INACRAFT 2017. Barang yang kami bawa dari Yogya langsung ludes di hari pertama, kami tidak menyangka ternyata barang kami sangat diminati oleh pengunjung. Selain itu, saya juga dapat memamerkan produk usaha di Bazar Mitra Binaan bersamaan dengan Pesta Rakyat Istimewa yang dilaksanakan dalam rangka HUT RI ke-72," kisahnya.
![]() |
Usaha Edi mengalami perkembangan pesat. Amerika Serikat telah menjadi negara yang terbanyak mengambil hasil produksinya yaitu keranjang. Sejumlah produk lain seperti bantal yoga, keranjang parcel, seperangkat kursi dan meja juga sangat laris di sejumlah negara baik Asia maupun Eropa. Barang-barang kerajinan yang telah merambah kelas internasional tersebut dibuat dengan bahan-bahan yang diambil asli dari daerah sendiri yaitu enceng, pelepah pisang, mendong, serat agel, pandan, rotan, kayu mahoni serta kayu jati Belanda.
![]() |
Bahkan pada saat-saat tertentu, Edi harus kewalahan menghadapi pesanan yang menumpuk. Hanya dengan 25 karyawan yang dimiliki, Edi pun menggunakan siasat dengan memberdayakan warga agar turut mendapatkan penghasilan dengan membantunya dalam proses produksi.
"Kami mengajari dan melatih warga untuk bisa membuat barang-barang kreatif. Kami dampingi mereka dan kami fasilitasi, agar kami turut bisa memberikan edukasi serta kontribusi positif pada mereka. Sedangkan mereka juga sangat membantu karena telah membantu mengerjakan pesanan kami sehingga bisa meningkatkan kapasitas produksi," tutup suami dari Ambar Windiyati. (dna/dna)