Yusuf berjualan kue tal-tali sejak 1980-an. Lokasinya jualannya di Jalan Masjid Jabal Nur, Kelurahan Maccini Parang, Makassar-Sulawesi Selatan (Sulsel).
Dibantu istrinya, Elsa (50), dengan mempekerjakan 10 karyawan, Yusuf mampu mengolah 150 kilogram (kg) tepung terigu untuk dijadikan sebagai Kue Otere-otere. Padahal sebelumnya hanya membuat 80 hingga 100 kg tepung terigu untuk dijadikan sebagai kue kering otere.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yusuf menjelaskan dalam sehari selama Ramadan mampu meraih omzet Rp 4 juta hingga Rp 5 juta/hari, sedangkan di hari biasa hanya Rp 3 juta. Omzet melonjak lantaran banyaknya permintaan saat mendekati lebaran.
Kue Otere-otere khas Makassar ini dihargai Rp 40.000 untuk per 1/kg, sementara untuk kemasan bal dengan isi 50 bungkus Rp 20.000 per balnya.
"Kalau ini cukup terjangkau semua lapisan masyarakat juga bisa menikmati kue ini," terangnya.
Salah seorang pembeli kue Otere-otere, Yuda, mengatakan kue ini diminati karena rasanya yang manis dan renyah. Harganya terjangkau membuat warga tertarik membelinya. Warga Jalan Ablam ini berharap kue kering ini bisa menjadi kue favorit warga Sulawesi Selatan.
"Kuenya renyah, manis juga makanya datang untuk membeli buat lebaran bersama keluarga," kata Yuda.
Selama Ramadan, bisnis kue kering milik M Yusuf banjir pesanan, Ia juga menjual dalam bentuk kemasan besar untuk memenuhi permintaan pelanggan selama Ramadan. Kue kering Otere-otere ini telah dipasarkan di semua daerah di Sulawesi Selatan. Mulai Makassar hingga Tanah Toraja. (hns/hns)