Sulap Ikan Layur Jadi Snack, Pemuda Ini Raup Omzet Rp 40 Juta

Sulap Ikan Layur Jadi Snack, Pemuda Ini Raup Omzet Rp 40 Juta

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Jumat, 01 Mar 2019 07:16 WIB
Foto: Dok. IG @cripseasnack.id
Jakarta - Ada yang familiar dengan nama ikan layur? Mungkin di telinga sebagian besar orang Indonesia atau bahkan anak muda di Indonesia tak begitu akrab dengan nama ikan ini, sehingga tak banyak yang tahu juga dengan nilai manfaatnya.

Ikan layur merupakan salah satu komoditi ekspor andalan hasil perikanan laut. Ikan yang bertubuh ramping dan panjang ini merupakan ikan favorit masyarakat China, Jepang hingga Korea.

Ikan ini disukai karena dagingnya yang kenyal, tidak terlalu amis, tidak berminyak, serta mudah dilepas tulangnya. Biasanya ikan layur di Indonesia disajikan sebagai ikan asin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun seorang Fahmy Rafdiansyah (25) berhasil menyulap ikan yang gemar berkeliaran di perairan dangkal dekat pantai ini menjadi sebuah snack ringan. Snack ringan yang dibungkus dengan nama Cripsea ini bahkan berhasil menghasilkan pundi-pundi yang 'lumayan' untuk usaha pemula.


Ikan layur yang digunakan Fahmy adalah ikan reject atau yang gagal diekspor. Fahmy memiliki usaha keluarga yang bergerak di bidang pengolahan dan ekspor hasil laut.

Biasanya, ikan layur yang biasa diekspor ke China, Taiwan dan Hong Kong ini tak semuanya lolos untuk kriteria diekspor. Dalam perjalanan, ikan layur yang memang rentan terhadap risiko lecet yang bisa mengurangi kualifikasi ekspornya kerap dikembalikan ke Pangandaran, tempat usaha Fahmy dijalankan.

"Ekspor itu selalu ada reject atau barang yang nggak bisa ekspor. Begitu return, kalau sudah balik ke Pangandaran nggak ada nilainya. Ke tukang asin juga paling Rp 2-3 ribu. Lama kelamaan punya ide kenapa nggak dibuat snack," kata Fahmy kepada detikFinance saat dihubungi, Kamis (28/2/2019).

Sulap Ikan Layur Jadi Snack, Pemuda Ini Raup Omzet Rp 40 JutaFoto: Dok. IG @cripseasnack.id

Ide menyulap ikan layur menjadi makanan ringan dipilih Fahmy lantaran potensi ikan layur yang kerap kurang optimal dimanfaatkan. Saat disulap menjadi snack, ikan layur yang dagingnya lezat ternyata memberikan rasa yang berbeda dibanding snack ringan berbahan seafood pada umumnya.

Dengan waktu eksperimen selama empat bulan, snack dengan nama brand Cripsea akhirnya diluncurkan ke pasar pada awal Mei 2018. Animo pasar saat itu cukup antusias. Pada bulan Juni 2018, omzet yang dihasilkan dari penjualan Cripsea mencapai Rp 60 juta.

"Kalau sekarang omzet rata-rata 40 juta. Tapi itu sudah stabil," katanya.

Sejauh ini ada dua varian yang diproduksi oleh Cripsea, yakni snack seafood dengan bahan dasar ikan layur dan yang berbahan dasar cumi. Selain itu ada dua varian lainnya yang akan diluncurkan yakni rasa udang dan juga baby crabs atau bayi kepiting.


Lokasi produksi yang ada di Pangandaran memudahkan Fahmy mendapatkan bahan baku yang segar untuk produknya. Hal tersebut menjadi keunggulan tersendiri dari snack miliknya.

"Kita mengungguli bahan. Memang seafood snack sudah banyak tapi mereka biasanya pakai ikan yang kualitas rendah. Kalau kita pakai ikan jenis layur yang komoditasnya 90% itu ekspor," kata Fahmy.

Adapun harga jual snack Cripsea dijual dari Rp 20.000/pcs (ikan) dan Rp 24.000/pcs (cumi). Sekitar 90% pemasaran dilakukan lewat Instagram atau Whatsapp dan sisanya melalui toko online.

Produk Cripsea juga banyak dijual lewat agen reseller yang telah menjangkau Padang hingga Papua. Ke depan, pemasaran akan difokuskan untuk dijual melalui pusat-pusat belanja oleh-oleh.

"Karena sudah nyobain pasar umum, produk ini agak kurang masuk ke kantong masyarakat. Rp 24.000 buat jajanan sehari-hari agak sulit makanya kita mungkin akan fokus ke pasar oleh-oleh," ungkapnya.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang Cripsea, bisa melalui Instagramnya di @cripseasnack.id (eds/ara)

Hide Ads