Jualan Kerupuk di Perbatasan RI, Wanita Ini Bisa Kuliahkan 2 Anaknya

Jualan Kerupuk di Perbatasan RI, Wanita Ini Bisa Kuliahkan 2 Anaknya

Hendra Kusuma - detikFinance
Kamis, 31 Okt 2019 19:00 WIB
Suryati (kanan)/Foto: Hendra Kusuma
Jakarta - Hidup di perbatasan Indonesia tidak sesulit yang dibayangkan. Anggapan perbatasan yang jauh tertinggal dari segi apapun kini terpatahkan setelah Pemerintah memprioritaskan pembangunan dimulai dari wilayah perbatasan atau terluar.

Kini wilayah perbatasan Indonesia seperti di Karimunbesar, Kabupaten Tanjung Balai Karimun (TBK), Provinsi Kepri sudah memiliki infrastruktur ketenagalistrikan yang menjadi pondasi dasar perekonomian. TBK sendiri berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia.

Hal itu tentu dimanfaatkan oleh masyarakat Pulau Buru, Kabupaten TBK. Seperti Suryati, wanita berusia 43 tahun ini kini berhasil menyekolahkan dua anak perempuannya hingga jenjang S1 di universitas ternama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suryati berhasil memanfaatkan listrik PLN untuk menambah pundi-pundi keuntungannya dari berjualan kerupuk khas TBK, yaitu kerupuk udang dan ikan.

"Saya sejak 2012 usaha kerupuk udang dan ikan," kata Suryati saat berbincang kepada detikcom beberapa waktu lalu, Jakarta, Kamis (31/10/2019).


Usaha pembuatan kerupuk ini, kata Suryati sangat bergantung dengan listrik terutama pada saat proses pendinginan bahan baku setelah dikukus.

Sejak 2012, Suryati mengaku di tempat tinggalnya listrik hanya menyala selama 12 jam mulai dari sore hari hingga pertengahan malam sehingga waktu produksi sangat terbatas. Sejak 2014, wilayah tinggalnya kini sudah menikmati listrik selama 24 jam dan bisa memproduksi kerupuk udang dan ikan kapan saja.

"Kalau dulu kalau api (listrik) nyala mana cukup, kalau sekarang 24 jam dapat pengaruh besar karena bisa kerjakan kapan saja. Kalau dulu (kerupuk) kerasnya nunggu dua hari karena lampu nyalanya terbatas," jelas dia.

Jualan Kerupuk di Perbatasan RI, Wanita Ini Bisa Kuliahkan 2 AnaknyaFoto: Hendra Kusuma

Dia menceritakan, pasokan listrik PLN yang sudah melayani selama 24 jam nonstop memberikan dampak besar terhadap bisnisnya. Dia mengaku mampu mengumpulkan keuntungan sebesar Rp 2 juta setiap bulannya hanya dari usaha kerupuknya. Dirinya juga memiliki usaha lain seperti warung jajanan.

"Omzet bersih Rp 2 juta per bulan. Saya usaha tidak kerupuk saja, dagang udang, warung kecil-kecilan, bikin tekur asin tapi sudah berhenti," jelasnya.


Kerupuk hasil produksinya kini dijual ke beberapa wilayah di Kepri seperti TBK, Pulau Buru, Tanjung Batu, dan sesekali mendapat pesanan dari Singapura.

Dengan listrik yang menyala selama 24 jam nonstop, Suryati mengaku kini bisa menyekolahkan kedua putrinya hingga bangku kuliah. Anak pertamanya kini sudah menjadi sarjana hukum dan satunya masih kuliah mengambil jurusan Ilmu Pemerintahan di UMRAH, Tanjung Pinang, Kepri.

"Dua anak saya kuliah, satu sudah lulus dan satu belum, satu ambil Ilmu Pemerintahan jurusan administrasi negara dan hukum. Dua duanya di UMRAH Tanjung Pinang," ungkapnya.


(hek/ara)

Hide Ads