Bikin Pakaian Ibu Menyusui, Perempuan Ini Raup Rp 300 Juta/Bulan

Bikin Pakaian Ibu Menyusui, Perempuan Ini Raup Rp 300 Juta/Bulan

Danang Sugianto - detikFinance
Sabtu, 30 Nov 2019 16:30 WIB
Foto: Dok. Mamigaya
Jakarta - Inspirasi bisnis bisa datang kapan saja dan di mana saja. Tak perlu pusing memikirkannya, bisa saja ide bisnis itu berasal dari permasalahan kita sehari-hari.

Setidaknya itulah yang dialami oleh Faridah Alawiyah. Dia berhasil mengartikan pengamalan pribadinya menjadi sebuah bisnis yang sangat menguntungkan yang diberi nama Mamigaya.

Mamigaya sendiri merupakan merek sebuah pakaian khusus ibu menyusui. Nama merek ini terbilang cukup tenar. Bahkan dia sudah beberapa kali diwawancarai media besar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Faridah menceritakan, ide bisnisnya berawal dari pengalamannya sebagai ibu menyusui sekaligus wanita yang bekerja. Mobilitas yang tinggi membuat dia kesulitan untuk memberikan ASI kepada anaknya saat berpergian.

Sehingga membutuhkan pakaian menyusui yang simple, nyaman, dan mudah bila membawa buah hati ke mana saja dengan tetap dapat memberikan ASI ke manapun dan di manapun," ujarnya kepada detikcom, Sabtu (30/11/2019).

Sebetulnya saat itu sudah ada produk baju menyusui. Namun Farida merasa harga yang ditawarkan cukup mahal dengan kualitas baju yang biasa-biasa saja. Bahkan menurutnya saat dipakai kurang nyaman karena masih harus membuka tutup kancing dan ritsleting sebagai akses menyusuinya.

"Karenanya, saya terfikir untuk mendesain baju menyusui yang paling simple untuk kebutuhan sehari-hari ibu menyusui," tambahnya.

MamigayaMamigaya Foto: Dok. Mamigaya

Dari situlah bisnisnya mulai dirintis sejak Januari 2012, kemudian baru mulai distribusi pada April 2012. Saat itu modal yang dia punya hanya sekitar Rp 1 juta untuk uji coba produksi. Kemudian saat tahap produksi dan mulai distribusi dia menghabiskan modal Rp 70 juta.

Kebetulan Faridah memiliki kerabat dan lingkungan tempat tinggal lama yang bergerak di bidang konveksi. Dari situ dia mempelajari kelebihan dan kekurangannya hingga mendapatkan tempat produksi yang pas

"Tidak hanya itu saya juga mempelajari bisnis di bidang konveksi kepada rekan dan kerabat yang saat ini bergelut di bidang tersebut. Dari situlah kemudian saya melakukan ujicoba terlebih dahulu mulai dari proses desain, pola, pembuatan sampel, dan dijahit massal," tuturnya.



Awalnya Faridah hanya memproduksi sedikit, lama-lama semakin banyak seiring munculnya sambutan dari para ibu menyusui.

Awalnya juga dia hanya dibantu suaminya, kemudian saat pemesanan semakin banyak dia mulai merekrut keluarga dan kerabat dekat, serta ibu rumah tangga lainnya.

"Selain menambah penghasilan, juga dapat memberdayakan kerabat dekat untuk memperoleh penghasilan tambahan. Prinsip kesejahteraan untuk semua kru yang kita utamakan," ujarnya.

Bisnis Mamigaya semakin besar seiring dengan kesadaran ibu-ibu tentang pentingnya memberikan ASI kepada anaknya. Apalagi produknya dibuat dengan fokus pada kenyamanan dan fungsional. Model baju yang dibuatnya juga terbilang kekinian, sehingga mampu menarik perhatian ibu-ibu muda.

Dalam memasarkan produknya, Faridah juga menggunakan saluran yang sedang nge-trend seperti media sosial, website, endorse, pameran, market place, e-commerce hingga membuat peluang reseller.

"Semakin banyak ibu yang membeli produk kita kita makin senang bukan semata karena semakin banyak keuntungan yang diperoleh tetapi lebih dari itu itu menunjukan bahwa kesadaran untuk para ibu memberikan ASI di Indonesia semakin banyak. Dan itu menjadi kebahagiaan tersendiri untuk saya pribadi," tambah Faridah.

Kini, Mamigaya mampu memproduksi sekitar 1.000-4.000 baju menyusui dalam sebulan. Faridah juga mampu mengantongi omzet sekitar Rp 200-300 juta per bulannya.

Buka Peluang Reseller

Untuk mengembangkan bisnisnya Faridah memilih untuk membuka peluang kemitraan reseller. Sistem kerjasama yang dia terapkan adalah beli putus. Mitra akan mendapatkan diskon reseller sekitar 15-30% tergantung pembelian.

Saat ini Mamigaya sudah memiliki 50-60 reseller. Mitranya itu tersebar bukan hanya di Indonesia, ada juga mitranya yang berasal dari negara tetangga.

"Saya tidak tahu penjualan mitra, tapi pembelian mitra tertinggi dengan pembelanjaan satu bulan Rp 20-30 juta perbulannya yang sudah termasuk diskon," tuturnya.

Hide Ads