Jualan Jamu di Tengah Corona Bisa Kantongi hingga Rp 90 Juta/Bulan

Jualan Jamu di Tengah Corona Bisa Kantongi hingga Rp 90 Juta/Bulan

Anisa Indraini - detikFinance
Selasa, 04 Agu 2020 14:36 WIB
Bisnis Jamu
Foto: Jamu (Istimewa/Lies)
Jakarta -

Bisnis jamu bukanlah hal yang baru di Indonesia. Namun minuman tradisional itu selalu diminati seakan tidak pernah mati.

Terlebih dalam masa pandemi virus Corona (COVID-19) seperti saat ini. Jamu merupakan salah satu bisnis yang permintaannya malah meningkat hingga membuat pedagangnya mendapat rezeki nomplok.

Hal itu dirasakan langsung oleh Lies, warga Depok. Disaat bisnis lain melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan, dia mengaku malah menambah karyawannya karena merasa kuwalahan menghadapi pesanan yang meningkat hingga 300%.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sejak awal Maret ada berita di Depok ada yang kena virus Corona itu kan ada berita bahwa harus minum jamu mpon-mpon nih. Wah semua orang langsung nyari jamu semua. Saya sampai kuwalahan waktu itu. Sampai bisa 300% (naiknya) pas bulan-bulan Maret itu," kata Lies kepada detikcom, ditulis Jumat (31/7/2020).

Bisnisnya pernah berjaya dengan mendapat penghasilan Rp 90 juta per bulan selama dua kali sejak awal Corona merebak. Saat itu dia bisa menghabiskan 300 botol per hari, dari yang biasanya hanya 100 botol per hari.

ADVERTISEMENT

"Pas naik itu per bulan bisa sekitar hampir Rp 90 jutaan. (Merasakan 90 juta) hampir 2 bulanan itu Maret-April," ucapnya.

Bisnis JamuBisnis Jamu Foto: Jamu (Istimewa/Lies)

Namun saat ini, Lies bilang, penghasilannya sudah kembali normal dengan pendapatan Rp 30 juta per bulan. Rata-rata produksinya juga sudah normal yakni 100 botol per hari.

"Kalau dulu meningkat itu karena masih aktif sekolah, orang kantor, jadi reseller yang paling banyak. Itu orang datang dijualin lagi, dijualin lagi, jadi omzetnya sampai kuwalahan. Kalau sekarang banyak yang kerja di rumah, berpengaruh sih sudah mulai stabil lagi untuk bulan-bulan ini sekitar Rp 25-30 juta per bulan," ungkapnya.

Berkat pandemi ini juga varian jamunya jadi bertambah karena tercipta jamu mpon-mpon. Bisnis yang sudah dimulai sejak 2011 ini telah memiliki dua cabang toko.

"Awalnya itu sebenarnya ibu saya yang jualan jamu gendong dari tahun 2000 sampai 2007. Dari situ off, berhenti. Memang keluarga kami sebenarnya suka jamu semua, jadi pas lagi ini saya minta resep dari ibu gimana cara bikin jamu. Mulai tertarik lah dari awal 2011 itu," kata Lies menceritakan awal mula memulai bisnis.

Harga jamu yang ditawarkan bisa dibilang terjangkau. Yakni dari harga Rp 10.000 untuk botol ukuran 250 ml, Rp 17.000 untuk botol ukuran 500 ml dan ukuran 1 liter dijual Rp 35.000 untuk semua varian.

Berkat menekuni bisnisnya, ibu rumah tangga beranak 2 itu telah berhasil membeli mobil dan membantu suaminya yang bekerja sebagai pegawai swasta untuk bisa sekolahkan anak-anaknya.

Meski begitu, membuka usaha jamu bukan berarti mulus-mulus saja. Lies menyebut kendala dalam menjalankan bisnis ini adalah keterbatasan demografi karena produk jamu yang alami tidak bisa bertahan lama. Dia sendiri mengaku pasar paling jauh hanya bisa sampai Semarang.

"Jamu ku kan benar-benar asli tanpa pengawet, tanpa pemanis, jadi kendalanya dalam faktor pengiriman. Sebenarnya kalau masuk kulkas bisa 1 minggu, masuk freezer 1 bulan juga nggak apa-apa tapi kalau suhu ruangan cuma 1 hari. Makanya risiko keluar kota biasanya dibekuin dulu. Sebenarnya banyak permintaan ke Tangerang, ke Makassar, cuma gitu bingung ngirimnya gimana," tuturnya.

Bisnis JamuBisnis Jamu Foto: Jamu (Istimewa/Lies)


Simak Video "Video WHO soal Ilmuwan China Temukan Virus Corona Baru Mirip Penyebab Covid-19"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads