Alasannya memilih ternak domba karena hewan berbulu tebal itu dinilai lebih tahan penyakit dan harganya lebih murah ketimbang kambing. Lagi pula permintaan warung sate justru lebih banyak domba betina dibanding kambing, makanannya juga lebih mudah didapat karena bisa rumput-rumputan, ampas tahu dan konsentrat.
Sudjono memberikan tips bagi pemula yang mau terjun bisnis ternak domba seperti dirinya. Jika mau untung besar, disarankan agar domba yang diternak mencapai 1.000 ekor seperti yang dilakukannya. Namun modal yang disiapkan juga harus besar, berdasarkan pengalamannya sekitar Rp 2 miliar untuk modal tanah, bikin kandang, beli domba, hingga makanannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau mau bisnis yang besar harus dikelola secara benar, itu baru bisa berjalan dengan untung yang besar. Itu tidak bisa sendiri lah harus ada jaringan-jaringan yang luas. Jadi kembali lagi sekarang berapa modal orang itu, kalau saya (modal) Rp 2 miliar," bebernya.
Bagi yang tidak punya modal sebesar itu jangan khawatir, Anda bisa mulai terlebih dahulu dengan skala kecil untuk ternak domba yang jumlahnya hanya beberapa ekor saja. Namun harus diakui bahwa keuntungan yang didapat juga akan lebih sedikit.
"Kalau orang itu hanya punya katakanlah beberapa ratus juta, mereka hanya bisa ternak ratusan ekor, untungnya kan tipis dari penjualan domba itu karena jumlahnya sedikit kan otomatis tidak menutupi cost harian," ujarnya.
![]() |
Tidak memiliki latar belakang pendidikan peternakan, Sudjono mengaku ternak domba tidak sulit asalkan banyak membaca dan bertanya kepada yang lebih senior. Namun dia mengaku kendala yang sering dialami yakni sulitnya mencari pasok domba untuk digemukkan.
"Supply and demand-nya tuh kadang tidak seimbang, jadi demand-nya tinggi, supply-nya rendah. Artinya bibit-bibit domba itu tidak selancar apa yang kita inginkan. Kadang-kadang dombanya sampai kosong di pasaran seperti pada saat lebaran haji," beber Sudjono.
Untuk itu, dia berharap agar pemerintah lebih memperhatikan para pebisnis ternak domba ini untuk membantu mendapatkan bibit-bibit ternak baru. "Di situ lah kendalanya tidak ada campur tangan pemerintah jadi kadang-kadang bisnisnya kita planning kan begitu tapi kenyataannya tidak seperti yang kita harapkan. Jadi yang kita harapkan tuh unsur campur tangan pemerintah lah bagaimana bisa membuat peternak-peternak hidup," tandasnya.
(ara/ara)