Eks Buruh Sukses Bikin Kerajinan 'Kayu Hitam', Kini Punya 2 Toko

Eks Buruh Sukses Bikin Kerajinan 'Kayu Hitam', Kini Punya 2 Toko

Gebriella Massora - detikFinance
Rabu, 14 Apr 2021 04:00 WIB
Pengusaha kayu Eboni, Palu/Dok Pribadi
Foto: Pengusaha kayu Eboni, Palu/Dok Pribadi
Jakarta -

Sukses bisa milik siapa saja. Tak terkecuali bagi mantan buruh pabrik asal Palu, Sulawesi Tengah, Sumaryono. Dengan ketekunan dan keuletannya, Sumaryono kini jadi pengusaha kayu eboni sukses.

Kayu eboni sendiri salah satu tumbuhan endemik di Sulawesi Tengah yang menjadi sasaran pengrajin untuk menghasilkan beragam bentuk kerajinan dari tumbuhan tersebut terutama tekstur kayunya yang berbeda dari kayu eboni di daerah lain.

"Kayu eboni yang bagus itu dari Sulawesi Tengah, jadi tidak identik kalo mengolah kayu eboni dari luar karena endemik kayu eboni itu di Sulawesi khususnya di Sulawesi Tengah dan bahkan di luar negeri itu enggak ada kayu seperti kayu eboni ini apalagi yang di Sulawesi Tengah. Karena, walaupun endemik di Sulawesi namun masing-masing daerah di Sulawesi memiliki ciri khas yang berbeda. Nah, salah satu kayu eboni yang paling bagus teksturnya yah di Sulawesi tengah" kata Sumaryono kala berbincang dengan detikcom, beberapa waktu lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sumaryono mengawali kisahnya saat menjadi seorang buruh di sebuah toko kerajinan di Palu pada tahun 1990-an. Dari situ, rasa cintanya terhadap kerajinan sudah tumbuh. Berbekal pengalaman, Sumaryono memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri.

"Seiring berjalannya waktu saya membuka usaha kerajinan sendiri, karena saya sudah berkeluarga jadi saya bisa untuk buka sendiri. Jadi setelah saya menikah tahun 1997 sejak saat itu saya mulai usaha," kata Sumaryono

ADVERTISEMENT

Dia ingat betul saat itu modal awal yang ia keluarkan adalah Rp 15 juta. Uang tabungan dari penghasilan dia sejak jadi buruh harus rela ia rogoh dengan harapan usaha dia akan sukses.

Bahan baku yang dia peroleh bukan adalah dari limbah pabrik pengolahan kayu. Limbah kayu bekas berwarna hitam atau yang disebut kayu eboni dia pungut untuk dijadikan kerajinan yang bernilai tambah.

"Jadi waktu itu, banyak sisa-sisa industri pabrik kayu eboni yang ada di Palu saya minta sisa potongan kayu hitam yang tidak terpakai, nah sisa-sisanya itu atau limbahnya itu kemudian diolah dan sampai sekarang saya juga belum pernah nebang kayu dan sampai sekarang limbah-limbahnya saja yang diproduksi," jelas Sumaryono.

Seiring berjalannnya waktu, dengan modal serta keahlian Sumaryono mampu membuka 2 cabang toko sekaligus di Kota Palu yang bernama Sumber Urip Eboni. Harga produk yang dia jual pun beragam

"Nah, kalo gantungan kunci biasa sekitar Rp 5.000 ke atas bahkan sampai furniture bisa sampai puluhan juta ada Rp 30 juta dan Rp 40 juta, ada juga yang harga Rp 700 ribu, ada yang Rp 100 ribu, ada juga yang Rp 50 ribu, jadi beragam" ungkap Sumaryono

Kisaran harga tersebut tidak hanya dilihat dari kecil besarnya kerajinan melainkan nilai seni yang dihasilkan. "Relatif, bukan diliat dari besar kecilnya barang tapi diliat dari nilai seni, ini sebenarnya tidak bisa kami ukur tapi ada standar," kata Sumaryono.

Penasaran kisah selanjutnya, ayo klik halaman berikutnya!

Banyak wisatawan yang tertarik saat berkunjung ke Palu. Tak terkecuali wisatawan mancanegara. Sumaryono pernah mencoba peruntungan untuk ekspor, namun sayang, perizinan di Indonesia yang terkenbal berbelit-belit jadi kendala. Alhasil, dia menumpang bendera perusahaan lain untuk mengekspor produknya.

"Kalau di perusahaan lain mungkin ekspor yah. Tapi kalau kami belum, kemarin mau coba ekspor tapi kendala di perizinan, jadi kami kirim pakai bendera perusahaan lain yang bisa ekspor waktu itu tahun 2010," ungkap Sumaryono.

Usaha Sumaryono maju. Dia mengaku bisa memenuhi kebutuhan keluarga dengan usahanya ini. "Kalau omzet lumayan namun saya tidak bisa utarakan, ya alhamdulillah cukup gitulah" kata Sumaryono

Sumaryono berpesan, berbisinis tak hanya butuh modal dan keahlian. Mental juga menjadi unsur yang sangat penting dala, berbisnis.

"Mental kita sudah pasti harus kuat kemudian harus menjiwai bahwa kerajinan ini tidak semudah itu jadi mental itulah yang harus kita perkuat bisa ndak menjiwai pekerjaan kita karena ini pekerjaan tidak diukur dengan yang lain-lain karena menyangkut imajinasi, kalo imajinasi sumpek tidak akan jadi barang, makanya kita mau melukis, mau bikin barang ini harus punya imajinasi, jadi tidak hanya modal saja, modal memang perlu tapi kalo tidak diimbangi dengan mental yang kuat maka akan sulit," tutup Sumaryono


Hide Ads