Dengan tekad yang besar untuk membayar kerugian para investor, Bagas mencoba bangkit dengan meminta bantuan kepada pamannya yang sebagai petani jamur tiram. Dari situ dia mendapat ide untuk mengolahnya menjadi camilan jamur krispi.
"Di situ saya mulai pelan-pelan mendapat pemasukan minimal untuk diri sendiri, nah pelan-pelan ternyata responsnya baik, reseller di mana-mana," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagas menyebut awal mula memulai bisnis jamur krispi ini tanpa modal. Dia hanya menerapkan sistem pre order (PO) di mana baru membuat ketika ada orang memesan untuk menjadi reseller, kemasan awalnya juga sangat sederhana.
"Aku panasin lilin untuk merekatkan plastik buat packaging. Ngaduk bumbu pakai stoples, itu saya lakukan kurang lebih dua tahun," katanya.
Saat itu Bagas tak berani menjual bisnisnya di media sosial karena saat mempromosikan, yang datang di kolom komentar hanyalah para korbannya untuk menagih utang. Untuk itu, awalnya dia menjual jamur krispinya di alun-alun Kediri, lampu merah, hingga pameran. "Saya hajar semua yang penting dapat cashflow, utang bisa lunas, pribadi bisa survive," tegasnya.
Bagas memberikan tips bahwa untuk membuat bisnis berkembang harus bergaul dengan komunitas yang berisi pengusaha seperti dirinya yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia. Dari situ dikatakannya akan mendapat kemudahan semacam bantuan dan bisa belajar bagaimana mengelola bisnis yang benar.
"Di sana kita bisa ngobrol, bisa sarapan bareng yang omzetnya Rp 20 miliar. Saya ikut Kadin karena rata-rata fasilitator dari government itu didapatkan dari Kadin. Bantuan, apapun itu karena posisi saya nggak punya uang untuk modal," ucapnya.
Setelah bisnisnya semakin berkembang, Bagas memutuskan untuk merekrut para artis seperti Ricky Harun, hingga Valentino 'Jebret' Simanjuntak untuk dibuatkan berbagai brand ambassador camilan yang berbahan dasar jamur, pisang, usus, hingga makaroni.
"Pokoknya artis-artis sudah merapat ke kita, ya sudah setiap artis kita bikin satu brand dan munculnya berbagai macam brand yang saat ini kurang lebih ada 12 brand di tempat kami," ucapnya.
Brand-nya sudah terjual di mana-mana berkat reseller, bukan berarti tak ada kendala untuk menjalankan bisnis. Bagas mengaku kendalanya saat ini adalah usianya yang masih muda sebagai pemimpin, sehingga sering disepelekan oleh pegawainya yang memiliki usia lebih matang.
"Di situlah tantangannya karena kita harus maintain mereka yang secara usia sudah dewasa, secara pengalaman sudah matang, tapi dengan posisi kita sebagai leader, dengan pengalaman dan usia yang minim bisa disepelekan dan macam-macam," tuturnya.
Meski begitu, bagaimanapun sebagai pemimpin harus bisa mengatasi kendala tersebut demi keberlangsungan usahanya yang telah melibatkan banyak orang. Kamu mau menjadi salah satu reseller camilannya? Hubungi 081999236644 atau kunjungi Instagram @fck_corp.
(aid/ara)