Jakarta -
Tinggal di perkampungan bukan berarti selalu berada dalam ketertinggalan. Kata itulah yang cocok untuk menggambarkan semangat emak-emak yang tinggal di kampung untuk tetap bisa mengumpulkan penghasilan sambil menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga.
Dengan dibekali teknologi, ibu-ibu ini melihat peluang usaha menjadi reseller aplikasi 'Dagangan', sebuah start-up yang bergerak di bidang social-commerce dengan menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai dari sembako, produk segar hingga kebutuhan harian tanpa perlu datang ke pasar.
Para reseller yang rata-rata dari kalangan ibu-ibu ini akan menjadi tempat drop of point barang dagangan yang dipesan melalui aplikasi. Aplikasi Dagangan tak hanya menyediakan kebutuhan sembako saja, tapi juga dinilai mampu berdayakan perempuan di perkampungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu ibu yang juga reseller Dagangan asal Kabupaten Bandung, Noni mengatakan, sudah sangat jarang berbelanja ke pasar karena selain usianya yang hampir menginjak 60 tahun dan rawan terpapar COVID-19, kebutuhan sehari-harinya pun sudah dapat terpenuhi dengan memesan barang melalui aplikasi tersebut. "Udah enggak pernah ke pasar, apalagi sudah menghasilkan (uang) sekarang. Bahaya COVID juga," ujarnya saat berbincang bersama wartawan, Senin (31/5/2021).
Warga lainnya, Siti Aminah menuturkan, sudah mulai mengikuti usaha Dagangan ini sejak satu tahun yang lalu. Dia mengatakan hal serupa dengan Noni, tak hanya kebutuhan sehari-hari saja yang terpenuhi tapi juga menambah penghasilannya selama di rumah.
"Awalnya saya ingin bantu saudara yang tinggal dekat rumah saya. Tiap hari mereka nitip belanja harian, juga belanja di aplikasi dengan referral saya menjadi binaan," kata Siti.
Dia juga tergiur dengan harga jual yang lebih murah ketimbang belanja langsung di pasar. "Jadi saya memilih dengan Dagangan saja, karena diantar sampai depan rumah, gratis ongkos kirim, dan pastinya aman di masa pandemi ini, ga perlu pergi-pergi. Aplikasinya mudah, harganya murah, dan saya dapat komisi juga tiap bulannya," tuturnya.
Berapa penghasilan dari bisnis re-seller yang dijalankan emak-emak ini? Langsung klik halaman berikutnya.
Simak Video: Peluang Usaha di Tahun 2021
[Gambas:Video 20detik]
Ditanya soal additional income (pendapatan tambahan), Siti menuturkan tergantung grade akun reseller. Selama satu bulan, dia berhasil memenuhi target sekitar Rp2,5 juta dan 7 persennya masuk dalam kantong pribadi.
"Sebenarnya kalau dari pemasukan masih kecil, tapi bisa mengurangi pengeluaran berlebih dan nutup kebutuhan dapur," ungkapnya.
"Sekarang bayangan tambah lagi target capaian jadi kalau bisa Rp 9 juta per tiga bulan, kita dikasih emas batangan. Baru mulai April kemarin. Dari harga sembako hampir sama lumayan enggak ada ongkos jalan ke pasar jadi ngebantu ibu-ibu yang sambil jaga anak," sambung Siti.
Sementara itu, Founder Dagangan Indonesia Wilson Yanaprasetya mengatakan, aplikasi ini memang dibuat khusus untuk masyarakat yang tinggal di pedalaman dengan akses infrastruktur yang masih tertinggal. Sehingga, kata dia, harga sembako atau kebutuhan masyarakat akan jauh lebih murah ketimbang harus membeli dengan jarak tempuh yang lebih jauh dan membutuhkan biaya tambahan.
"Orang-orang di desa, dia harus turun gunung atau jalan sekilometer, dua kilometer untuk belanja ke pasar terdekat untuk membeli barang. Dan itu pun harganya enggak murah karena harganya beda dengan harga pasar induk di Bandung," ujar Wilson.
"Kita bisa dibilang social e-commerce company. Kita membuat jaringan-jaringan di mana orang-orang (reseller) ini akan bisa jadi drop of point (logistik), mereka menampung demand (permintaan) yang ada di daerah tersebut. Setiap kali kita mendapat satu demand, mereka order ke kita dan langsung kita kirim," jelas Wilson.
"Mereka (reseller) yang akan membagikan, jadi kebutuhan per-orang akan dikumpulkan di satu tempat dan akan kita kirim barangnya hari itu juga. Dia (reseller) bisa mendapatkan additional income atau uang tambahan melalui proses pengumpulan demand tadi," sambungnya.
Hingga saat ini, total reseller yang terdaftar dalam aplikasi Dagangan sudah sebanyak 20 ribu yang tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan sebagian kecil di Sumatera. Pencapaian tersebut didukung dengan jumlah transaksi rata-rata 300 sampai 400 kali pengantaran barang dalam waktu 24 jam dan di satu desa. "Masing-masing desa berbeda ya, ada yang bahkan lebih dari 400 pengantaran khususnya di Jawa," tuturnya.