Dari Gunungkidul, Pria Ini Dibayar Dolar Lewat Karya yang Mendunia

Dari Gunungkidul, Pria Ini Dibayar Dolar Lewat Karya yang Mendunia

Pradito Rida Pertana - detikFinance
Sabtu, 10 Jul 2021 14:30 WIB
Kisah Penyedia Jasa Kreatif di Gunungkidul, Orderan Tetap Mengalir di Tengah Pandemi
Foto: Pradito Rida Pertana
Gunung Kidul -

Hantaman pandemi COVID-19 tak menghentikan pelaku jasa kreatif di Gunungkidul untuk terus berkarya dan mendulang pundi-pundi rupiah. Salah satunya adalah Wahyu Agung Nugraha (30) yang tetap mampu menjual karyanya hingga luar negeri di tengah pandemi.

Warga Pedukuhan Bansari, Kalurahan Kepek, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul ini menceritakan awal mula terjun ke dunia desain dan berujung menjadi pelaku jasa kreatif. Agung mengaku saat duduk di bangku sekolah sering menggambar di atas kertas.

"Saat sekolah saya sering gambar di kertas dan keterusan. Jadi bisa dibilang awalnya ya dari iseng-iseng saja," katanya saat ditemui di rumah sekaligus workspacenya di Pedukuhan Bansari, Sabtu (10/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika menempuh studi di SMA 2 Wonosari, pria yang kerap disapa Agung Badak karena berpostur gemuk ini mulai mengenal cara menggambar dengan memanfaatkan platform digital. Agung mulai memanfaatkan Photoshop dan mempelajarinya dengan meminjam laptop milik rekannya.

"Terus pas ada study tour ke Bali saya pilih tidak ikut, tapi sebagai gantinya saya minta uang untuk study tour dibelikan laptop saja," ucapnya sembari sibuk menggambar.

ADVERTISEMENT
Kisah Penyedia Jasa Kreatif di Gunungkidul, Orderan Tetap Mengalir di Tengah PandemiKisah Penyedia Jasa Kreatif di Gunungkidul, Orderan Tetap Mengalir di Tengah Pandemi Foto: Pradito Rida Pertana

Setelah mendapat persetujuan dari orang tuanya, pria asal Pedukuhan Kwangen Lor, Kalurahan Pacarejo, Kapanewon Semanu, Kabupaten Gunungkidul ini semakin tekun menggambar dengan memanfaatkan platform digital. Hingga akhirnya saat menempuh bangku kuliah dia mengambil jurusan pendidikan seni rupa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

"Kalau belajar gambar pakai Photoshop dan lain-lain itu otodidak," katanya.

Setelah mahir menghasilkan karya melalui platform digital, Bapak satu anak ini melihat beberapa orang asal Gunungkidul mampu menjual desain dan menjadikannya sumber penghasilan. Terinspirasi dari hal tersebut, Badak mulai mengunggah karyanya ke media sosial Facebook.

"Setelah upload gambar di Facebook, tahun 2016 itu ada warga negara Perancis DM (mengirim pesan pribadi melalui Facebook) dan mau membeli desain saya," ujarnya.

Dari situlah karyanya mulai dikenal, apalagi Badak mulai membuat akun Instagram sebagai media publikasi karya-karyanya. Badak mengaku sebagian besar kliennya saat itu berasal dari luar negeri.

"Klien saya kebanyakan dari Eropa dan Amerika utara dan Amerika Selatan, tapi Asia juga ada khususnya dari Tiongkok. Kalau Eropa itu seperti dari Moscow, Belgia, Spanyol hingga Swedia," katanya.

Bahkan, saking banyaknya pesanan masuk membuat pria kelahiran tahun 1991 ini tidak merampungkan jenjang kuliahnya. Padahal, saat itu Badak tinggal menyelesaikan skripsinya.

"Akhirnya ya tidak lulus (kuliah) karena tidak saya selesaikan," ucapnya.

Lihat juga Video: Karya dari Kelompok Difabel

[Gambas:Video 20detik]



Agung mengaku karyanya sebagian besar mengusung tema tengkorak dan dia menduga itulah yang membuat banyak orang luar negeri tertarik menggunakan jasanya. Namun Agung tetap menerima pembuatan desain di luar tema tengkorak, bahkan untuk desain yang belum dikuasai Agung memilih menolaknya.

"Gambar saya kebanyakan untuk papan skateboard, kaos sampai hingga stiker," ujarnya.

Menyoal tarif untuk setiap desain, pria berkumis ini enggan mengungkapkannya. Namun, dia mengaku sempat mendapat bayaran mulai ratusan ribu hingga saat ini menyentuh jutaan rupiah.

"Awalnya ratusan ribu terus sekarang sampai jutaan kalau dirupiahkan. Karena bayaran saya dalam bentuk mata uang luar negeri seperti Dollar, nah pas dirupiahkan ternyata jutaan," katanya.

Dia juga menceritakan bahwa profesinya ini jarang diketahui tetangga sekitar, mengingat setiap hari dia hanya di rumah namun mampu menghidupi keluarganya dengan layak. Namun, ketika ditanya orang-orang dia memilih tidak menjelaskannya dan membiarkan orang-orang yang menilainya sendiri.

"Saya kan orang desa, beberapa masyarakat belum paham. Kalau ditanya pekerjaanmu apa, paling tak jawab melamun sambil menghadap tembok (melamun sambil menatap tembok). Biarkan mereka paham sendiri," kata Agung sambil tertawa.

"Tapi bidang pekerjaan yang tidak diakui pekerjaan oleh masyarakat ini nyatanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari," imbuh Agung.

Menyoal dampak selama pandemi COVID-19, Badak mengaku sempat terdampak tapi tidak lama. Pasalnya perekonomian di negara Eropa dan Amerika lebih cepat bangkit sehingga berdampak positif baginya.

"Kalau untuk bidang pekerjaan ini selama pandemi bisa dikatakan tidak terlalu terdampak ya. Cuma sekali itu pas awal-awal pandemi, tepatnya pertengahan tahun lalu itu beberapa pelaku usaha yang menggunakan jasaku itu sempat terdampak tapi tak berselang lama bangkit kembali," katanya.

Bahkan, saat ini Badak kembali bisa berkarya dan mengirimkan belasan karyanya ke luar negeri. Mengingat untuk menyelesaikan satu karya dia membutuhkan waktu 2-3 hari.

"Terus untuk satu desain biasanya perlu waktu 2 sampai 3 hari untuk menyelesaikan. Kalau saat ini sebulan bisa menyelesaikan 12 sampai 15 desain dan semuanya dikirim ke luar negeri," ucapnya.

Terlebih, dia sudah terbiasa tidak keluar rumah karena pekerjaannya dia lakukan dari rumah. Sehingga adanya kebijakan pemerintah untuk di rumah saja tidak berpengaruh pada pekerjaannya.

"Apalagi saat ini saya lebih fokus memasarkan desain lewat Instagram @stayhoom_project. Jadi tidak perlu keluar rumah, dan itu kan mendukung kebijakan pemerintah untuk mengurangi mobilitas, padahal itu sudah lama saya lakukan," katanya sembari tertawa.

Terlepas dari hal tersebut, dia menilai semua orang bisa melakukan seperti apa yang dilakukannya saat ini. Menurutnya yang diperlukan hanyalah niat, karena semua itu bisa dipelajari.

"Ya yang penting niat, konsisten dan dibiasakan saja. Karena di dunia itu sejatinya tidak ada orang bodoh dan orang pintar, adanya hanya orang yang terbiasa dan tidak terbiasa serta orang niat dan tidak niat," katanya.


Hide Ads