Gokil! Sambal Asal Surabaya Laris di AS, Omzetnya Rp 1,3 M

Saatnya Jadi Bos

Gokil! Sambal Asal Surabaya Laris di AS, Omzetnya Rp 1,3 M

Danang Sugianto - detikFinance
Jumat, 02 Jul 2021 08:55 WIB
Gokil! Sambal Asal Surabaya Laris di AS, Omzetnya Rp 1,3 M
Foto: Dok. Pribadi
Jakarta -

Sambal tidak hanya pendamping makanan yang semua orang mungkin bisa membuatnya. Namun sambal juga punya keajaiban tersendiri yang bisa bikin orang sukses.

Belakangan ini memang bisnis sambal cukup menjamur. Namun yang bisa tembus hingga ekspor masih sedikit. Sambal kemasan asal Surabaya, Dede Satoe salah satunya. UMKM ini berhasil menjual ribuan botol sambalnya hingga ke Amerika Serikat (AS) dan Kanada.

Pada periode Januari hingga pertengahan Juni 2021, Dede Satoe telah mengekspor 2.160 botol sambal yang tersebar di antaranya ke New York, Virginia, Los Angeles, dan Vancouver Kanada. UMKM yang beralamat di Jalan Tenggilis Timur VI/DD-1, Surabaya, Jawa Timur ini sudah mulai melakukan ekspor sejak 2016.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Co-Founder Dede Satoe, Siti Fatimah menjelaskan, Dede Satoe sebenarnya bisnis milik ibunya, Sulistianingsih. Ide awal karena ibunya beberapa kali ke luar negeri namun kangen makan makanan Indonesia, khususnya sambal. Kebetulan ibunya juga jago masak dan dikenal keahliannya itu oleh para kerabatnya.

"Ibu pernah ke China, umrah, dan pendidikan di Australia. Ibu saya suka kangen makan sambal, jadi teman-teman ibu saya ngumpul di apartemennya cuma buat makan nasi panas pake sambal sama ikan teri. Terus umrah nggak bisa makan-makan makanan Arab malah kangen sambal," tuturnya saat berbincang dengan detikcom.

ADVERTISEMENT
Gokil! Sambal Asal Surabaya Laris di AS, Omzetnya Rp 1,3 MGokil! Sambal Asal Surabaya Laris di AS, Omzetnya Rp 1,3 M Foto: Dok. Pribadi

Sambal buatan ibunya cukup disukai. Sampai akhirnya, ibunya menjajal untuk membuat sambal yang memang untuk dijual. Dengan modal hanya Rp 50 ribu, dia membeli 1 kg cabai. Hasilnya kemudian dicoba ditawarkan ke saudara dan kerabatnya dan ternyata laku.

Percobaan kedua, ibunya mencoba memasukkan produk sambalnya ke salah satu swalayan di Surabaya yang bernama Chicco. Toko swalayan itu kebetulan tepat berada di depan rumahnya, tapi ternyata penawarannya ditolak.

"Sebenarnya itu toko sudah berteman baik sama kita, karena sama-sama penghuni lama. Tapi ditolak, karena tidak ada label, nggak ada perizinan. Dari situ ibu saya mikir, oke berarti harus punya perizinan dan label," tambahnya.

Akhirnya dia mengurus berbagai izin, mulai dari izin Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) hingga label sertifikat halal. Modal untuk urus sederet perizinan dan label itu dari hasil lomba UMKM yang sering diikuti ibunya. Kebetulan ibunya sering juara dalam perlombaan UMKM.

Nah salah satu perizinan yang membuat bisnis Dede Satoe melesat adalah sertifikat HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point). Sertifikat HACCP merupakan bukti jaminan kualitas yang diterbitkan lembaga sertifikasi independen dan merupakan jaminan keamanan pangan yang diakui dunia.

Bagaimana produk sambalnya bisa tembus AS? Cek di halaman berikutnya.

Pada suatu saat, Dede Satoe mengikuti pameran di Surabaya yang mempertemukan UMKM dengan pembeli. Kebetulan ada salah satu pembeli yang merupakan eksportir ke AS. Dia tertarik dengan produk Dede Satoe.

"Beliau awalnya tertarik karena tanpa MSG. Terus beliau tertarik ke tempat kita buat lihat produksinya. Pas tahu loh sudah HACCP, dia tambah tertarik. Kalau HACCP itu kan ketat banget keamanan pangannya. Dari situ beliau tertarik dan kami mulai ekspor langsung ke AS," terang Siti.

Pada 2016 Dede Satoe mulai ekspor produknya ke AS dan Kanada. Saat itu pengiriman baru dua kali dalam satu tahun. Satu kali pengiriman bervariasi bisa 45 hingga 60 boks, satu boks isinya 60 botol sambal.

Sejak saat itu pengiriman ke AS dan Kanada mulai meningkat. Target pasarnya ternyata masyarakat Indonesia yang tinggal di sana.

Menariknya lagi pada 2020 ketika pandemi COVID-19 melanda, ekspor Dede Satoe ke AS dan Kanada meningkat drastis. Pengiriman bisa sampai 12 kali. Ternyata pangsa pasar sambal Dede Satoe mulai merambah masyarakat asli. Anak muda AS ternyata banyak membuat tantangan makan pedas menggunakan sambalnya.

"Jadi yang beli anak mudanya. Katanya sih ramai tantangan berani pedes nggak, ya namanya anak muda, iseng kali," kelakarnya.

Gokil! Sambal Asal Surabaya Laris di AS, Omzetnya Rp 1,3 MGokil! Sambal Asal Surabaya Laris di AS, Omzetnya Rp 1,3 M Foto: Dok. Pribadi

Ekspor tersebut bisa menjadi penopang penurunan penjualan Dede Satoe di tahun pandemi itu. Penjual di domestik menurun drastis.

Meski menurun omzetnya Dede Satoe lumayan besar. Pada 2019 omzetnya mencapai Rp 1,3 miliar. Lalu di 2020 menurun menjadi Rp 600 juta.

Dede Satoe memiliki berbagai varian rasa sambal dengan varian Sambal Surabaya yang menjadi induk sambalnya. Artinya jika memilih sambal teri bahan dasar sambalnya adalah Sambal Surabaya.

Nah yang menjadi varian favorit di AS ternyata adalah Sambal Surabaya dan Sambal Korek. Sementara di Kanada cukup banyak sambal dengan varian ikan.

Dede Satoe saat ini memiliki total karyawan 8 orang, termasuk Siti Fatimah dan suaminya sebagai founder. Meski begitu UMKM ini bisa memproduksi 700 botol sehari, tentunya dibantu oleh mesin produksi.


Hide Ads