Isu lingkungan semakin berdampak pada keberlanjutan hidup manusia seperti adanya banjir, sampah plastik yang sulit didaur ulang, dan lain-lain. Hal tersebut dapat ditanggulangi dengan mengubah kebiasaan dari menggunakan barang-barang sekali pakai menjadi barang yang dapat digunakan berulang atau mudah terurai.
Kondisi tersebut yang mendasari Resti (25), wanita asal Yogyakarta untuk mengembangkan bisnis produk ramah lingkungan. Bisnisnya itu dinamakan Rumput Ilalang (RumputIlalang.id) yang sudah berjalan selama tiga tahun.
Ada tiga produk unggulan yang dia miliki yaitu cotton pad yang berfungsi sama seperti kapas, korek kuping bambu, dan sikat kayu. Dia mengatakan, tak banyak orang yang mengetahui bahwa pembuatan 1 kilogram (kg) kapas membutuhkan 20.000 liter air. Tentu akan berpengaruh pada ketersediaan air di masa yang akan datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cotton pad yang ia buat bisa digunakan selama 4-6 bulan tergantung intensitas penggunaan. Dan di masa akhir penggunaan, cotton pad ini mudah didaur ulang dengan cara dipotong kecil-kecil dan dikubur.
![]() |
Sementara itu, untuk korek kuping bambu juga merupakan alternatif dari korek kuping plastik. Gagangnya terbuat dari batang bambu yang kokoh dan masing-masing ujungnya dilapisi kapas.
"Kami salah satu pionir yang mempopulerkan penggunaan reusable cotton pad di pasar Indonesia. Komitmen kami untuk terus mengembangkan produk-produk dan packaging ramah lingkungan yang bisa dipakai berkali-kali, di-recycle, bahkan dikompos," kata Resti saat dihubungi detikcom, Kamis (21/10/2021).
Dia mengatakan, mayoritas produk ramah lingkungan itu dibuat dengan menggunakan produk lokal dan memberdayakan perajin sekitar. Saat ini dia sudah memiliki tiga pegawai tetap dan delapan orang reseller.
"Fokus kami di tahun ini ingin meningkatkan intensitas riset lapangan untuk membuat produk-produk ramah lingkungan dengan memberdayakan masyarakat lokal," ujarnya.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Tak hanya produk yang ramah lingkungan, pihaknya juga menggunakan kemasan bebas plastik dan dapat digunakan kembali seperti kertas, kaleng, dan lain-lain. Selain itu, dia juga aktif membagikan konten mengenai isu-isu lingkungan di media sosialnya.
"Harapan saya dengan konten edukasi yang kita bagikan di social media lebih banyak orang terinspirasi untuk mengubah gaya hidup mereka yang juga berdampak terhadap keberlangsungan bisnis Rumputillang.id," tuturnya.
Untuk menjalankan bisnis yang ramah lingkungan ini memiliki tantangan yang cukup berat. Apalagi produknya harus melawan eksistensi produk sekali pakai yang sudah sering digunakan masyarakat.
"Kadang hal baru yang tidak biasa dan tidak praktis lebih sulit untuk diterima apalagi yang berhubungan dengan kebiasaan. Biasanya kalau pakai kapas tinggal ambil lalu buang, sekarang harus nyuci. Di sini kita harus pintar-pintar mengedukasi calon customer mengenai produk kita, kelebihan, dan kekurangannya, juga harus bisa menjawab false believe mereka," jelasnya.
"Contohnya, aduh kulitku berjerawat apakah kalau pakai cotton pad bikin jerawatnya meradang? Apakah memakai produk reusable higienis apalagi di masa pandemi? Untuk menjawab false believe ini tidak selalu mudah kadang dibutuhkan waktu yang lama untuk riset dan dan survei kepada customer yang sebelumnya," sambung Resti.
Resti mengatakan, dari bisnisnya itu dia bisa meraup omzet hingga belasan juta rupiah. "Untuk modal awalnya sekitar Rp 200 ribu, omzet per bulan sekitar Rp 3-15 juta," pungkasnya.
(ara/ara)