Seiring berjalannya waktu, bisnisnya pun berkembang. Ia pun memberanikan diri untuk membuka booth di dekat rumahnya di kawasan Serpong. Respons masyarakat pun cukup baik.
Pada tahun 2019, Mika pun memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya di OJK. Padahal, ia telah 10 tahun bekerja di regulator industri keuangan tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya akhirnya tahun 2019 kemarin, itu resign karena kan pengin dekat keluarga juga. Kita kerja kantoran sampai jam 5, belum lagi macet-macetnya. Pengin ngurus keluarga aja lebih nyantai," terangnya.
"Sudah nanya suami diizinin, sama orang tua sudah diizinin, ya udah fokus di bisnis sama di rumah aja," sambungnya.
Jika dihitung, Mika mengatakan, modal yang ia keluarkan untuk bisnis tidak sampai Rp 15 juta. Modal itu dikeluarkan secara bertahap seiring kebutuhan peralatan.
Harga Cilok Djoedes sendiri beragam. Untuk produk beku alias frozen dibanderol dari Rp 22 ribu hingga Rp 45 ribu. Sementara, untuk yang sudah jadi alias siap makan dari Rp 10 ribu hingga Rp 39 ribu, tergantung paket yang diambil.
Singkat cerita, bisnis Mika pun berkembang. Dalam mengembangkan bisnis ini pun ia juga menggandeng mitra di sejumlah daerah. Dia mengatakan, omzet per bulannya untuk saat ini telah mencapai Rp 60- 80 juta per bulan.
"Omzet per bulan itu sekarang di angka sekitar Rp 60 juta sampai Rp 80 juta. Kadang Rp 50 juta juga pernah, karena pandemi nggak tentu juga," katanya.
Produk Cilok Djoedes sendiri dapat dibeli secara offline di sejumlah outlet seperti di Serang, Palembang, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Tangerang, Depok, dan Bekasi. Sementara, untuk online bisa ditemukan di Tokopedia, Shopee, Bukalapak, Lazada dan Blibli dengan nama akun cilokdjoedes.
(acd/ara)