Siapa yang tak tahu teh? Minuman yang satu ini kerap dijumpai di berbagai tempat, mulai dari warung, restoran fine dining, hingga di lemari dapur rumah kita sendiri.
Berawal dari kegemarannya dalam menikmati secangkir teh hangat, Neysa Valeria meraih omzet ratusan juta rupiah. Ia merupakan pemilik Havilla Gourmet Tea, merek teh lokal dari Bandung yang berdiri sejak 2014.
"Awal mula terjun di bisnis teh itu alasannya bener-bener simpel, hanya karena suka minum teh dan ada potensi availability teh di Indonesia tapi ragam piihannya nggak banyak. Kemudian ketika mulai mendalami, ternyata dunia teh itu luas banget dan sebegitu menyenangkannya. Saya pengin semua orang dapat kesempatan yang sama untuk menikmati teh," ujar Neysa kepada detikcom, ditulis Jumat (13/5/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Neysa menambahkan, ketika dirinya menempuh pendidikan S2 di Australia, semakin terbuka peluangnya untuk mempelajari teh secara lebih mendalam karena ia bisa menikmati ragam teh dengan pilihan yang sangat banyak. Dari sana lah Neysa memutuskan untuk menekuni bidang tersebut hingga mengambil tesis dengan topik Tea Industry in Australia.
"Apapun yang saya lakukan, saya pengin added value-nya berhubungan dengan teh. Sampai-sampai saya mengambil topik tesis yang selaras. Dari sana, saya mendapat banyak kesempatan untuk berbincang dengan pemilik usaha-usaha teh di sana," tutur dia.
![]() |
Keseriusannya untuk mendalami bidang ini membuat Neysa akhirnya memantapkan hati untuk mengambil sekolah teh di Australian Tea Master dan terjun ke bisnis teh pada 2014.
"Pertama kali itu saya terjun sendirian, dengan modal kecil dan banyak keterbatasan. Salah satu alasannya karena teh itu dulu belum menarik banyak peminat seperti kopi. Akhirnya buat dulu dalam kuantiti kecil. Untuk mencari bahan bakunya saja susah sekali karena kan saat itu pasarnya masih belum banyak," ujar Neysa.
Perjuangan Neysa tidak sampai di situ saja. Ia bahkan harus mencari kontak orang perusahaan satu per satu dan mendatangi mereka langsung ke kantornya untuk mencari mitra bisnis karena pada masa itu masih sulit untuk menghubungi perusahaan lewat email.
Neysa juga menambahkan, Havilla dimulai dengan target pasar perusahaan. Hal ini ia lakukan karena pada masa itu pasar artisan tea masih sangat sedikit.
"Membentuk market habit untuk retail itu susah banget, jadi mulai dari B2C nggak bisa nih kalo gini makanya lewat B2B. Kerasa terbantu dengan market kopi yang sedang booming. Pada jaman itu para coffee shop owner masih banyak yang jaga di toko. Akhirnya penetrasinya lewat temen-temen coffeshop." ujar Neysa.
Berlanjut ke halaman berikutnya.
Baginya, kopi dan teh bukanlah pasar yang harus bersaing tetapi justru harus berjalan berdampingan. Itulah budaya yang dibangun antara teh dan kopi hingga saat ini.
Saat ini, Havilla Gourmet Tea telah bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan ternama di antaranya BRI, BCA, General Electric, Dharmawangsa Hotel, dan Alibaba Indonesia. Bentuk-bentuk kerja samanya pun bervariasi, salah satunya membuat tea blend signature untuk pelanggan perusahaan tersebut.
Neysa mengaku bahwa target utama dari Havilla adalah dewasa muda atau trend setter pada saat ini. Dengan sejarah teh yang dulu terkenal eksklusif, Neysa ingin Havilla dapat menyajikan teh berkualitas tinggi atau premium tapi tidak terlalu mengintimidasi, sehingga bisa diterima lebih banyak orang dari berbagai kalangan.
Tidak hanya kerja sama dengan perusahaan, Havilla juga aktif melakukan aktivitas pemberdayaan, di antaranya pengembangan dan pembinaan soft skill bagi karyawan potensial dan pemberdayaan petani lokal di koperasi binaan di Pekalongan.
"Giving Back to The Society kalau di kita namanya untuk membantu masyarakat. Salah satunya dengan mendukung petani-petani lokal. Indonesia kan salah satu negara penghasil teh terbesar ya, jadi harus kita dukung," ujar Neysa.
(ara/ara)