Jakarta -
Siapa yang tidak tahu tempe? Salah satu makanan tradisional Indonesia ini sudah cukup terkenal, terlebih di kalangan vegan.
Tempe kini mulai merambah ke mancanegara, salah satunya Swedia. Seorang WNI di Swedia, Sensen, membuka usaha keripik tempe di Swedia.
Sebelum membuka usaha keripik tempe di Swedia, wanita bernama lengkap Sen Tjiauw Gustafsson ini merupakan seorang jurnalis di Indonesia. Ia sempat bekerja di Majalah Forum dan Majalah Trust sebelum menikah dengan pria asal Swedia dan pindah ke Swedia pada 2003.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Swedia, ia sempat membuka butik. Namun, karena mengurus dua anak kecil sembari melakukan kegiatan wirausaha dirasa sulit, akhirnya ia menutup butik tersebut. Lalu, ia memutuskan untuk bekerja di perusahaan penyedia layanan kesehatan di Kota NorrtΓ€lje, Swedia hingga saat ini.
Awal mula Sensen membuka usaha keripik tempe atau tempe chips yaitu ketika teman-teman orang Indonesia yang tinggal di Swedia ingin makan tempe tetapi tidak tersedia di sana. Karena Sensen juga memiliki hobi memasak, akhirnya ia mencoba untuk membuat tempe.
"Itu karena banyak teman-teman orang Indonesia yang tinggal di Swedia pingin makan tempe. Jadi pas waktu saya dibawain ragi tempe jadi saya coba-coba bikin," tuturnya kepada detikcom, ditulis Selasa (10/1/2023).
Ia memulai bisnis kecilnya tersebut pada tahun 2020 dan membuat perusahaan perseorangan pada 2021. Bisnis ini merupakan bisnis sampingan Sensen. Ia baru akan membuat produknya ketika ada orderan dan akan mengirimnya melalui pos.
Kisah WNI di Swedia 'Banjiri' Tempe di Eropa Berawal dari Hobi Foto: Dok. Istimewa |
Selain menjual keripik tempe, Sensen juga menjual tempe segar. Produknya ini juga mulai dijual di pasar dan supermarket. Adapun modal yang dikeluarkannya sekitar 40% dari harga jual produknya. Sebagai informasi, harga tempe segar yang dijual Sensen sekitar Rp 370.000/kg sementara untuk tempe chips dijual Rp 850.000/kg. Untuk harga 100 gram tempe chips dijual Rp 83.000.
Meski dapat dibilang cukup mahal, menurutnya orang Swedia tidak masalah jika harga sebuah produk itu mahal, terlebih jika itu adalah produk lokal. Ia juga menyebutkan, guna memenuhi permintaan akan produk tempe, Sensen mengimpor kacang kedelai atau kacang lainnya seperti kacang polong, dari Belanda. Hal ini karena di Swedia tidak memproduksi kacang kedelai.
"Kedelai itu sudah nggak populer, karena orang sudah terlalu jenuh. Secara lingkungan, kedelai itu sudah nggak bagus lagi karena banyak hutan-hutan yang sudah dibabat untuk pertanian kedelai," kata Sensen.
Sensen kerja sama jual tempe. Berlanjut ke halaman berikutnya.
Selain itu menjual produk tempe dari adanya orderan, saat ini dirinya juga bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat untuk menyediakan makan siang, seperti di sekolah contohnya.
"Kalau di sekolah-sekolah itu ada satu hari dalam seminggu mereka ada makanan khusus untuk vegan yang dihidangkan. Jadi tempe masuk di kategori itu," kata Sensen.
Lebih lanjut, dirinya menyebut bahwa potensi tempe masuk untuk menjadi hidangan di berbagai sekolah, rumah sakit, restoran itu besar. Namun, usaha yang dilakukan harus lebih keras karena orang Swedia masih belum familiar dengan tempe.
"Di Swedia, tempe ini masih sangat awam. Mungkin orang-orang yang vegetarian pernah dengar, pernah coba, tapi kan orang belum tahu cara masaknya gimana atau orang hanya fokus ini makanan vegan, vegetarian, nondaging. Kalau di kita (Indonesia) kan tidak ada seperti itu," tuturnya.
Sensen menyebutkan, untuk membuat tempe menjadi lebih dikenal oleh warga Swedia dirinya sering melakukan promosi. Seperti demo masak ketika ada Market Day. "Masalahnya ya itu, kita harus sering-sering demo masak supaya mereka tahu cara membuatnya," ujar Sensen.
Kisah WNI di Swedia 'Banjiri' Tempe di Eropa Berawal dari Hobi Foto: Dok. Istimewa |
Sensen juga menambahkan, kendala lainnya yaitu produksi yang terbatas. Hal ini karena ia mengerjakan semua pesanan produk tempenya seorang diri. Terkadang hanya dibantu oleh anak perempuan dan keponakannya.
"Untuk mempekerjakan orang itu sangat mahal dan peraturannya ketat," imbuhnya.
Dalam membuka usahanya ini juga tidaklah mudah karena peraturan untuk industri makanan di Swedia sangat ketat. "Saya bisa dapat izin untuk mengerjakan itu di rumah, jadi ada pengawas yang datang dari Pemda (untuk) lihat apakah dapur saya bisa masuk kualifikasi untuk produksi. Jadi kita tidak seperti di Indonesia yang semua orang ingin jualan bisa jualan," jelasnya.
Baru-baru ini, bisnis Sensen dengan produk Hallstavik Tempe memenangkan sebuah lomba bernama At! Stockholm. Lomba ini sangat terkenal di Stockholm untuk makanan-makanan inovatif dan harus berbahan dasar lokal.
Dalam lomba tersebut, Sensen berhasil memenangkan dua penghargaan sebagai produk terbaik dan produk terbaik versi pemilih. Produk yang dibawakan Sensen adalah tempe chips yang berbahan dasar tepung tapioka, karena di Swedia tidak memproduksi kacang kedelai.
Dengan memenangkan lomba tersebut, produk tempe miliknya semakin terkenal. Menurutnya, tempe ini salah satu bahan baku yang sangat baik karena mengandung protein yang tinggi.
Berkat hal tersebut, Sensen juga mulai merencanakan langkah selanjutnya supaya bisnis tempenya ini semakin besar. Pada 4 Januari 2023, usaha ini berkembang menjadi usaha terbuka dengan menggunakan nama Sweden Tempe Food AB. Rencananya, ia akan mengeluarkan produk berupa tempe segar, tempe chips, dan makanan setengah jadi yaitu tempe dan bumbu asli dari Indonesia.