Semenjak adanya pandemi Covid-19, Ayi terpaksa harus merumahkan pegawainya dan juga menutup bisnis souvenir kayu tersebut. Ayi juga harus memutar otak untuk membiayai kebutuhan sehari-hari imbas dari adanya pandemi Covid-19. Maka dari itu, ia mulai menjual makanan ringan hingga kue kering sebagai ganti bisnis souvenir kayu yang tutup.
Dua tahun pandemi Covid-19 telah melanda Indonesia tidak membuat Ayi gentar untuk meneruskan bisnis souvenir kayunya. Ia kembali membuka bisnis suvenirnya pada 2022 lalu.
Sebelum pandemi Covid-19, Ayi bisa memproduksi 500 pcs suvenir kayu dalam sehari. Apabila sedang ramai bisa mencapai 1000 pcs dalam sehari. Akan tetapi, setelah adanya pandemi Covid-19, Ayi hanya bisa memproduksi 50 pcs dalam satu hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga yang ditawarkan pun tidaklah mahal. Ayi mengaku menjual produk-produknya di bawah Rp 100 ribu. Untuk harga magnet kulkas dibanderol Rp 10-15 ribu, papan gantungan dibanderol Rp 30-35 ribu, sementara patung ondel-ondel kecil dibanderol Rp 30 ribu.
"Yang Rp 100 ribu itu patung ondel-ondel karena bikinnya susah dari kayu. Patung ondel-ondel yang seukuran botol 500 ml itu saya jual Rp 200 ribu itu bikinnya susah karena kita lukis, digambar sendiri, dilukis sendiri. Jadi sebagai perajin kita juga harus ada seninya juga," paparnya.
Dalam sebulan, omzet yang dihasilkan dari bisnisnya ini bisa mencapai Rp 10 juta dengan penghasilan bersih Rp 5-6 juta. Untuk modal yang dikeluarkan yaitu sekitar Rp 5 juta. Sementara itu, modal awal yang dikeluarkan untuk bisnis ini yaitu Rp 25 juta karena harus membeli aset seperti alat mesin potong kayu hingga alat transportasi.
"Dari (bisnis) suvenir ini saya sudah bisa lunasin cicilan rumah, cicilan mobil buat angkut-angkut transportasi barang, bayarin anak sekolah, anak saya kuliah sudah mau wisuda, bisa lunasin cicilan motor, bisa lunasin cicilan dana kur," akunya.
Berbagai penghargaan telah disabet Ayi melalui bisnis suvenirnya ini. Di antaranya finalis ketiga Jakarta Souvenir Design Award tahun 2016/2017, juara kedua UKM Award kategori ramah lingkungan, serta menjadi finalis Ibu Ibukota Award.
Dalam menjalankan bisnisnya, ia mengaku menemui beberapa kendala. Mulai dari banyaknya saingan hingga keterbatasan alat.
Meskipun bisnisnya penuh halang rintang, ia mengaku mendapat banyak bantuan. Baik dari teman-teman Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, hingga Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Selain bisnis souvenir kayu daur ulang, Ayi juga menjalankan bisnis lainnya seperti bisnis makanan ringan dan kue kering hingga bisnis aksesoris. Untuk bisnis aksesoris, sama seperti souvenir kayu, ia menggunakan bahan-bahan bekas seperti kain perca.
Simak Video "Limbah Kayu yang Disulap Menjadi Kerajinan Bernilai Jual, Lampung"
[Gambas:Video 20detik]
(ara/ara)