Kisah Ibu Guru Rintis Bisnis Batik Modal Rp 25 Juta, Cuannya Bikin Senyum

Kisah Ibu Guru Rintis Bisnis Batik Modal Rp 25 Juta, Cuannya Bikin Senyum

Bahtiar Rifa'i - detikFinance
Kamis, 11 Mei 2023 16:21 WIB
Kisah ibu guru merintis bisnis batik modal Rp 25 juta
Foto: Bahtiar Rifai/detikcom
Lebak -

20 tahun lalu Umsaroh hanyalah guru honorer SDN di sebuah desa perbatasan Kabupaten Serang-Lebak. Guru kelas berjiwa seni ini lalu mengubah hidupnya dengan jadi pelopor UMKM 12 motif batik Lebak. Desainnya pernah dibawa untuk dipamerkan ke mancanegara.

Kisah suksesnya bermula saat ia menjadi guru honorer di SDN Bojongcae pada 2003. Untuk urusan pelajaran seni, ia selalu ditunjuk salah satunya bagaimana seni membatik. Ia juga sering ditunjuk mewakili sekolah pada perlombaan karya batik tingkat kabupaten.

Rupanya, keterampilan tangan dan bakatnya itu membawa berkah. Pada 2015, ia ditunjuk Bupati Lebak bersama 10 peserta lain ikut pelatihan batik di Yogyakarta selama 10 hari. Misinya untuk mendalami ihwal batik dan menggunakan pengalaman di sana sebagai modal pengembangan usaha UMKM saat pulang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya ditunjuk untuk diberangkatkan ke Jogja pelatihan di sana, kita belajar harus bisa mencetak sampai jadi batik, di situ saya tertantang, itu yang jadi catatan saya dan tidak bisa terlupakan," kata Umsaroh ke detikcom di Lebak.

Pulang pelatihan, ia kuatkan tekad membangun UMKM batik di kampung. Modal pertama Rp 25 juta dari pinjaman bank BRI ditambah bantuan dari dompet suami. Ia lalu membuat merek dan merilis produksi Batik Lebak Chanting Pradana pada 2016 di belakang rumah.

ADVERTISEMENT

"Dari situ awalnya, modal awal Rp 25 juta, alhamdulillah produksi dengan modal Rp 25 juta," kata Umsaroh yang saat ini jadi Kepala Sekolah di SDN 3 Tambakbaya.

Untuk menguatkan usahanya, ia kolaborasi dengan 27 orang ibu-ibu kampung. Ia mengajarkan cara agar batik lebih indah dengan memberi motif warna secara manual. Satu kain, mereka mendapat bayaran Rp 8-10 ribu sesuai tingkat kesulitan. Pekerjaannya pun bisa dibawa ke rumah masing-masing.

"Kita ngadain pelatihan sambil berjalan, banyak sekali yang gagal, ini kan prosesnya ibu-ibu mewarnai manual, ," kata perempuan yang biasa dipanggil Uum ini.

Tahun kedua pada 2017, pesanan ke gerainya di Kampung Bojong Leles, Kecamatan Kalanganyar membludak. Pesanan rata-rata dari pegawai negeri di Pemkab Lebak. Dalam sehari, omzetnya Rp 20 juta-Rp 50 juta saking banyaknya pesanan. Di tahun 2018-2019, ia bahkan bisa menghasilkan Rp 100 juta dalam sebulan.

Melalui jejaring di Pemkab Lebak, batiknya pernah dibawa desainer lalu mejeng di fashion show mulai dari Kuala Lumpur, Moskow dan Washington. Di dalam negeri, ia pernah mengikuti pameran UMKM Wastra milik BRI, Karta Kreatif Banten (KKB) dan Karya Kreatif Indonesia (KKI) pada 2019 yang diselenggarakan Bank Indonesia.

Bersambung ke halaman berikutnya, masih ada cerita menarik. Langsung klik

Begitu pandemi COVID-19, usahanya lalu kena dampak. Omset turun lebih dari 50 persen. Tapi, ia masih mujur karena punya jaringan reseller yang berjualan secara online.

"Saya ketolong sama reseller mitra online. Saya ada reseller 10-an. Ada satu orang dua marketplace, itu dari Serang, Pandeglang, Tangerang Raya, Cilegon, ada juga dari Jakarta," ujarnya.

Sekarang, lambat laun usahanya mulai pulih. Beberapa pameran juga mulai ia ikuti misalnya pameran UMKM di Krakatau Steel dan pameran UMKM saat Seba Baduy.

"Omset setelah pandemi paling Rp 80 juta sebulan, seminggu sekali kita rekap, itu dapat Rp 20 juta," paparnya.

Salah satu reseller Umsaroh adalah Anton Susanto pemilik toko online Batik Baduy di Shopee, Tokopedia, Bukalapak dan Lazada. Produk yang ia jual salah satunya kolaborasi dengan Chanting Pradana.

"Saya langganan dari 2017, udah lama sih," kata Anton ke detikcom.

Sistem pemesanan dari pembeli kebanyakan lewat pre order. Pembeli memilih motif batik di lapak online lalu ia pesan ke Umsaroh untuk mendesain dan dikirim ke pembeli begitu tuntas. Pesanannya ke Umsaroh sebulan bisa 20 kain.

"Kebanyakan pre order kalau batik Lebak, labelnya pakai label saya, tapi tetap namanya batik Lebak," ujarnya.

Diakui bahwa apa yang dilakukan Umsaroh memang mengangkat batik Lebak jadi terkenal. Batik Lebak Chanting Pradana juga jadi penggerak untuk UMKM serupa dan selalu jadi mitra Pemkab Lebak.

"Alhamdulillah, Bu Uum ini salah satu UMKM bahkan kategori berkembang di Lebak dan jadi motivasi buat yang lain," kata Kabid Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Dinas Koperasi dan UKM Lebak, Abdul Waseh ke detikcom.


Hide Ads