Dodol menjadi salah satu makanan yang paling dicari masyarakat menjelang Lebaran. Hal itu membuat pengusaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kebanjiran pesanan. Salah satunya Nurhayati (37). Pemilik dodol bernama D'Tungku Dodol Hj Muhaya di Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini pun panen pesanan.
Bayangkan saja, 25 reseller Nur sudah memesan 351 kg dodol kepadanya seminggu sebelum 10 hari lebaran. Umumnya pemesanan dodol ramai mulai 10 hari menjelang lebaran. Menurut Nurhayati, pesanan dodol menjelang lebaran biasanya mencapai 3 ribu kg. Padahal biasanya Nurhayati membuat 36 kg dodol dalam 2 kali selama seminggu dengan modal Rp 860 ribu.
Dengan panen pesanan, sudah dipastikan Nurhayati mendapat cuan banyak. Harga dodol yakni 50 ribu per kilogram bagi yang beli di tempat usahanya. Namun bagi reseller dia menjual Rp 48 ribu per kilogram. Jika dodol memakai keranjang, Nurhayati mematok harga Rp 60 ribu. Nurhayati pun dapat meraih omzet sekitar Rp 150 juta selama Ramadan dan menjelang Lebaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Peningkatan (produksi dodol) 100 persen atau 2 kali lipat kalau Ramadan. Sebulan selama Ramadan kita bisa bikin 3.000 kg dengan omzet Rp 150 juta," kata Nurhayati ditemui di tempat usahanya di Desa Bojonggede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, baru-baru ini.
Sementara untuk cuan, Nurhayati mendapatkannya setelah dipotong untuk bahan baku dodol dan membayar upah karyawannya selama Ramadan. Tidak lupa Nurhayati juga membayar THR karyawan tetap dan karyawan musiman menjelang 10 hari lebaran, dengan total sekitar Rp 6 juta.
Pada hari biasa, Nurhayati hanya memiliki 1 karyawan yang sudah sekitar 30 tahun bekerja bersamanya yakni Karna (55). Namun seminggu menjelang Lebaran pemesanan dodol membeludak dan dia akan menambah karyawannya. Proses produksi juga dilakukan dari yang awalnya hanya sekali, menjadi 5 kali.
Proses memasak dodol setiap paginya sekitar pukul 07.00-10.30 WIB pada hari selain Ramadan. Namun selama Ramadan dan menjelang lebaran, proses produksi menjadi sampai malam.
"Satu minggu mendekati lebaran, karyawan bekerja 5, pembungkus 3, penjaga toko 1. Dodol dibikin sampai pukul 23.00 WIB," tuturnya.
Untuk pengemasan juga dilakukan sejak dodol tidak panas sekitar 2 jam setelah selesai masak. Untuk pemesanan dodol untuk reseller dibatasi sampai H-3 lebaran. Namun bagi konsumen biasa disediakan waktu pada H-3 lebaran.
Nurhayati memiliki 25 reseller dari Depok, Jakarta, dan Bogor. Lalu dia juga menitipkan dodol ke toko di Parung Kuda, Sukabumi. Dodol D'Tungku akan bertahan selama seminggu karena tidak memakai pengawet makanan. Jika sudah seminggu tekstur dodol akan keras. Lalu kalau sudah keras bisa ditaruh di dalam kulkas selama berbulan-bulan. Bisa juga dodol digoreng pakai tepung terigu dan dibaluri tepung roti.
"Dodol yang digoreng rasanya lebih enak. Saya juga pakai kulit lumpia, lalu digulung, rasanya crunchy. Semuanya masih layak konsumsi asal tidak berjamur," tuturnya.
![]() |
Kisah Nurhayati bisnis dodol di halaman berikutnya. Langsung klik