Tingginya permintaan di bidang IT membuat program studi jurusan sistem informasi ramai diminati mahasiswa, lulusannya bisa bekerja di berbagai bidang seperti insinyur perangkat lunak, pengembangan web, administrator jaringan, analisis sistem, analisis data dan sebagainya. Perusahaan besar pun membutuhkan para lulusan terbaik di bidang ini.
Namun jalan berbeda justru dipilih oleh Ricky Alfiansyah (31) yang sempat bekerja di bidang IT di salah satu Bank BUMN, ia justru lebih memilih untuk membuka usaha Mie Ayam Wonogokil.
Sebelum membuka usaha mi ayam, Ricky sempat bekerja selama 4 sampai 5 tahun di bagian IT. Menyambut kelahiran buah hati pertamanya Ricky berfikir untuk membuka usaha yang pertama yaitu angkringan di Gang Jangkrik, Jagakarsa namun saat pandemi melanda usahanya sempat vakum dan adanya usaha cafe di sekitar membuat usaha angkringannya kurang bersaing.
"Pas banget baru lahir juga anak, mumpung belum ada beban yang terlalu besar mending dimulai dari sekarang soalnya kalo kerja kantoran menurut saya ngga tau sampe mana, sampe kapan dan segitu-segitu aja ibaratnya banyak pengeluarannya. Akhirnya beraniin aja yang penting konsepnya jelas semuanya sudah matang perencanaannya beraniiin aja," cerita Ricky di Warung Mi Ayam Wonogokil, Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Minggu (28/4/2024).
Tidak kapok di bidang usaha, mulanya Ricky ikut membantu usaha rekannya yang lebih dulu membuka mi ayam di Cipedak, Jagakarsa, sempat ikut bantu-bantu akhirnya Ricky dapat mengambil alih usaha tersebut saat rekannya pindah ke Kawasan Kampung Melayu. Mendapat peluang itu Ricky langsung membuat branding mi ayam sendiri yaitu Mie Ayam Wonogokil.
Mi ayam dengan tekstur kenyal dengan mudah diterima oleh lidah masyarakat sekitar, kios yang mulanya kecil kini dikembangkan dan lebih luas membuat para penikmat mi ayam bisa makan di tempat dengan leluasa. Tak hanya disitu, Ricky juga telah membuka cabang baru Mie Ayam Wonogokil di depan gedung Sucofindo, Pancoran, Jaksel disana ia berjualan pada hari senin sampai jumat mengikuti jam kerja karyawan kantoran.
Kini Mie Ayam Wonogokil yang pertama di Cipedak dipegang oleh ibundanya yaitu Sumini (53), berangkat dari dapur rumah tangga Sumini dengan cepat beradaptasi untuk melayani pelanggan setia Mie Ayam Wonogokil bahkan dalam satu hari Sumini menyiapkan 40 hingga 100 porsi.
Sebelum sibuk dengan mi ayam Sumini juga ikut membantu menyiapkan jajanan angkringan di usaha Ricky sebelumnya, menurutnya usaha angkringan jauh lebih capek dan berisiko karena bahan makanan yang tidak tahan lama. Sumini menyebut pada usaha angkringan dirinya harus seharian di dapur untuk menyiapkan sate dan makanan lainnya sementara mi ayam sudah disuplai oleh pabrik langganannya.
"Angkringan repotnya bikin sate jadi seharian siang di dapur malam masih dagang, kalo yang bahan awet masih bisa dipake tapi kalau yang bacem, tahu, tempe kalo sudah ngga bagus ya ngga berani jual takut dikomplain. Mi ayam lebih enak risikonya ga berat karena ada suplier," tutur Sumini saat jeda melayani pesanan mi ayam.
Tak sendiri Sumini kerap dibantu anak bungsunya untuk melayani pesanan mi ayam sehari-hari, omzet penjualan yang mencapai Rp 1 juta setengah sehari ia kumpulkan untuk kebutuhan harian dan tabungan umroh yang menjadi cita-citanya.
"Hasil jualan ditabung, biar sedikit ibu rumah tangga kan ada aja acaranya jadi kehandle sendiri, pengin banyak cita-citanya pasti ada keinginan umroh dulu sebelum bapak meninggal pengin banget umroh mudah-mudahan ada rejekinya," lanjut Sumini.
Mi Ayam Wonogokil juga telah dilengkapi dengan pembayaran digital atau QRIS, hal itu turut memudahkan Sumini dalam urusan kembalian hingga menyisihkan uang untuk ditabung. Selain itu pembayaran QRIS juga menghindarinya dari uang palsu yang pernah didapatnya.
Bukan hanya di Cipedak, Mi Ayam Wonogokil cabang Sucofindo juga menyediakan pembayaran QRIS, diketahui cabang Sucofindo lebih banyak pelanggan yang merupakan karyawan yang banyak memilih pembayaran QRIS.
"Jelas ngebantu banget mereka (karyawan) udah jarang yang bawa uang cash jadi QRIS ngebantu banget, karena menghindari uang palsu, uang sobek kan kalo bayar uang ditumpuk ditengahnya uang sobek atau palsu ngga ketahuan. Mempercepat juga sih ngga perlu ngitung-ngitung uang dulu," terang Ricky.
Tak perlu waktu lama salah satu pembeli yang merupakan ojek online yaitu Lucky (22) membayar dengan menggunakan QRIS menurutnya pembayaran dengan QRIS lebih praktis.
"Lebih praktis, lebih aman dan lebih simpel. Lumayan sering pakai QRIS buat beli makanan beli barang-barang di supermarket, megang cash buat jaga-jaga cuma kalo bisa QRIS pake QRIS aja," tegas Lucky.
Uang yang masuk melalui QRIS dikelola masing-masing baik oleh Ricky ataupun Sumini, Ricky yang juga menggunakan BRIMO mengaku kini tak perlu repot dalam urusan pembayaran guna mencukupi stok dagangan, biasanya Ricky selalu mengandalkan BRImo untuk membayar pesanan stok mi ayam.
"Saya juga belanja kebanyakan online jadi ngga sempet belanja sendiri, jadi bayarnya bisa transfer pake BRImo gampang banget jadi mau isi ulang atau apa aja bisa disitu tuh, semenjak saya pake BRI langsung saya download juga BRImo udah lumayan lama juga," tutup Ricky.
(hns/hns)