Berkah Ramadan, Penjualan Kelapa Muda Naik 2x Lipat

Rifkianto Nugroho - detikFinance
Kamis, 20 Mar 2025 20:57 WIB
Foto: Rifkianto_nugroho
Jakarta -

Air kelapa muda menjadi salah satu pilihan masyarakat kala berbuka puasa, banyaknya permintaan tersebut turut meningkatkan omzet para penjualnya salah satunya di Jalan Bangunan Barat, Rawamangun, Jakarta Timur.

Salah satu pemilik usaha kelapa muda Tribadar Sutomo menyebut bulan ramadan turut membawa berkah kepada para penjual kelapa muda, sebab air kelapa yang kaya akan manfaat ini menjadi pilihan warga, dalam sehari ia mampu menjual hingga 200 butir kelapa.

"Jadi kalo bulan ramadan ini ada tambahan dari pedagang musiman yang ambil kelapa di sini, kalo hari biasa 100 buah pas ramadan sehari bisa habis 200 buah," cerita Tri saat dijumpai detikcom di lapak Es Kelapa Muda Mantul Rasa, Rabu (19/3/2025).

Diketahui sepanjang jalan Bangunan Barat ini cukup banyak yang menjual kelapa muda, dalam seharinya mereka mampu mendatangkan hingga 2.500 butir kelapa. Tri mengaku penjualan kelapa meningkat imbas banyaknya pedagang musiman sehingga ia juga menjual kelapa secara grosiran.

Memang meski hari masih siang masyarakat mulai berburu kelapa di lapak-lapak sepanjang jalan ini sebab semakin sore maka peminatnya semakin banyak, buah kelapa ini didatangkan langsung dari daerah Lampung dan Banten setiap malam sehingga membuatnya tetap segar saat ditenggak kala berbuka puasa.

"Biasanya kita ambil dari Lampung sama Banten tapi dominan Lampung Selatan sama Lampung Timur. Kalo hari biasa (bukan ramadan) saat permintaan tinggi kita nurunin (kelapa) 2 hari sekali, tapi kalo di bulan puasa bisa setiap malam," lanjut Tri.

Pria kelahiran Garut tersebut diketahui telah lama membuka usaha di kawasan ini, tahun 2003 ia membuka usaha steam motor namun lambat laun para pedagang kelapa di daerah ini kian ramai hingga Tri mencoba keberuntungannya dengan membuka usaha serupa pada tahun 2015. Awal berkenalan dengan buah kelapa ia harus terluka sebab tak biasa memegang golok.

"Kesulitan dulu awal-awal itu kena golok sampai kena tangan, nggak parah cuma sobek dikit lah karena nggak biasa megang golok," lanjut Tri.

Namun ternyata usaha kelapa yang ia bangun justru tak mendatangkan omzet yang baik, perputaran uang yang kurang memuaskan membuatnya harus gulung tikar dan beralih ke ojek online. Namun berjalannya waktu semakin banyak persaingan di jalan membuatnya kembali membuka lapak kelapa ditambah dengan pisang goreng tanduk dan bertahan hingga saat ini.

Kala pandemi COVID-19 menyerang bisnis kelapa ini justru meningkat dengan penjualan kelapa ijo yang dinilai baik untuk tubuh. Kala itu untuk menambah permodalan ia turut mengambil program Kredit Usaha Rakyat (KUR) di BRI Unit Pulomas, tak hanya Tri pedagang lain turut ikut serta salah satunya Rosyid.

Berbeda dengan Tri, Rosyid merupakan mantan karyawan kelapa yang memilih membuka usaha kelapa secara mandiri tak jauh dari lapak Tri. Kala itu Rosyid baru membuka lapak persis satu minggu sebelum pandemi merebak.

"Saya nggak memprediksi saat itu (pandemi) kelapa ijo bagus penjualannya, soalnya saya sempat kerja di lapak depan itu. Karena saya ingin mandiri jadi saya cari tempat pas seminggu sebelum COVID-19," cerita Rosyid.

Dengan uang tabungan senilai Rp 5 juta ia nekat mendatangkan kelapa seadanya dan merapikan lapak serta memenuhi semua perlengkapan, gayung bersambut peminatnya melonjak tinggi dan meledak hingga 2.000 buah kelapa ijo ludes dalam sehari. Rosyid masih ingat betul harus bongkar muat kelapa jam 3 pagi lalu pada jam 8 pagi kelapa sudah ludes diborong pembeli.

"Waktu pertama modal 5 juta untuk beli kelapa sama perlengkapan, setelah COVID-19 (kelapa ijo) mulai dicari orang. Sampe sekarang punya langganan jadi dapat berkahnya sehari bisa 2000 kelapa ijo abis," lanjut Rosyid.

Untuk mendongkrak penjualannya itu, sama seperti Tri ia sempat mendapatkan pinjaman KUR dari Bank BRI Unit Pulo Mas dengan angka Rp 10 juta yang ia cicil selama satu tahun.

"KUR BRI tahun 2020, saya yang ke kantor BRI dulu Rp 10 juta untuk modal nambah-nambah kelapa. Sebulannya kurang lebih Rp 700 ribu setahun, termasuknya KUR itu bunganya ringan cukup ngebantu banget. Pengajuan gampang, alhamdulilah persyaratan mudah cuma 2-3 hari cair," lanjut Rosyid.

Tak hanya memanfaatkan KUR BRI, kios Rosyid juga menyediakan QRIS BRI yang saat ini justru menjadi andalannya dalam melayani pembeli. Rosyid mengaku saat ini pembeli mayoritas justru membayar menggunakan QRIS, ia bahkan diminta pelanggan untuk menyediakan layanan itu sebelum akhirnya menjadi andalan.

Adanya QRIS juga membuatnya lebih mudah dalam mengelola keuangan, diketahui Rosyid kini cukup membayar kelapa kepada petani di kampung dengan menggunakan transfer hasil tabungan yang didapat dari pembayaran QRIS, sisanya ia gunakan untuk membayar karyawan dan melayani kembalian jika masih ada yang menggunakan cash.

"Pasang QRIS dari setahun lalu diminta pelanggan, terus dicetakin sama orang BRI jadi uang masuk ke rekening, uang yang di rekening buat belanja (kelapa) lagi saya tf-in (transfer) dari sini ke Bank BRI petaninya. Sekarang kebanyakan QRIS sayanya juga enak, orang ada yang beli satu kelapa aja pake QRIS ngga ribet jadinya. Kalo ngga ada kembalian saya suruh QRIS ajalah," lanjut Rosyid.

Hingga kini usaha kelapa Rosyid terus berkembang bahkan telah memiliki tiga orang karyawan dengan omzet Rp 2 juta dalam sehari, atas jerih payahnya itu ia kini bisa menyekolahkan empat anaknya yang dimana sang sulung kini menginjak bangku kuliah di Universitas Negeri Jakarta.




(hns/hns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork