Konsistensi Mumun 20 Tahun Pertahankan Usaha Bakso Giling

Debora Danisa Kurniasih Perdana Sitanggang - detikFinance
Selasa, 25 Mar 2025 20:21 WIB
Foto: Debora Danisa Sitanggang/detikcom
Jakarta -

Pulau Pramuka mungkin bukan tujuan wisata utama di Kepulauan Seribu, jika dibandingkan pulau berpantai pasir putih seperti Kelapa dan Tidung.

Namun, selalu ada pengunjung yang datang ke pusat administrasi Kabupaten Kepulauan Seribu ini. Dari para pengunjung inilah Mumun mendapat rezeki untuk menghidupi keluarganya.

Nama aslinya Maemunah. Sehari-hari dia berjualan bakso dan aneka es. Kadang ada juga menu lain seperti seblak. Namun, sejak 20 tahun lalu hingga kini, jualan utamanya tetaplah bakso. 'Merek' baksonya sendiri Mumun Melly. Melly diambil dari nama anak perempuannya.

Istimewanya, bakso Mumun Melly ini digiling sendiri. Ketika detikcom mencobanya, terlihat bentuk bakso ini sedikit bergelombang. Tidak bulat sempurna seperti bakso pada umumnya. Teksturnya juga lebih lembut dan mudah hancur di mulut. Rasa dagingnya lebih pekat.

"Alhamdulillah bikin sendiri. Saya giling sendiri. Baksonya nggak ada campuran apa-apa, lebih higienis," katanya ketika berbincang dengan detikcom, Selasa (24/2/2025) lalu.

Mumun ingat persis sudah 20 tahun berjualan bakso giling sendiri. Dia lihat dari usia anaknya. Pertama kali jualan, anak sulungnya umur 9 tahun. Kini sang anak sudah berusia 29 tahun dan bekerja di Jakarta.

Awalnya Mumun menggunakan daging dari program Kartu Jakarta Pintar (KJP). Setelah omzetnya stabil, dia membeli daging sendiri langsung dari Jakarta. Mumun mengatakan hampir tidak ada penjual bakso di pulaunya yang menggiling sendiri. Rata-rata beli bakso jadi.

"Kalau bakso jadi kan nggak tahu udah berapa lama di freezer atau dikasih campuran apa. Kalau kita kan daging baru, digiling, dimasak, langsung dijual. Saya stok maksimal buat dua minggu harus habis, tapi biasanya satu minggu juga udah ludes," tuturnya.

Sekali produksi, Mumun menghabiskan 50 kilogram daging. Lalu sekali belanja ke Jakarta, dia langsung beli 300 kg untuk disimpan sebagai stok. Jadi dia tidak perlu terlalu sering bolak-balik dari Pramuka ke Jakarta.

Soal penghasilan, Mumun mengaku cukup naik turun. Tergantung harga daging juga. Kalau harga daging naik, dia harus memutar otak mencari penghasilan tambahan. Sebab, dia juga harus membayar cicilan pinjaman KUR.

Mumun merupakan salah satu debitur KUR BRI di Pulau Pramuka. Dia pertama kali mengajukan pinjaman saat Teras BRI Kapal pertama kali melayani pada 2015. Mumun mengajukan Rp 25 juta dengan tenor 2 tahun.

"Pas lunas, diperpanjang lagi dua tabun. Sekarang sudah lima kali pinjam. Terakhir ini Rp 100 juta. Alhamdulillah dipercaya sama BRI," kata Mumun.

Rezeki yang didapatkan Mumun dari jualan bakso itu sudah bisa mengantarnya menyekolahkan anak hingga tuntas, bahkan membelikan kapal untuk usaha anaknya. Karena itu, Mumun bertekad tidak akan berhenti jualan bakso.

Namun, sebagai pengusaha, Mumun juga tidak menutup mata akan peluang bisnis lain. Ke depannya, dia ingin mencoba berjualan seafood, khususnya ikan bakar. Dia juga ingin membuka cabang baksonya di pulau-pulau lain.

"Saya mah pengin buka cabang, misalnya di Pulau Panggang. Makanya saya pengin usul (pemberian) gerobak (ke BRI). Soalnya harga gerobak saya ini lumayan mahal," katanya penuh harap.

Keinginan membuka cabang itu juga disampaikan oleh sesama pedagang di dermaga Pulau Pramuka, Asmui Cahyadi. Hanya berjarak lima meter dari gerobak Mumun, Asmui berdagang telur gulung dan es kelapa muda.

"Pengin bikin cabang sih. Gerobak kan saya udah punya tiga. Nanti yang jagain (di pulau lain) anak. Atau rencananya anak istri di sini, saya yang di Pulau Panggang," kata Asmui.

Asmui memilih jualan telur gulung dan es kelapa karena juga masih jarang ada di Pulau Pramuka. Sama seperti Mumun, pendapatan Asmui tergantung pada pengunjung yang datang. Tak cuma wisatawan, tapi juga warga Pulau Panggang yang beraktivitas di Pramuka.

Di sela-sela jualannya, Asmui menyempatkan diri datang ke Teras BRI Kapal. Dia berniat mengajukan pinjaman seperti Mumun. Nominalnya kecil saja dulu.

"Ke BRI belum pernah, ini baru ngajuin Rp 11 juta. Karena memang lagi butuh dana untuk bulan puasa dan Lebaran," ujarnya.

Selama di kapal, Asmui banyak berkonsultasi dengan Mantri BRI di Kepulauan Seribu, Redi Framanto. Dijelaskan syarat-syarat untuk mengajukan pinjaman, seperti izin usaha, buku nikah, dan Kartu Keluarga.

"Untuk potensi di Kepulauan Seribu ini, nasabahnya cukup kooperatif dan ada beberapa yang melakukan pengajuan ke BRI," terang Redi.

Inisiatif warga itu tak lepas dari keberadaan Teras BRI Kapal yang mendekatkan 'kantor cabang bank' ke wilayah kepulauan. Walaupun kapal hanya datang seminggu sekali ke tiap pulau, warga seperti Mumun dan Asmui merasa sangat terbantu dalam mengakses segala layanan perbankan. Terutama pinjaman untuk mengembangkan usaha mereka.

Berdasarkan data BRI KC Jelambar, total jumlah nasabah KUR di wilayah Kepulauan Seribu sendiri mencapai 454 debitur per tahun 2024. Sementara untuk jumlah total pinjaman KUR mencapai Rp 11.487.577.210.




(des/hns)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork