Kisah Tony Fernandes, Pelayan Restoran yang Beli AirAsia 1 Ringgit

ADVERTISEMENT

Kisah Inspiratif

Kisah Tony Fernandes, Pelayan Restoran yang Beli AirAsia 1 Ringgit

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Selasa, 01 Nov 2022 07:20 WIB
Tony Fernandes
Foto: Tony Fernandes (AFP)
Jakarta -

Tony Fernandes mengundurkan diri dari posisi sebagai Chief Executive Officer (CEO) AirAsia X (AAX), karena alasan ingin berfokus pada perusahaan induknya yakni Capital A. Padahal perusahaan baru saja menunjuk kembali Fernandes sebagai CEO pada Juli 2022.

Tony Fernandes merupakan pendiri sekaligus bos besar AirAsia Group, yang pada awal 2022 berganti nama menjadi Capital A. AirAsia kini jadi salah satu maskapai penerbangan berbiaya hemat terbesar di Asia, dengan jaringan yang luas lebih dari 190 kota tujuan. Dibalik sosoknya yang sudah membangun maskapai tersebut selama belasan tahun, ternyata ia memulai profesinya sebagai pelayan restoran.

Pria dengan nama lengkap Tan Sri Dr. Anthony Francis ini pernah terpilih sebagai salah satu individu yang masuk daftar 100 orang paling berpengaruh di dunia versi majalah TIME alias TIME 100 pada tahun 2015 lalu.

Dikutip dari Foundr dan Medium, Selasa (1/11/2022), ia lahir di Kuala Lumpur, Malaysia 30 April 1964. Pekerjaan pertamanya saat masih menduduki bangku kuliah adalah menjadi pelayan di sebuah restoran di London.

"Pekerjaan pertama saya adalah pelayan di restoran di London yang Anda lihat di belakang saya. Saya tidak menyadari betapa sulitnya menjadi pelayan dan tidak lama kemudian dipecat. Semua pekerjaan itu sulit dan pekerjaan ini telah mengajari saya untuk menghormati semua pekerjaan dan memperlakukan semua dengan setara," katanya, dikutip melalui akun LinkedIn, Selasa (01/11/2022).

Tony Fernandes pun lulus dari London School of Economics pada 1987 dengan gelar di bidang Akuntansi. Ia lalu memulai karier di Virgin Group di London selama beberapa tahun. Tidak lama setelah itu pada 1990-an, Tony terjun ke bidang musik yakni ke Warner Music Group, dan menjabat sebagai Wakil Presiden Regional Asia Tenggara selama sembilan tahun.

Pada 2001, ia bersama mitra bisnisnya, Kamarudin Meranun, mengambil alih maskapai AirAsia dengan harga 1 ringgit, yakni US$ 0,25 atau setara Rp 3.900 (kurs Rp 15.600). Pada masa itu, maskapai milik pemerintah Malaysia itu sedang terjerat utang sebesar US$ 11 juta atau setara Rp 171,6 miliar. Untuk membeli AirAsia, ia bahkan rela sampai menggadaikan rumahnya.

Fernandes membeli AirAsia dengan tujuan membangun maskapai berbiaya rendah dengan layanan bernilai tinggi, yang dimungkinkan untuk dinikmati dengan harga terjangkau bagi masyarakat biasa. AirAsia pun memulai perjalanannya dengan dua pesawat terbang dan destinasi terbatas.

AirAsia lolos dari jeratan utang. Cek halaman berikutnya.

Lihat Video: Alasan Tony Fernandes Mundur Sebagai CEO Group AirAsia X

[Gambas:Video 20detik]



ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT