Misi Buwas Sikat Kartel Pangan

Wawancara Dirut Bulog

Misi Buwas Sikat Kartel Pangan

Puti Aini Yasmin - detikFinance
Rabu, 22 Mei 2019 10:50 WIB
1.

Misi Buwas Sikat Kartel Pangan

Misi Buwas Sikat Kartel Pangan
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso punya banyak misi kala dia mengisi posisi di pucuk pimpinan BUMN untuk pertama kalinya. Salah satu yang paling menarik dan semangat ia lakukan adalah melibas para kartel-kartel pangan.

Sebagian kartel diakuinya sudah ditindak meski belum begitu massif menunggu hiruk pikuk pemilu selesai. Selain itu Buwas juga punya ide untuk mengembangkan inovasi kopi di Indonesia. Hal ini sudah ada dalam pikirannya sejak menjabat sebagai Kepala BNN.

Buwas berbagi banyak cerita kepada detikFinance saat ditemui di kantor Bulog, kemarin. Mau tahu lebih lengkap bagaimana hasil wawancara khusus Blak-blakan Buwas, simak terus di detikcom.




Persiapan stok sembako jelang lebaran bagaimana?

Ya pada persiapan kan masalah puasa, Lebaran kejadian yang biasa terjadi dan ini kebudayaan Indonesia, khususnya umat Islam, nggak ada alasan gejolak, dan sudah kita siapkan dan nggak bisa dihindari karena kebutuhan meningkat di hari raya, hari khusus.

Kalau urusan sembako kita sudah siap, gudang kita ada di seluruh Indonesia dan sejak tiga bulan yang lalu sudah kita siapkan dan dorong ke wilayah-wilayah. Hanya, memang ada beberapa komoditi yang nggak bisa kita siapkan oleh Bulog seperti bawang putih dan bawang merah itu disiapkan yang lain.

Bawang putih bagaimana?

Ada dua masalah dengan bawang putih dan bawang merah. kalau bawang merah itu panen besar-besaran bahkan pernah anjlok, karena jumlahnya besar sekali.

Harusnya kita bisa menyimpan dengan alat itu bisa enam bulan. Tetapi alat kita terbatas jadi kita punya stok walaupun kecil.

Kalau bawang putih masih kecil produksinya dan kurun waktu puasa dan Lebaran harus mendatangkan. Sebenarnya 4 bulan lalu ada antisipasi kebutuhan-kebutuhan pokok jelang puasa dan Lebaran, dan ada perintah dengan rakortas di bawah menteri koordinator Pak Darmin, diputuskan Bulog diberikan kewenangan untuk impor 100 ribu ton untuk antisipasi sekarang.

Jadi kan Bulog bukan untuk didagangkan, tetapi untuk negara jadi nggak ada persyaratan wajib tanam. Kita sudah siap tapi ada pembatalan oleh Mendag, Pak Enggar tiba-tiba nggak boleh, padahal kan nggak boleh gitu. Perintah Pak Presiden dan di situ (rakortas) hadir semua menteri, ada BUMN, Perdagangan, Pertanian, Perindustrian, Bulog dan ada Menko Perekonomian yang pimpin. Sudah diputuskan, itu nggak boleh diubah kecuali melalui dengan rakortas lagi.

Ini bentuk pembangkangan?

Bukan, nggak boleh itu, seharusnya saya bisa saja mengabaikan putusan Mendag tetapi yang mengeluarkan perintah impor kan Mendag jadi ini ada kelemahannya, jadi seolah-olah kewenangannya di Mendag. Padahal ini negara ini dan Mendag nggak boleh melebihi kewenangannya. Mendag itu bukan presiden, dia menteri, pembantu presiden dan dia bekerja untuk masyarakat dan negara Indonesia. Kecuali kalau dia bukan orang Indonesia, nggak bisa berpikir negara ya nggak bisa jadi menteri.

Jadi nggak boleh membatalkan itu. Kalau alasannya saya juga nggak ngerti, nggak boleh membatalkan sepihak karena yang boleh membatalkan itu atas dasar putusan rakortas yang dipimpin oleh menko perekonomian.

Ini balas pembangkangan waktu perintah impor beras?

Belum ada putuskan dalam rakortas waktu itu 2 juta ton, itu diwacanakan. Kalau diputuskan 1,8 kan sudah datang tapi kemudian hari perintah 2 juta, saya bilang nggak perlu. Jadi saya sudah menolak duluan. Jangan, karena kita tidak perlu.

Saya buktikan hari ini kan memang tidak perlu, aman. Mendag selalu bilang supply dan demand, harga naik kalau supply kurang. Nah, sekarang kan harga naik artinya supply kurang, kok dilarang seperti bawang putih. Saya nggak tahu ini berpikir yang mana, yang pintar siapa, yang bodoh siapa.

Tapi yang jelas bawang putih tinggi bahkan sampai Rp 80 ribu per kilogram, ini menyumbang inflasi tinggi dan berakhir kena ke negara. Ini kan Pak Presiden berusaha untuk mengantisipasi itu tetapi satu sisi ada pembantunya yang nggak bener, kalau gitu nggak usah jadi pembantu presiden kalau nggak bener.

Masalah ini nggak dilaporkan ke presiden?

Sudah, waktu 3 Mei ini pada akhirnya Pak Mentan yang mengambil alih, bahkan Pak Mentan menyiapkan stok 130 ribu ton saya denger datang masuk ke Indonesia, saya nggak tahu dari mana dan itu untuk intervensi pasar.

Ya sudah, saya pikir selesai, nggak ada alasan bawang putih naik. Tapi kok naik? Tetapi memang di saat ini ada kelompok pengusaha yang mencari keuntungan, mereka memanfaatkan peluang mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat. Ini kan bulan suci Ramadhan kan harusnya cari berkah, harusnya ngurangi dosa berbuat, harusnya bawang putih Rp 20 ribu di bulan seperti sekarang ya harusnya tetap Rp 20 ribu.

Kalau ada peningkatan keuntungan bertambah, tapi ini kebudayaan pengusaha menguntungkan dapat. Jadi bulan puasa pesta pora memanfaatkan kebutuhan masyarakat.

Bawang merah produksi meningkat sehingga produksi terbuang-buang. Katanya ada alat penyimpanan khusus?

Bulog punya alatnya namanya CAS (Control Atmospher System), dia bisa menyimpan bawang merah 6 bulan, perubahan cuma 10%. Tapi jumlahnya kecil dan kita nggak bisa bangun banyak karena anggaran Bulog terbatas, pinjam bunga bank BUMN bunga komersil kan juga terbatas jadi Bulog nggak bisa eksis.

Tapi sekarang negara kan ada beberapa kementerian, kementan meningkatkan pertanian, kemenperin dan kemendag mengelola barang jadi dan diekspor, kementerian koperasi itu harus berbuat. Kalau selama ini saya lihat mentan sudah berbuat meningkatkan, dan keberhasilan ada buktinya produksi bawang merah besar-besaran kita yang mengharapkan petani semangat dan manghasilkan jumlah yang banyak, petani sudah selesai di situ kita bisa mensejahterakan petani dengan depan uang banyak. Ini tanggung jawab siapa? Pemerintah , bukan mentan lagi karena itu keberhasilan mentan. Menteri koperasi yang harus melakukan, perindustrian yang mengelola dan Mendag yang ekspor bukan diem saja.

Jadi nggak bisa serahkan saja ke petani itu lah di mana-mana ada pemerintah mengelola negara dengan membantu menangani persoalan ini.

Selain soal harga, ada dua tugas baru yakni melakukan kembali BPNT dan kembali ditugaskan beras untuk ASN?

Rapat 3 Mei di tangan presiden memutuskan untuk dikaji dan dikembalikan kan fungsi untuk stabilisasi dan Bulog sudah berpihak, ada petani, saya buktikan ucapan saya sebagai dirut nggak ada impor lho. Ini kan stok dalam negeri, dan kenapa terbatas karena jumlah gudang saya terbatas, ada barang impor di saya jadi saya nggak bisa ambil banyak.

Berikutnya persoalan ini akan berulang ke Bulog CBP kita itu 1 sampai 1,5 juta. Nah kalau ini nggak bisa didistribusikan maka beras Bulog akan turun mutunya tapi kan bunga akan naik, kan bertambah lama minjem uang akan naik

Jadi Bulog ibarat buah simalakama, ini harus ada solusi karena Bulog dibutuhkan negara membantu pemerintahan untuk membantu masyarakat. Kan BPNT, program pemerintah bukan menteri sosial tentunya harus pemerintah semua yang mengelola sehingga nggak timbul kartel-kartel baru.

Kalau nggak dikasi supply beras semua ke Bulog, maka yang pertama Bulog bakal stuck. Kedua, terjadi pasar bebas di lapangan dan kualitas tak terjamin dan akhirnya bebas dan kualitas murah dan ada permintaan orang dong manfaatkan ajang bisnis dan itu sudah terbukti.

Hanya kan ini nggak bisa ditangani sampai misalnya mensos, karena alasan tidak boleh monopoli, padahal kehilangan pendapatan mereka (ASN) padahal kan ini untuk negara. Harusnya orang-orang gitu cepat dibuang kan ini pengkhianat-pengkhianat bagi saya. Ini kan wacana presiden, wapres dan menko perekonomian sudah bilang gitu.

Karena 94% pasar bebas di masalah pangan dikuasai kartel-kartel, Bulog negara hanya menguasai 6% jadi harus ditahan dengan banyak cara. Coba sekarang TNI, Polri Rp 7.000 ribu per orang per kilogram dan dia nggak pernah beli segitu, paling 13 ribu dia nombok. Jadi sekarang kan nggak usah nombok, lebih menguntungkan beras Bulog Rp 10 ribu, dan tidak ada pemborosan lagi mengurangi Rp 2-3 ribu tapi ini yang pegang pasar bebas, harga beras dinaikkan supaya inflasi dan mengambil keuntungan, dan bawang putih kartel saya ngerti kan mantan Kabareskrim. Beras ada mafia, dan sekarang jejaring diputus, jadi klo BPNT diserahkan kan kita punya jaringan jadi bisa jalan.

Ini belum jalan kan masih dikasji. Jadi saya mengimbau pimpinan pemerintahan ini para lembaga negara untuk berpikir nasional kalau seperti ini kasian petani, kan lahannya hilang karena dipermainkan oleh kartel dan beras-beras hasil padi, gabah dimainkan tengkulak padahal nggak juga.

Oknum sudah ada yang kena sikat???

Sudah, tetapi karena situasi nggak bisa, situasi politik ini kita slow dulu. Bulog jelas orangnya, gampang kalau kita sampaikan masyarakat secara terbuka ngerjain petani dan masyarakat pasti akan dibunuh. Masyarakat kalau buka saja, kartel-kartel ini ada hukum kita lembah dibuka saja namanya padahal ini kan masalah perut.

Untuk jaga apa?

Situasi, kan gejolak lagi memanas nanti dipolitisasi, selesai pemilu kita tindak lanjuti.

Kartel katanya dipelihara juga?

Iya nggak tahu, nggak boleh nuduh, harus ada bukti-buktinya, saya pikir nggak lah yang penting tegakkan hukum setegak-tegaknya kalau bisa diselesaikan betul.

Pasokan beras cukup? Mau ekspor katanya?

Memadai, saya bilang begini, kita harus berbuat untuk petani, harus menyerap sebanyak-banyaknya dengan harga normal yang menguntungkan petani. Persoalan, BPNT belum, TNI Polri belum, ASN belum, kementerian, lembaga belum, semua belum.

Ini kan jadi persoalan, belum berpihak petani satu-satunya nunggu Bulog, menteri dan dengan kelebihan ini harus ekspor, ini tanggung jawab mendag. Tapi apa yg dilakukan mendag? Nggak ada cuma bisa ngomong doang, bacotnya itu ngomong, tapi nggak ada, kita nggak boleh gitu. Kan presiden audah berikan ke menteri-menterinya dan harus tanggung jawab sesuai tugasnya dan kerjakan itu, ekspor harus lebih tinggi dari impor, imbang balance. Kasian kan petani tapi kalau kita sinergi selesai masalah, itu kalau menteri-menteri bekerja dengan benar sesuai instruksi presiden.

Sudah ada banyak produk apa saja?

Begini, Bulog nggak boleh pasif, membeli, menjual dan penugasan nggak bisa kita kan punya stok. Berpikir inovasi, inovatif, tanggung jawab, dan soal beras supaya bisa masif harus tersebar di seluruh wilayah ini kedaulatan pangan dan sekarang kalau kita lihat warung-warung kecil, ada nggak sabun, korek, gula, kopi? Ada nggak beras di kios? Nah pemikiran saya beli beras sachet dan sekali makan untuk tiga piring 250 gram ini sudah kita hitung. Kalau tiga kali makan, satu keluarga, ini nggak perlu ruang dan ini praktis tersebar di warung kecil, kan semua orang maunya praktis, cukup pulang ambil satu masak di rumah.

Kedua, kita juga gula nggak mungkin 1 kilogram, jadi kayak di hotel sekali pakai, satu kali ukuran.

Kemudian mulai Indonesja punya pertanian beras nggak pernah dikenalkan selama ini karena dikuasi tengkulak, ada beras putih susu, ketan hitam, beras merab dan beras lain dan membuat dari produksi beras nutrisi tinggi, yaitu bekatul.

Itu ada mesin beras mengeluarkan dedek yang halus dan bagus di sini yang banyak dan sudah ada di supermarket dilihat ada di ranch mart ini sudah saya produksi dan kemasan-kemasan lain ada beras briyani yang di dalamnya, masak beras briyani dan beras rendang ini juga produknya beras briyano kita produksi, nasi kuning, ada nasi rames, nasi macam-macam lah yang kita buat lah.

Ini kreasi Pak Buwas?

Iya kan saya bilang masyarakat butuh praktis, saya mau briyani ya sudah cukup satu dan cumpur bumbunya. Ini belum promosi, ini kita lagi menyiapkan produk secara massal ini tes dulu kalau sudah produksi banyak seluruh Indonesia kita siapkan promosinya.

Bekatul identik dengan makanan orang susah?

Saya sahur kalau tidak puasa sarapan bekatul, semenjak pangkat kapten kalau orang beli dedek untuk ayam, dedek kan kasar, saya ayak, sekarang produksi sudah bagus, mesin modern, bekatul saya ayak, saya simpen di toples.

Setiap pagi saya makan bekatul, seduh air panas, kalau ada yang ingin manis tambahkan gula, atau campur susu. Kalau saya sampai hari ini sahur makan bekatul. Anggota saya tadinya tertawa tapi coba betul dan vitamin beras adanya bekatul karena kalau orang asing tahu bekatul makan ini daripada beras. Coba Anda rasakan nasi sepiring dengan bekatul segelas, lebih tahan lapar mana? Pasti bekatul.

Inovasi produk harusnya di Kemendag kan?

Ya perdagangan, perindustrian bahkan kita bisa ekspor ini kan kalau di Timur-Tengah. Betul (untuk musim haji) dan beraskita (merek Bulog) bukan kita saja tapi mesin kita bisa menghasilkan beras premium plus, jadi nggak ada pecahananya.

Bapak juga punya inovasi kopi?

Ini pemahaman pemikiran saya waktu di BNN, punya program tapi akhir-akhir di BNN. Saya berpikir ganja di Aceh kan luar biasa tapi kan nggak bisa menindak, tapi kalau produksi itu jangan salahkan petani dia cuma butuh makan.

Tanam apa-apa yang laku banyak adalah ganja, carikan solusi satu-satunya ganja Aceh terkenal di dunia tetapi ini tantangan buat kita dan bagaimana kita ubah dari ganja ke kopi.

Di sana 1.500 ketinggian untuk ganja bagus, kopi bagus dan di Aceh ganja ini bagus masyarakat di sana menanam kopi dibersihkan untuk jadi kopi bagus.

Tapi pertanyaan, siapa yang beli? Masalahnya kan kementerian kita nggak sinergi, artinya kita bunuh petani pelan-pelan. Tapi timbul pertanyaan petani, Bapak tiga hari lagi pensiun siapa yag bertanggung jawab? Kalau kebiasaan sudah produksi dan nggak ada lagi yang ambil, saya jawab spontan, ya sudah saya beli kopinya untuk mainan saya pensiun.

Saya pulang ke hotel ada beberapa kuintal, saya beli dong kan kan mereka butuh makan. Pulang ke Jakarta, bingung mau jual nggak laku toko kopi sudah punya distributor.

Saya senang kopi tetapi hanya kopi yang saya senang. Pendek cerita, belajar dengan orang Italia di lomba barista dia itu juri, dan olah kopi ada aturan dan belajar sama dia, dan setelah berhasil nggak laku kan harga tinggi dan nggak bisa bersaing kelas bawah. Ini biji kopi benar, sungguhan dan saya bingung saya sudah lah ada 4-5 bulan pertandingan kopi dan titip untuk dilombakan untuk main-main kalau saya juara, mimpi pun tidak karena internasional.

Asa beberapa kopi Indonesia yang ikut, ternyata produk saya juara 2 dunia ada sertifikatnya. Ini timbul persoalan baru, banyak yang minta dari luar negeri minta untuk beli produk kopi saya tetapikan ini belum produksi massal.

Ini ada namanya-namanya, ganja itu Gayo-Temanggung, ada nanti morfin, heroin supaya menghilangkan imej masyarakat narkotika benda berbahaya. Jadi mengingatkan ean ini patennya jenderal.

Nah, ini kan bagaimana kita kreatif berbuat dan potensi Indonesia ada banyak kok, kalau benar-benar serius mencintai beras kita nggak impor 2019 nggak ada impor, kalau 2018 nggak impor, coba saya dirutnya waktu itu. Saya buktikan bahkan saya tagih tanggung jawab pemerintah beras yang sudah saya serap ya BPNT.

Ada yang lain?

Ikan bandeng, ikan duri, tongkol, berpihak pada petani jadi jangan terpaku, harus kreatif. Kampung saya dan kakek saya di Juwana kakek saya belajar dasarnya dan beras premium kita beras kualitas dari Sumatera Barat ini beras premium di sana itu harganya Rp 14 ribu per kg dari petani, kita jual kan anak daro banyak yang suka, orang Minang di Jakarta butuh ini dan kita produksi ini kan banyak pejabat orang Minang termasuk istri saya harus produksi ada banyak dan bagus-bagus.

Ada juga premium rice, kreativitas kita bagus-bagus dan ingin membuktikan beras kita nggak kalah bersaing. Hanya saja membangun kecintaan untuk cinta produk dalam negeri, banyak lagi produk yang akan kita kucurkan di pasar, asoka jadi kita kaya produksi kita.

Kayaknya Bapak cocok jadi menteri?

Di kala pepatah di mana orang melangkah di sama bumi berpijak. Hidup manusia kan cuma sekali dan diajarkan hidup bermanfaat bisa lancar di akhirat satu-satunya pahala lah kan dari terusan itu cara berpikir, tapi ada yang terbalik, ada orang didzolimi, disakiti, beli mahal dan sudah ini neraka jahanam ini di pintu neraka.

Kalau ditawarkan jadi menteri gimana?

Saya nggak pernah punya obsesi tertentu. Saya dilahirkan sebagai abdi negara, begitu masuk polisi abdi negara, kalau lihat saya kerja pada marah, salah. Jadi singkatan Buwas tapi pada akhirnya saya nggak cederai profesi kan, kerja itu bukti dan pidato BNN tidak cederai padahal saya nggak paham narkotika itu zero tapi saya mau belajar, di mana pun kerja, itu abdi negara bukan cari duit.

Kalau mau cari duit jadi pengusaha, jadi salah kalau berpikir cari duit karena abdi negara pelayanan masyarakat. Kalau bisa memberikan pemikiran untuk kepentingan petani.

Misalnya harusnya dibeli Rp 30 ribu dan bisa jual Rp 150 ribu, itu kan bisa Rp 75 ribu, Rp 75 ribu jadi fifty-fifty.

Tapu saya berpikiran sebaik mungkin apa sih yang saya cari apa sih? Cari kalau mencari pahala sebanyak-banyaknya kan persiapan kalau dipanggil sewaktu-waktu

Itu ada foto habib dan pramuka, ada cerita?

Jadi kakornas itu saya awalnya pulang dari umrah dan janji kalau audah 40 hari baru mau potong, begitu pulng ada kantor, akhirnya saya menyiarkan dalam kondisi berewok. Akhirnya ya sudah dalam kondisi berewok, kok tambah serem ya pakai berewokan akhirnya kelimis lagi nanti makin takut serem.

Sebelum potong pakai pakaian itu lah kayak ustad ya itu kenang-kenangan saja, sudah kembali lagi.

Bagi waktu dengan kakornas?

Saya kerja jam setengah enam sudah di kantor, kerja kakornas semua harus selesai nggak ada yang belum selesai.

Pramuka mau dibawa ke mana?

Pembinaan generasi muda dan rata-rata pejabat yang berhasil sukses kan dari pendidikan pramuka dan itu dilakukan di pramuka dan ini pembangunan karakrer muda dan tidak ikut berpolitik kecuali pure pramuka. Jadi ketahanan negara dan cinta negara sekaligus cinta tanah air, sekarang di pramuka boleh lihat apakah ada tenda besi, kalo dari acara pramuka tidak pernah terjadi semua dari bambu, kayu.

Kalau dilihat ada acara pramuka ada produk impor? Semua dalam negeri buah pisang, salak, pepaya, buah juga, makanan ubi, jagung, singkong, saya balikkan kecintaan generasi muda kepada negara kita, banyak profesi saya untuk kepramukaan ke depan karena pramuka luar biasa itu luar biasa. Dipilihnya juga keinginan pengurus pramuka dan sekarang kan ada mau diberikan amanah baru. Saya bilang tunggu.

PSSI juga dateng ya?

Itu juga tapi ya diskusi dulu kan saya kira di Indonesia ini banyak orang baik, orang hebat-hebat ya kasih kesempatan berbuat baik.

Menolak halus?

Bukan menolak halus, tapi masih banyak coba satu berbanding banyak pasti nggak bisa maksimal tapi kalau satu banding satu pasti bisa konsentrasi dan maksimal. Tapi tergantung manusia juga ada rasa tangantung jawabnya nggak. Terus juga ya tadi di orientasi, kalau finansial ya gitu pasti rusak.

Hide Ads