Perang Dagang AS-China dan Pengaruhnya ke RI

Wawancara Khusus Dubes China untuk RI

Perang Dagang AS-China dan Pengaruhnya ke RI

Danang Sugianto - detikFinance
Kamis, 20 Jun 2019 06:25 WIB
Perang Dagang AS-China dan Pengaruhnya ke RI
Foto: Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian. Foto: Danang Sugianto-detikFinance
Strategi apa yang sedang dirancang Tiongkok untuk menghadapi dampak merugikan dari perang dagang ini?

Jika mereka menginginkan perang dagang, maka Tiongkok akan terus berperang, bahkan sampai penghabisan. Namun jika mereka ingin berunding, maka pintu Tiongkok terbuka lebar. Ke arah mana pun situasi ini akan berkembang, Tiongkok akan terus memperjuangkan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Memperkuat diri melalui keterbukaan terhadap dunia luar, adalah jalan yang fundamental untuk menghadapi gesekan perdagangan. Pada saat bersamaan, itikad Tiongkok untuk menyelesaikan masalah melalui jalur perundingan adalah itikad yang tulus dan serius. Tiongkok menyerukan kepada AS untuk memahami situasi yang sebenarnya, kembali pada jalur yang benar, untuk melangkah bersama Tiongkok demi mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan berdasarkan prinsip saling menghormati.

Apakah gesekan ekonomi antara Tiongkok dan AS ini berdampak bagi mitra dagang yang lainnya, termasuk Indonesia?

Dampak itu ada pada berbagai aspek. Terkait hal ini, yang lebih berhak berbicara dibanding kami adalah pemerintah Indonesia, dunia bisnis Indonesia, dan masyarakat Indonesia sendiri. Namun kami juga memperhatikan sejumlah analisa terkini yang dikeluarkan pemerintah maupun kalangan bisnis Indonesia mengenai dampak dari gesekan perdagangan Tiongkok-AS terhadap Indonesia. Tindakan AS yang membangkitkan perang dagang dengan Tiongkok telah merugikan sistem perdagangan multilateral, serta telah membawa tantangan serius bagi pemulihan ekonomi global. Perang dagang ini juga menimbulkan tekanan eksternal terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, di samping tantangan terhadap perdagangan luar negeri dan stabilitas nilai tukar mata uang. Semua ini bukanlah hal-hal yang diharapkan oleh Tiongkok.
Sebagai mitra dagang terbesar bagi Indonesia sekaligus pasar konsumen terbesar di dunia, Tiongkok berharap untuk meningkatkan kerja sama dengan Indonesia di berbagai sektor ekonomi perdagangan, untuk bersama melawan unilateralisme dan proteksionisme, serta untuk membela sistem perdagangan multilateral. Tiongkok juga bersedia mengeksplorasi kerja sama perdagangan yang lebih luas dan mendalam dengan Indonesia, demi membantu Indonesia mengatasi tantangan yang dihadapi.

Bagaimana Anda menilai Teori Benturan Peradaban antara Tiongkok dan AS "clash of civilizations with China" sebagaimana yang dihembuskan oleh para petinggi AS?

Yang disebut "Teori Benturan Peradaban" itu sepenuhnya keliru. Indonesia adalah masyarakat yang sangat plural. Rakyat Indonesia memiliki pemahaman yang mendalam terhadap keberagaman peradaban dan keharmonisan dalam perbedaan. Pada lambang negara Indonesia tertulis semboyan "Bhinneka Tunggal Ika", yang menyatakan persatuan dalam keberagaman. Tiongkok juga demikian. Tiongkok senantiasa menekankan prinsip "harmoni dalam perbedaan". Dalam Konferensi Dialog Peradaban-peradaban Asia yang belum lama berselang digelar di Beijing, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengemukakan, "Manusia hanyalah berbeda dalam hal warna kulit dan bahasa. Peradaban hanya berbeda dalam hal warna, dan mutlak tidak bisa dibedakan mana yang tinggi atau rendah, mana yang superior atau inferior. Menganggap ras sendiri atau peradaban sendiri lebih mulia daripada orang lain, atau memaksa mengubah bahkan menyubstitusi peradaban lain, adalah pemahaman yang bodoh, dan adalah tindakan yang menimbulkan bencana!" Di antara negara-negara, bangsa-bangsa, dan peradaban-peradaban yang berbeda hendaknya dipelihara sikap saling menghormati, memperlakukan satu sama lain dengan setara, terbuka, inklusif, serta mau saling belajar dan bercermin. Yang disebut "Teori Benturan Peradaban Tiongkok-AS" itu penuh corak rasisme, serta telah mendapat kritikan luas dari masyarakat internasional.
Tiongkok dan Indonesia memiliki kedekatan secara geografis, keeratan hubungan antar-masyarakat, serta kontak pertukaran yang kuat di bidang budaya. Kedua negara saling menghormati, saling memahami, dan saling percaya satu sama lain. Antara Tiongkok dan Indonesia sejak dahulu tidak pernah ada yang namanya benturan atau konfrontasi peradaban itu. Komunikasi, refleksi, dan perpaduan yang berlangsung selama ribuan tahun membuat peradaban Tionghoa dan peradaban Indonesia saling memperindah satu sama lain, sehingga menjadi teladan bagi komunikasi peradaban dunia. Menghadapi masa depan, kedua negara kita hendaknya terus meningkatkan kepercayaan, inklusivitas, serta terus bahu-membahu untuk menambah warna-warni indah bagi taman bunga rampai peradaban dunia.

Dapatkan Anda dengan singkat merespons laporan media Barat tentang pusat pelatihan vokasional Xinjiang Tiongkok dan kritikan terkait kebebasan beragama bagi umat Muslim?

Rumor ditolak orang cerdas! Sebagian besar pelaporan media Barat tidak sesuai dengan realitas, dan kritikan mereka juga tidak berdasar. Sejak tahun lalu, segelintir negara Barat telah sengaja mengingkari fakta, menggunakan media untuk membelokkan dan menyerang upaya deradikalisasi yang dilakukan Tiongkok di Xinjiang. Mereka menciptakan dan menyebarkan rumor untuk merusak kesatuan negara dan keutuhan wilayah Tiongkok. Mereka juga menghasut untuk merusak hubungan persahabatan antara Tiongkok dengan dunia Muslim, termasuk Indonesia. Tiongkok telah berusaha menjelaskan dan mengklarifikasi keadaan melalui berbagai saluran.
Masalah Xinjiang berhubungan dengan kepentingan utama negara Tiongkok. Masalah Xinjiang bukankah masalah agama, melainkan masalah politik. Ini adalah masalah kesatuan atau perpecahan, perdamaian atau konfrontasi kekerasan. Masalah Xinjiang adalah masalah prinsipiil utama yang berkaitan dengan keamanan kedaulatan dan keutuhan wilayah teritorial Tiongkok. Sejumlah negara menggunakan yang disebut Masalah Xinjiang itu untuk menyerang dan mencoreng citra Tiongkok. Tujuan akhir mereka adalah untuk mendukung kekuatan ekstremis teroris dan separatis di dalam negeri Tiongkok, demi menghambat kemajuan Tiongkok.

Tiongkok senantiasa saling mendukung dan tulus bekerja sama dengan dunia Muslim termasuk Indonesia. Hubungan ini membuat Tiongkok dan dunia Muslim bisa memelihara koordinasi dalam menyelesaikan masalah-masalah penting yang menjadi perhatian bersama di tingkat regional maupun global. Sepanjang tahun ini, saya telah berulang kali melakukan komunikasi luas dengan berbagai kalangan di Indonesia, mulai dari pemerintah pusat, parlemen, pemerintah daerah, media, pemuka masyarakat, pemuda, mahasiswa, dan lain-lain. Pemerintah Tiongkok dan Kedutaan Besar Tiongkok juga mengundang pemimpin keagamaan dan representasi media dari Indonesia untuk mengunjungi Xinjiang secara langsung, demi menjelaskan kepada publik Indonesia mengenai kebijakan keagamaan Tiongkok dan keadaan Xinjiang yang sebenarnya. Setelah berbagai kalangan di Indonesia itu memahami realitas yang sebenarnya, mereka umumnya setuju bahwa realitas bukanlah sebagaimana yang digambarkan oleh media-media Barat itu.

(das/zlf)

Hide Ads