Transportasi Pintar di Ibu Kota Baru

Blak-blakan Menteri Perhubungan

Transportasi Pintar di Ibu Kota Baru

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 04 Okt 2019 10:00 WIB
3.

Bicara soal Bandara Kertajati

Transportasi Pintar di Ibu Kota Baru
Foto: Rachman Haryanto
Pembangunan Bandara Kertajati, bangunan megah di atas Rp 2 triliun lebih dananya, tapi sepi. Langkahnya agar bandara ini nggak hanya jari proyek mercusuar bagaimana?
Inilah satu contoh bahwa kalau konektivitas itu harus ada kolaborasi antara moda utama dan feeder, itu rumus yang baku. Pada saat Pemda Jawa Barat mencanangkan itu pemerintah juga bangun Tol Cisumdawu, memang telat setahun, tapi itu keadaannya.

Oleh karenanya, saya sebagai regulator ajak Pemda, kan sama-sama kita bantu mereka. Ayo kita jadikan ini bandara yang baik. Apalagi mayoritas kan itu Pemda dan AP II yang mengelolanya.

Cisumdawu kita tunggu satu tahun. Kita juga sekarang dorong maskapai terbang ke sana. Kita juga mensubsidi bus ke Kertajati gratis.

Saya minggu lalu ke sana, saya lihat memang penumpang turun naik. Tapi, saya gembira masyarakat bandung kalau ke luar Jawa gunakan itu. Kurang lebih 14 take off landing di sana mendarat 7 take off 7

Berapa maskapai?
Ada dua sekarang maskapai di sana.

Tol laut itu kan didengungkan untuk atasi ketimpangan evaluasinya kayak apa, banyak kritik ini kayak nggak jalan deh?
Jadi gini tol laut ini memang proyek inisiatif presiden, Indonesia Timur itu bukan hanya disparitas tetapi ketersediaan itu menjadi penting. Bukan membela diri, justru informasi tol laut seolah nggak ada itu karna daerah lain yang belum terhubung komplain, soundnya itu lebih keras dibanding yang sudah terhubung. Maka kita kasih angkutan perintis.

Kita itu beberapa jalur sudah diswastakan, jadi kalau transportasi seperti bus lah kalau pertama kali kan kosong, pertama kali kan biasanya subsidi dulu. Nanti kurun dua tiga tahun jadi penuh, kalau penuh berati komersial.

Ini beberapa tempat sudah dilakukan, katakanlah Surabaya ke Kupang, ke Ambon, itu jalur komersil dan kita taruh ke sana. Ini keberhasilan yang kita elaborasi menjadikan tulang punggung tol laut jadi komersil. Tahun ini kita beranjak pada feeder ke titik macam Kupang, Ambon dengan kita bangun kapal feeder.

Nah ini ada dua yang signifikan. Bayangkan di NTT itu kirim 70 ribu sapi per tahun, saya senang waktu datang kesana menjadi industri agrikultur. Di mana masyarakat berkelompok mau memiara sapi karena demand dikirim ke Indonesia barat banyak.

Tapi kami katakan harus diveluasi kalau angkut sapi nggak efisien, nah ini kita maunya angkut daging. Sehingga dipotong di sana kita angkut ke sini, dari sini ke sana bisa pakai kapal yang lain.

Keberhasilan ke dua adalah penangkapan ikan di Dobo, kira-kira Maluku Selatan arah ke Papua. Itu kapal-kapal tol laut ngangkut ikan dibawa ke Jateng Jatim atau diekspor. Kemarin kita bicara di Papua, di Maluku, kenapa kita tidak ke Jawa, tapi ke Timur aja, Sorong, Ambon, kita langsung ekspor ke luar gitu.

Nah evaluasi ini lah yang dilakukan. Kalau saya dikritik kurang berhasil jelas ada orang jealous ya. Kayak di Morotai ada yang komplain. Ya dia mau bawa bahan bangunan pakai tol laut, ya jangan dong saya bilang ini tuh bahan pokok.

Nah karena suaranya lantang dan itu lantangnya dari Timur, maka tol laut kayak nggak memberikan hasil. Tapi jujur kita harus cari wirastawan di timur untuk angkut barangnya ke barat dengan tol laut.

Sampai sekarang sudah ada berapa perusahaan yang jadi operator tol laut?
Banyak, yang main itu ASDP dan Pelni tapi ada lima perusahaan swasta.

Sudah tidak disubsidi?
Masih cuma kita turunin, sudah nilai komersial itu.

Kalau Jawa kan ke Indonesia Timur, kalau yang di bagian barat?
Wikalayah barat itu beberapa titik aja terutama ke Natuna, kemudian ke Bandar Sri Begawan. Sekarang bagus, saya ketemu bupatinya kemarin saya pesan tolong dikawal ya okupansinya dinaikin jangan 30%.

Ada juga supply ke pulau-pulau ya dari Bengkulu ke Enggano, Padang ke Mentawai, Sibolga ke Nias, itu yang dilakukan dengan kapal ASDP. Jadi nggak usah dari Jawa, Padang sudah murah kan.

Soal transportasi digital nih teman-teman ojol kita mau revisi UU Transportasi, pengen ojol diakui sebagai angkutan umum?
Jadi gini sejak awal ini amanah nggak mudah bagi saya. Gesture presiden mau rakyat dapat pendapatan yang merata, itu harus diamankan. Oleh karenanya saya hati-hati untuk laksanakan amanah ini agar jutaan masyarakat yang mengendarai ojol itu bisa jalan.

Kalau berdasar aturan tidak mungkin peraturan menteri dilangkahi, kami justru pikir keras agar mereka berlandaskan hukum. Ada satu pasal diskresi, apabila satu kegiatan itu mencakup masyarakat banyak maka menteri berwenang mengatur mereka. Itu yang saya pakai, dengan itu saya atur safety utamanya. Sambil itu saya dialog, bagi mereka yang pengemudi ojol dan operator senang sekali, karena satu usaha yang belum ada landasan hukum tapi sudah punya hukum.

Saya nggak mau pertentangkan UU lalu lintas dan kehadiran mereka ini. Banyak kali saga ngomong, pentingkah satu UU yang akhirnya meniadakan kerja jutaan rakyat itu. Saya pikir saya menomorsatukan legitimasi Permen lindungi itu. Bahwa upaya peraturan menteri tentang itu, banyak orang yang sengaja jadi martil kan sengaja mau jadi kekacauan usulin UU ini. Kita kepala dingin gitu makanya

Kita nggak selalu beruntung, saya punya saudara juga ojol. Bayangkan mereka hidupi lima orang, dan safety bisa dilakukan dan improve.

Ada satu kondisi yang tolerir adanya kehadiran ojol, itu adalah kurangnya transportasi kita, baru 35% masyarakat Jakarta gunakan angkutan masal, nanti kalau MRT LRT ratusan kilo, busnya ribuan, harapannya kota itu gunakan angkutan massal 60%. Pada saat itu negara sudah makmur sehingga masyatak punya kesempatan kerja di tempat lain. Sehingga saudara kita yang mengendarai ojol bisa pindah ke industri lain, 5-6 tahun ke depan.

Muncul juga keluhan melihat ojol, mereka seperti kurang dipedulikan mereka ngetem bikin macet, Kemenhub bisa menegur operator atau ini urusan Pemda?
Memang itu ada di Pemda dan koordinasinya dengan aplikator, ada satu kaedah bisnis di aplikator. Itu adalah jumlah adalah segalanya. Nah ini nabrak satu keseimbangan yang ada baik keseimbangan pengemudi dan kebutuhan satu kota tertentu. Tapi saya yakin ekuilibrium itu akan tercapai.

Dulu saat saya declare adanya taksi online saya diprotes keras sama yang konvensional, saya bilang taksi online itu keniscayaan. Saya tidak bela siapa-siapa, saya berikan equality kepada mereka. Masing-masing egonya nyalahin kita Kementerian Perhubungan, kita nggak ada benarnya.

Kita yakin satu saat equilibrium terjadi, pengusaha kalah mau usaha jangan jadi konvensional, join aja sama yang ada. Anda bisa investasi di situ, even perusahaan besar ikut di situ juga.

Timbul lah ekuilibriun baru yang bisa menyatu di situ oleh karenanya kita percaya dengan itu. Kami mulai inisiasi banyal hal juga, katakanlah terminal, klub buat mereka, dan hubungan baik kepada mereka. Ini akan jadi satu simblol yang baik, setelah ada kita akan kasih Pemda kalian harus bikin ini gini gini. Ketidak seimbangan ini juga lama, sekarang itu jumlah ojol tinggi sekarang bikin turun pendapatannya.

Langkah pak menhub, soal transportasi umum listrik sudah mulai, infrastrukturnya sendiri buat charge listrik kapan massalnya?
Satu hal yang terjadi apabila kita inisiasi satu prasarana dan sarana perintis dimulai selalu diikuti dengan ketidak seimbangan, urusan tol laut juga demikian. Keseimbangan akan berangsur pulih saat angka ekonomis tercapai.

Kami sebagai regulator nggak bisa nunggu kapan itu datang, kami pikirkan bagaimana dorong kelompok yang punya inisiatif dan mau kembangkan itu kita dorong. Makanya Presiden jelas bilang Pak Menteri tolong dukung kendaraan listrik oleh taksi dan bus. Artinya apa dari yg sulit kita adakan uji tipe, kemudian fiskal miliki charger, makanya timbul kami inisiatif gunakan itu, walau masih mahal. Tapi namanya mahal harus dibahas gitu lho, bagaimana kita berikan satu structure cost yang kondusif untuk digunakan.

Nah kalau masing-masing kami saya pake baju dserah misalnya, waktu itu kami pertama kali yang lakukan, sekarang kementerian lain lakukan. Sama kayak mobil listrik, saya inisiasi itu, eh Pak Menko Ekonomi langsung nanya mau bikin itu ya, ayo kita omongin gimana caranya.

Ide itu penting drive penting, ini lah yang kita dorong yakinkan operator dia mau pakai, saya harus tanggung subsidinya masa nggak mau.

Jadi tugas presiden begini yang kita sukai. Yang menantang satu isu yang belum jelas dan buat pemetaan serta directionnya yang jelas dan kita lakukan bersama kita elaborasi itu.

Bapak juga mau inisiasi pejabat Kemenhub akan gunakan mobil listrik, rencananya Desember, bilangnya bapak menteri pertama yang gunakan mobil listrik. Netizen ramai kan kelarnya 28 Oktober, apa kah udah ada bisikan nih bapak bertahan di Kemenhub?
Satu, saya belum diminta untuk terus, tapi apapun lilahita-alla. Saya berniat inisiasi listrik jadi tujuan, bukan sekedar kendaraan listrik, segala program yang dirancang saya bahas detail ini harus berjalan dengan baik.

Bicara listrik, saya juga sudah pakai, sudah ada kendaraan listrik biar masih hybrid. Yang susah ya kalau diri sendiri nggak gunakan, ya gimana mau nyuruh orang lain pakai.

Punya pribadi pak mobilnya?
Punya sama-sama lah.

Ada hal lain yang mau disampaikan?
Saya ingin sampaikan bahwa kementerian yang dapat amanah banyak itu infrastruktur, kami bersama PU ini diberikan amanah luar biasa.

Infrastruktur ke depan masih jadi tumpuan dari drive pemerintah ini. Saya diajak keliling sama presiden ke Borobudur, Toba, Mandalika, Labuan Bajo, Manado, ada satu strategi luar biasa, bahwa kita mau unggulkan lima lokasi itu. Saya contoh Labuan Bajo, itu indah sekali, bisa saja itu jadi Bali yang akan datang.

Bandaranya ini nanti akan international operator, pertama kali bandara di Indonesia diterapkan oleh internasional, supaya apa? Supaya bandaranya cantik kualitasnya internasional, dan juga bisa dapat link konektivitas internasional. Ada satu contoh di Kamboja, ada international operator kelola bandara di sana dan sukses.

Lalu kita mau pindahkan pelabuhan, yang logistik kita pindahkan ke tempat lain dalam satu tahun. Sehingga di sini cuma ada pelabuhan penumpang dan bisa untuk cruises.

Kita akan buat permonit panjang, itu panjangnya satu kilo bersama pu, akhir 2020 selesai. Nanti ada tempat yacht, tempat cruise bersandar, dikelilingnya ada pulau yang indah-indah itu. Nah ini satu pemikiran yang sangat berpijak di bumi dan insyallah bisa dorong turis lebih 20 juta.

Yang internasional ini urus Labuan Bajo sepaket sama Pulau Komodo?
Lain beda, internasional sendiri.

Perusahaan internasionalnya siapa?
Sekarang sudah ditunjuk saya nggak etis kalau sebutkan, satu international company. Akan diputuskan lelangnya akhir Oktober, diputuskan lelangnya sudah ada satu operator. Yang ikut lelang ada puluhan dari Perancis, Australia, Singapura, Jepang, Korea, sudah terpilih satu nanti akhir Oktober.

Itu tidak membuat turis lokal kemahalan kan?
Kita akan bikin perbedaan antara turis internasional dan lokal. (fdl/fdl)

Hide Ads