Transportasi Pintar di Ibu Kota Baru

Blak-blakan Menteri Perhubungan

Transportasi Pintar di Ibu Kota Baru

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Jumat, 04 Okt 2019 10:00 WIB
1.

Transportasi Pintar di Ibu Kota Baru

Transportasi Pintar di Ibu Kota Baru
Foto: Screenshoot 20detik
Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyatakan 70% moda transportasi di ibu kota negara yang baru bersifat massal. Bukan cuma massal, moda transportasinya nanti juga akan berbasis listrik.

Selain yang saat ini sudah dikenal seperti Moda Raya Terpadu atau Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT), Bus Rapid Transit (BRT), juga akan disiapkan autonomous rail transit (ART).

Selain membicarakan soal konsep smart city smart mobility untuk menunjang konektivitas di ibu kota baru nanti, dia juga mengungkapkan berbagai capaian yang telah dilakukannya selama memimpin Kementerian Perhubungan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mantan Dirut Angkasa Pura II ini juga mengungkapkan berbagai upaya untuk membantu bandara Kertajati di Majalengka agar tidak sepi dan mati suri. Juga pengembangan tol laut, baik ke berbagai wilayah di Indonesia Timur maupun Barat.

Hal menarik lainnya Budi Karya juga mengungkapkan bahwa Bandara Labuan Bajo dalam waktu dekat pengelolaannya akan diserahkan ke perusahaan internasional.

Simak wawancara lengkapnya.
Smart city-smart mobility, konsep seperti apa itu?
Kita memang dapat amanah untuk melengkapi ibu kota negara yang baru dengan aksesibilitas yang masa depan. Apa itu? Kita pasti buat satu konsep agar ibu kota negara jadi salah satu kota baru, kota masa depan, dan menjadi contoh bahkan jadi destinasi pariwisata karena aksesibilitasnya yang punya konsep masa depan.

Apa itu? Tentu angkutan masa depan itu adalah angkutan masal, 70% angkutan di ibu kota baru nanti angkutan massal, pasti konsep konektivitas transportasi kolaborasi antar moda harus baik. Jadi, kita bayangkan kalau sudah punya Bandara Balikpapan, Bandara Samarinda maka begitu turun dari sana harus ada konektivitas apakah itu jalan tol, apakah itu kereta api yang langsung menuju ibu kota negara, dan itu diharapkan kurang dari 30 menit, jaraknya 30-40 kilometer dalam range.

Satu keniscayaan harus ada jalan tol jalan highway dan harus ada kereta api. Nah kalau bicara kereta api, kereta api di masa depan berkelanjutan itu kereta bertenaga listrik, rencana kita itu pakai kereta listrik, biasanya kita tahu sekarang ada MRT dan sebagainya.

Ada peralihan antar moda dari bandara ke kota, katakanlah di titiknya itu HI gitu satu titik itu di pusat kota. Tapi di antara fungsi di pusat kota itu nanti bisa bus listrik, bisa semacam trem, atau autonomus, ada satu kombinasi bus dan kereta yang berjalan di atas batas-batas imajiner yang bisa turun dan naik dan sebagainya. Ini semuanya listrik.

Sehingga seseorang yang datang dari Jakarta sampai di Balikpapan naik kereta listrik, sampai dia di suatu titik tertentu itu listrik. Jadi antar moda akan diperhatikan dan juga listrik. Ini lah inisiatif kita untuk membangun ibu kota negara

Beberapa saat yang lalu saya ke sana sama pak Basuki. Itu yang namanya teluk Balikpapan sepanjang 70 km lebarnya 5 km ada yang 7 km itu indah sekali, pohonnya masih ada, ada pulau masih hijau. Ini juga jadi tantangan bagi kita untuk lakukan reservasi apa yang jadi indah sekarang harus dipertahankan.

Angkutan sungai juga akan indah, bayangkan di situ ada angkutan sungai. Bayangkan bentang di sana itu besar bisa saja ada landasan air sekitar situ.

Saya lihat ada inspirasi lah bagi ibu kota negara itu, maka kami sampaikan sebagai smart city smart comunity, dan itu akan mejadi satu destinasi. Bayangkan waktu Indonesia memiliki itu jadi kota idaman.

Bahkan, dalam konsepnya Kementerian PU mengatakan kota ini bukan cuma ibu kota negara tapi jadi ibu kota ASEAN. Di mana talent orang-orang pintar, anak pintar, keluarga unggulan, mau tinggal di sana. Sehingga kita harus berikan akomodasi prasarana yang baik selain pendidikan rumah sakit dan lain-lain.

Tadi bicara alat transportasi serba listrik, infrastruktur listriknya memadai nggak pak, Jakarta aja blackout nih. Kebayang kalau ibu kota baru yang super canggih kalau listrik terbatas kan bisa repot?
Saya bergeser sedikit, kita ada konsep namanya Indonesia sentris artinya bangun itu bukan di Jawa aja tapi seluruh Indonedia. Secara khusus Kalimantan itu daerah tertinggal dengan pertumbuhan hanya 2%, dibanding Jawa yang jauh mendekati angka 7%. Artinya apa, ada yang belum deliver.

Apa relevansinya saya bicara seperti ini? Di sana ada gas, ada minyak, ada batu bara, sehingga saya pikir dua tiga tahun ini kita bisa buat pembangkit yang efisien. Sehingga bisa mensuplai listrik dengan baik, saatnya kita lakukan inisiatif yang konkret.

Pak Presiden setiap bikin bandara itu selalu bilang pastikan bandara itu terhubung dengan tempat wisata. Jadi kalau kita akan bangun ibu kota negara pastikan juga orang mau investasi di situ kita siapkan infrastruktur dan utilitas ke sana.

Meski masih digodok apa sudah ada yang sounding, China salah satunya mau bangun transportasi publik itu gimana?
Kalau itu secara khusus mau investasi, ke saya ya, belum ada. Tapi saya bayangkan ini ada inisiatif yang masif dilakukan pemerintah yang berikan kesempatan untuk orang investasi.

Apalagi dalam konsep pendanaan ibu kota negara ini sebagian pakai APBN, diperkirakan sekian triliun itu 20% dari APBN. Tapi yang 80% itu KPBU kerja sama dengan swasta dan proyek lain yang mendukung. Jadi saya pikir by design kita mau buat proyek inisiatif yang berikan kesempatan bagi masyarakat investasi baik di dalam dan luar negeri mau ke situ.

Jadi investasi ada yang naturally datang dari investor, lalu ada juga yang kita lakukan.Ada yang by design dan undang KPBU itu.

Seperti di Labuan Bajo Makassar, kita buat project proposoal yang dishare ke masyarakat untuk dia investasi salah satunya investor asing. Apa yang kita lakukan di sana investor asing itu berminat sekali dengan pola yang kita lakukan di beberapa tempat bukan tidak mungkin ini sangat Diminati.

Jadi sejauh ini belum ada ya?
Belum, belum.

Soal kemungkinan peluang dari China, mengingat sentimennya sensitif soal investasi dari China di masyarakat, seberapa besar peluang pemerintah menerima hal itu?
Saya pikir investor bisa datang darimana-mana, bisa dari Jepang, dari Korea, dari China, dari Australia. Saya malah kemarin didatangi investor dari Kanada.

Jadi investasi itu keniscayaan bahwa masyarakat dunia bisa investasi di seluruh penjuru negara. Apalagi Indonesia itu salah satu negara yang rating kemudahan investasinya itu naik, sehingga ya tidak heran kalau banyak orang mau investasi.

Selama ini kita belum pernah dengar kan Kanada mau investasi, tapi dia bilang saya itu sudah di China, saya di China bangun kereta api. Mengapa nggak langsung keisini, ini berita baik ya. Apalagi indikasi media internasional menyebut Indonesia merupakan salah satu negara yang pertumbuhannya relatif baik dan cara kerja presiden yang baik pasti investor senang ke Indonesia.

Transportasi tanpa rel tadi sudah di mana aja yang terapkan?
Itu ada Australia, China dan Jerman. Saya bakal tugaskan Ditjen Darat ke Jerman untuk survey apa yang terjadi di sana. Kita combine aja apa yang ada di negara itu, kita masih punya wakru tiga empat tahun kan banyak ini.

Tadi sempat singgung soal pembangunan transportasi tidak melulu di darat, di sungai dan laut juga, seberapa besar intensitas pembangunan transportasi laut?
Laut dan udara adalah sarana yang mempersatukan bangsa ini. Bagaimana kita ke

Papua dan Aceh kan cuma bisa udara dan laut. Udara untungnya cepat, kalau laut kapasitasnya besar.

Sebagai ibu kota negara itu punya Teluk Balikpapan yang drafnya dalam, teluk itu sampai 20 sampai 40, ini ideal dibuat pelabuhan. Oleh karenanya konektivitas air bisa digunakan, terutama untuk logistik. Ada sayur, sapi dan sebagainya itu akan disempurnakan kami sudah bahas cukup detil. Rupanya rencana yang sudah dibangun cukup, tidak banyak lagi investasi yang harus kita lakukan.

Progress report bapak selama mimpin Kemenhub apa saja sih pak yang boleh diingatkan?
Ini masih fresh from the oven ya, bahwa sektor infrastruktur dan konektivitas salah satu yang berhasil di lima tahun terakhir. Saya ucapkan terima kasih kepada Pak Presiden atas amanahnya dan semua pihak yang dukung kita. Memang spreading konektivitas transportasi sangat beragam, kita memang ingin melakukannya dengan tujuan memberikan dampak ke sektor lain.

Pak Presiden selalu menyampaikan kepada kami, Pak Menteri kalau investasi itu pastikan deliver berguna buat masyarakat, maka kita menseleksi apa yang dilakukan. Kalau sekarang lebih tajam lagi, yang namanya buat bandara misalnya iru harus mendukung parisiawata, kami selalu berpedoman kepada itu.

Katakan kita bersama BUMN bangun banyak bandara misalnya, ada Soetta, Bali, Kulonprogo, Medan, Balikpapan, Semarang dan sebagainya. Ini ada satu lompatan bagi konektivitas udara, ini memberikan layanan yang baik.

Pelayanan itu tidak terbatas pada bandara besar saja, tapi bandara kecil seperti di Miangas, Berau, Rote dan beberapa kota di Papua. Kayak di Asmat, Merauke, Manokwari dan sebagainya, kita bangun semua. Sehingga masyarakat yang hanya tahunya konektivitas laut aja, mereka sudah bisa menikmati dan menggunakan udara.

Bahwa terjadi ekses wah tahu-tahu tiket jadi mahal, itu menandakan bahwa konektivitas udara ini eksis, hubungkan pulau-pulai dan kota-kota di manapun itu, oleh karenanya saya hati-hati dalam upayakan kebijakan.

Di sektor laut kita elaborasi yang dilakukan BUMN dengan pelabuhan besar, katakan lah seperti Priok ya. Tidak ada yang membayangkan bahwa di Priuk ada kapal dengan kapasitas 10 ribu teus, 10rb kontainer. Karena kita berikan sesuatu yang mudah bagi masyarakat perkapalan dia mau ambil itu.

Tugas kita adalah bagaimana buat Tanjung Priok sebagai hub, jangan barang kita hub-nya di Singapura, di Malaysia, kita akan rebut itu. Bagaimana juga di Soetta dan Ngurah Rai itu jadi hub, sehingga manfaat ekonomis, apakah itu kargo apakah itu turis datang langsung ke Indonesia.

Kereta api ini kita juga cukup signifikan sekali dua tahun ini dengan adanya MRT, kita tidak terbayang MRT ada di Indonesia. 3-4 tahun lalu Pak Jokowi itu tetapkan ini harus dibangun, keberanian itu yang sulit. Mungkin kalau saya yang jadi presiden atau gubernur saat itu nggak akan jadi. Tapi Pak Presiden tegaskan ini bisa kita bangun.

Ini bagaikan jadi satu barrier entry yang jadi hambatan tapi justru jadi suatu yang biasa. Sehingga MRT sekarang sudah 15 km. Lima tahun lagi mendekati 100 km untuk hubungkan titik-titi di Jakarta. Bahkan LRT yang belum ada keberanian kita bangun di Palembang. Sehingga koneksitas di kota besar Indonesia kita bangun antar moda dan bisa terjadi.

Satu inisiatif satu langkah yang berani tidak serta merta tunjukan hasil, tapi itu harus dilakukan. Palembang misalnya jadi contoh, okupansinya baru 30-35%. Kami koordinasikan dengan Pemda feeder harus ada. Kita elaborasi masyarakat harus membutuhkan itu, dengan begitu akan jadi anchor masyarakat akan pindah dan kemacetan berkurang. Palembang ini jadi contoh, Jakarta bentar lagi, Surabaya mau eksis. Jadi memang angkutan masal harus jadi yang diutamakan.

Pembangunan Bandara Kertajati, bangunan megah di atas Rp 2 triliun lebih dananya, tapi sepi. Langkahnya agar bandara ini nggak hanya jari proyek mercusuar bagaimana?
Inilah satu contoh bahwa kalau konektivitas itu harus ada kolaborasi antara moda utama dan feeder, itu rumus yang baku. Pada saat Pemda Jawa Barat mencanangkan itu pemerintah juga bangun Tol Cisumdawu, memang telat setahun, tapi itu keadaannya.

Oleh karenanya, saya sebagai regulator ajak Pemda, kan sama-sama kita bantu mereka. Ayo kita jadikan ini bandara yang baik. Apalagi mayoritas kan itu Pemda dan AP II yang mengelolanya.

Cisumdawu kita tunggu satu tahun. Kita juga sekarang dorong maskapai terbang ke sana. Kita juga mensubsidi bus ke Kertajati gratis.

Saya minggu lalu ke sana, saya lihat memang penumpang turun naik. Tapi, saya gembira masyarakat bandung kalau ke luar Jawa gunakan itu. Kurang lebih 14 take off landing di sana mendarat 7 take off 7

Berapa maskapai?
Ada dua sekarang maskapai di sana.

Tol laut itu kan didengungkan untuk atasi ketimpangan evaluasinya kayak apa, banyak kritik ini kayak nggak jalan deh?
Jadi gini tol laut ini memang proyek inisiatif presiden, Indonesia Timur itu bukan hanya disparitas tetapi ketersediaan itu menjadi penting. Bukan membela diri, justru informasi tol laut seolah nggak ada itu karna daerah lain yang belum terhubung komplain, soundnya itu lebih keras dibanding yang sudah terhubung. Maka kita kasih angkutan perintis.

Kita itu beberapa jalur sudah diswastakan, jadi kalau transportasi seperti bus lah kalau pertama kali kan kosong, pertama kali kan biasanya subsidi dulu. Nanti kurun dua tiga tahun jadi penuh, kalau penuh berati komersial.

Ini beberapa tempat sudah dilakukan, katakanlah Surabaya ke Kupang, ke Ambon, itu jalur komersil dan kita taruh ke sana. Ini keberhasilan yang kita elaborasi menjadikan tulang punggung tol laut jadi komersil. Tahun ini kita beranjak pada feeder ke titik macam Kupang, Ambon dengan kita bangun kapal feeder.

Nah ini ada dua yang signifikan. Bayangkan di NTT itu kirim 70 ribu sapi per tahun, saya senang waktu datang kesana menjadi industri agrikultur. Di mana masyarakat berkelompok mau memiara sapi karena demand dikirim ke Indonesia barat banyak.

Tapi kami katakan harus diveluasi kalau angkut sapi nggak efisien, nah ini kita maunya angkut daging. Sehingga dipotong di sana kita angkut ke sini, dari sini ke sana bisa pakai kapal yang lain.

Keberhasilan ke dua adalah penangkapan ikan di Dobo, kira-kira Maluku Selatan arah ke Papua. Itu kapal-kapal tol laut ngangkut ikan dibawa ke Jateng Jatim atau diekspor. Kemarin kita bicara di Papua, di Maluku, kenapa kita tidak ke Jawa, tapi ke Timur aja, Sorong, Ambon, kita langsung ekspor ke luar gitu.

Nah evaluasi ini lah yang dilakukan. Kalau saya dikritik kurang berhasil jelas ada orang jealous ya. Kayak di Morotai ada yang komplain. Ya dia mau bawa bahan bangunan pakai tol laut, ya jangan dong saya bilang ini tuh bahan pokok.

Nah karena suaranya lantang dan itu lantangnya dari Timur, maka tol laut kayak nggak memberikan hasil. Tapi jujur kita harus cari wirastawan di timur untuk angkut barangnya ke barat dengan tol laut.

Sampai sekarang sudah ada berapa perusahaan yang jadi operator tol laut?
Banyak, yang main itu ASDP dan Pelni tapi ada lima perusahaan swasta.

Sudah tidak disubsidi?
Masih cuma kita turunin, sudah nilai komersial itu.

Kalau Jawa kan ke Indonesia Timur, kalau yang di bagian barat?
Wikalayah barat itu beberapa titik aja terutama ke Natuna, kemudian ke Bandar Sri Begawan. Sekarang bagus, saya ketemu bupatinya kemarin saya pesan tolong dikawal ya okupansinya dinaikin jangan 30%.

Ada juga supply ke pulau-pulau ya dari Bengkulu ke Enggano, Padang ke Mentawai, Sibolga ke Nias, itu yang dilakukan dengan kapal ASDP. Jadi nggak usah dari Jawa, Padang sudah murah kan.

Soal transportasi digital nih teman-teman ojol kita mau revisi UU Transportasi, pengen ojol diakui sebagai angkutan umum?
Jadi gini sejak awal ini amanah nggak mudah bagi saya. Gesture presiden mau rakyat dapat pendapatan yang merata, itu harus diamankan. Oleh karenanya saya hati-hati untuk laksanakan amanah ini agar jutaan masyarakat yang mengendarai ojol itu bisa jalan.

Kalau berdasar aturan tidak mungkin peraturan menteri dilangkahi, kami justru pikir keras agar mereka berlandaskan hukum. Ada satu pasal diskresi, apabila satu kegiatan itu mencakup masyarakat banyak maka menteri berwenang mengatur mereka. Itu yang saya pakai, dengan itu saya atur safety utamanya. Sambil itu saya dialog, bagi mereka yang pengemudi ojol dan operator senang sekali, karena satu usaha yang belum ada landasan hukum tapi sudah punya hukum.

Saya nggak mau pertentangkan UU lalu lintas dan kehadiran mereka ini. Banyak kali saga ngomong, pentingkah satu UU yang akhirnya meniadakan kerja jutaan rakyat itu. Saya pikir saya menomorsatukan legitimasi Permen lindungi itu. Bahwa upaya peraturan menteri tentang itu, banyak orang yang sengaja jadi martil kan sengaja mau jadi kekacauan usulin UU ini. Kita kepala dingin gitu makanya

Kita nggak selalu beruntung, saya punya saudara juga ojol. Bayangkan mereka hidupi lima orang, dan safety bisa dilakukan dan improve.

Ada satu kondisi yang tolerir adanya kehadiran ojol, itu adalah kurangnya transportasi kita, baru 35% masyarakat Jakarta gunakan angkutan masal, nanti kalau MRT LRT ratusan kilo, busnya ribuan, harapannya kota itu gunakan angkutan massal 60%. Pada saat itu negara sudah makmur sehingga masyatak punya kesempatan kerja di tempat lain. Sehingga saudara kita yang mengendarai ojol bisa pindah ke industri lain, 5-6 tahun ke depan.

Muncul juga keluhan melihat ojol, mereka seperti kurang dipedulikan mereka ngetem bikin macet, Kemenhub bisa menegur operator atau ini urusan Pemda?
Memang itu ada di Pemda dan koordinasinya dengan aplikator, ada satu kaedah bisnis di aplikator. Itu adalah jumlah adalah segalanya. Nah ini nabrak satu keseimbangan yang ada baik keseimbangan pengemudi dan kebutuhan satu kota tertentu. Tapi saya yakin ekuilibrium itu akan tercapai.

Dulu saat saya declare adanya taksi online saya diprotes keras sama yang konvensional, saya bilang taksi online itu keniscayaan. Saya tidak bela siapa-siapa, saya berikan equality kepada mereka. Masing-masing egonya nyalahin kita Kementerian Perhubungan, kita nggak ada benarnya.

Kita yakin satu saat equilibrium terjadi, pengusaha kalah mau usaha jangan jadi konvensional, join aja sama yang ada. Anda bisa investasi di situ, even perusahaan besar ikut di situ juga.

Timbul lah ekuilibriun baru yang bisa menyatu di situ oleh karenanya kita percaya dengan itu. Kami mulai inisiasi banyal hal juga, katakanlah terminal, klub buat mereka, dan hubungan baik kepada mereka. Ini akan jadi satu simblol yang baik, setelah ada kita akan kasih Pemda kalian harus bikin ini gini gini. Ketidak seimbangan ini juga lama, sekarang itu jumlah ojol tinggi sekarang bikin turun pendapatannya.

Langkah pak menhub, soal transportasi umum listrik sudah mulai, infrastrukturnya sendiri buat charge listrik kapan massalnya?
Satu hal yang terjadi apabila kita inisiasi satu prasarana dan sarana perintis dimulai selalu diikuti dengan ketidak seimbangan, urusan tol laut juga demikian. Keseimbangan akan berangsur pulih saat angka ekonomis tercapai.

Kami sebagai regulator nggak bisa nunggu kapan itu datang, kami pikirkan bagaimana dorong kelompok yang punya inisiatif dan mau kembangkan itu kita dorong. Makanya Presiden jelas bilang Pak Menteri tolong dukung kendaraan listrik oleh taksi dan bus. Artinya apa dari yg sulit kita adakan uji tipe, kemudian fiskal miliki charger, makanya timbul kami inisiatif gunakan itu, walau masih mahal. Tapi namanya mahal harus dibahas gitu lho, bagaimana kita berikan satu structure cost yang kondusif untuk digunakan.

Nah kalau masing-masing kami saya pake baju dserah misalnya, waktu itu kami pertama kali yang lakukan, sekarang kementerian lain lakukan. Sama kayak mobil listrik, saya inisiasi itu, eh Pak Menko Ekonomi langsung nanya mau bikin itu ya, ayo kita omongin gimana caranya.

Ide itu penting drive penting, ini lah yang kita dorong yakinkan operator dia mau pakai, saya harus tanggung subsidinya masa nggak mau.

Jadi tugas presiden begini yang kita sukai. Yang menantang satu isu yang belum jelas dan buat pemetaan serta directionnya yang jelas dan kita lakukan bersama kita elaborasi itu.

Bapak juga mau inisiasi pejabat Kemenhub akan gunakan mobil listrik, rencananya Desember, bilangnya bapak menteri pertama yang gunakan mobil listrik. Netizen ramai kan kelarnya 28 Oktober, apa kah udah ada bisikan nih bapak bertahan di Kemenhub?
Satu, saya belum diminta untuk terus, tapi apapun lilahita-alla. Saya berniat inisiasi listrik jadi tujuan, bukan sekedar kendaraan listrik, segala program yang dirancang saya bahas detail ini harus berjalan dengan baik.

Bicara listrik, saya juga sudah pakai, sudah ada kendaraan listrik biar masih hybrid. Yang susah ya kalau diri sendiri nggak gunakan, ya gimana mau nyuruh orang lain pakai.

Punya pribadi pak mobilnya?
Punya sama-sama lah.

Ada hal lain yang mau disampaikan?
Saya ingin sampaikan bahwa kementerian yang dapat amanah banyak itu infrastruktur, kami bersama PU ini diberikan amanah luar biasa.

Infrastruktur ke depan masih jadi tumpuan dari drive pemerintah ini. Saya diajak keliling sama presiden ke Borobudur, Toba, Mandalika, Labuan Bajo, Manado, ada satu strategi luar biasa, bahwa kita mau unggulkan lima lokasi itu. Saya contoh Labuan Bajo, itu indah sekali, bisa saja itu jadi Bali yang akan datang.

Bandaranya ini nanti akan international operator, pertama kali bandara di Indonesia diterapkan oleh internasional, supaya apa? Supaya bandaranya cantik kualitasnya internasional, dan juga bisa dapat link konektivitas internasional. Ada satu contoh di Kamboja, ada international operator kelola bandara di sana dan sukses.

Lalu kita mau pindahkan pelabuhan, yang logistik kita pindahkan ke tempat lain dalam satu tahun. Sehingga di sini cuma ada pelabuhan penumpang dan bisa untuk cruises.

Kita akan buat permonit panjang, itu panjangnya satu kilo bersama pu, akhir 2020 selesai. Nanti ada tempat yacht, tempat cruise bersandar, dikelilingnya ada pulau yang indah-indah itu. Nah ini satu pemikiran yang sangat berpijak di bumi dan insyallah bisa dorong turis lebih 20 juta.

Yang internasional ini urus Labuan Bajo sepaket sama Pulau Komodo?
Lain beda, internasional sendiri.

Perusahaan internasionalnya siapa?
Sekarang sudah ditunjuk saya nggak etis kalau sebutkan, satu international company. Akan diputuskan lelangnya akhir Oktober, diputuskan lelangnya sudah ada satu operator. Yang ikut lelang ada puluhan dari Perancis, Australia, Singapura, Jepang, Korea, sudah terpilih satu nanti akhir Oktober.

Itu tidak membuat turis lokal kemahalan kan?
Kita akan bikin perbedaan antara turis internasional dan lokal.

Hide Ads