Mengupas Rencana Pendiri Bukalapak Mendigitalkan Bisnis Telkom

Wawancara Khusus Fajrin Rasyid

Mengupas Rencana Pendiri Bukalapak Mendigitalkan Bisnis Telkom

Trio Hamdani - detikFinance
Senin, 27 Jul 2020 09:15 WIB
Co-Founder dan CFO Bukalapak
Foto: detikINET/Adi Fida Rahman

- Anda melihat potensi bisnis digital di Indonesia seperti apa? Lalu bagaimana Telkom memanfaatkan potensi yang besar itu?

Pertama I guess everyone knows it is super big, right, (saya kira semua orang tahu itu super besar), besar banget lah (potensinya) dari berbagai aspek kita bisa melihat, dari sisi riset dari Google Temasek kalau enggak salah atau dari mana gitu ya, itu bilang yang tadinya 2018-2019 masih di angka US$ 40-an miliar, di tahun 2025 menjadi US$ 130-an miliar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jadi itu lebih dari tiga kali lipat dalam 6-7 tahun kan. Dari sisi user juga memang kita di Indonesia misalnya sebagai contoh, penetrasi internet rumah masih belum terlalu besar, masih sekitar 15% lah dari jumlah rumah di Indonesia. Kemudian dari sisi konsumsi data juga belum sebanyak negara-negara maju, bahkan dibandingkan negara tetangga kita juga masih kurang nih, di kita itu masih sekitar 5 giga lah per bulan. Sedangkan di beberapa negara tetangga itu sudah di atas itu sehingga masih sangat besar potensinya.

Dari sisi yang lain kalau kita bicara soal digital terkait dengan konsumen atau segmen yang menggunakan digital sendiri gitu ya, kita bicara soal UMKM deh, di Indonesia itu ada 60 juta lebih UKM dan kalau nggak salah baru 8 jutaan yang go online. Artinya sisanya masih besar sekali yang bisa kita ajak untuk bergabung ke online. Dan begitu juga di segmen-segmen lainnya.

ADVERTISEMENT

- Untuk belanja.com kalau dibandingkan Bukalapak kan kayaknya masih jauh banget. Anda melihatnya bagaimana untuk membesarkan belanja.com?

Saat ini mungkin yang bisa saya share saat ini kita fokus di B2B. Jadi kami melihat B2B ini sebagai segmen yang atraktif ya dan kita berapa bulan yang lalu sudah soft launch B2B ini dengan pemerintah juga. Jadi tunggu saja, mudah-mudahan akan grand launch dalam waktu dekat.

Ya namanya sudah sih, jadi namanya Padi UMKM. Jadi ini inisiatif yang kita buat yang terkait dengan B2B yang kita awali dari BUMN-BUMN di satu sisi sebagai buyer lah ya sebagai pembeli, dan UMKM di sisi lainnya. Jadi platform ini yang again mudah-mudahan akan diluncurkan dalam waktu dekat grand launch itu, pada intinya menghubungkan BUMN yang ingin istilahnya membeli menyediakan procurement untuk kebutuhan mereka, barang-barang tapi dari UKM. Jadi ini konsep di mana kita membangun platform yang mempertemukan antara BUMN dan UKM.

- Kalau untuk menyasar kalangan masyarakat sudah ada gambarannya belum rencana ke depannya seperti apa untuk belanja.com?

Ya tadi saya katakan, jadi memang fokus kita masih di B2B gitu ya. Jadi ditunggu saja untuk yang lainnya.

- Program-program lainnya yang sekarang lagi digagas apa saja di sektor digital?

Oh banyak banget. Tadi kan saya sudah mention ya contohnya kita punya aplikasi pendidikan namanya Pijar. Kemudian kita mengembangkan platform komunikasi juga UMeetMe, ChatAja, dan lain-lain. Kita punya aplikasi juga di bidang video ya UseeTV GO, itu juga kita kembangkan juga. Banyak di antara aplikasi yang kita buat juga bekerja sama dengan direktorat lain ataupun anak perusahaan Telkom juga.

Jadi sebagai contoh LangitMusik misalnya, nah itu kami kembangkan di tim saya, kasarnya ya bagaimana kita mengembangkan platform musik sendiri di Indonesia lah gitu kan, 11:12 lah sama yang luar, seperti itu, dan lain-lain banyak sekali. Dan yang kedua juga aplikasi digital yang kita kembangkan banyak juga yang bekerja sama, atau dalam proses lah ya seenggaknya dengan BUMN-BUMN lain karena kita melihat kita ini nggak sendiri apalagi kita sebagai BUMN kita punya salah satu tujuannya untuk membantu Indonesia, dan salah satu di antaranya adalah mencoba menjalin relationship juga dengan BUMN-BUMN lain, khususnya yang belum terlalu melek teknologi karena kan kita bergerak di bidang teknologi nih, sedangkan BUMN-BUMN lain mungkin ada yang ya industrinya agak jauh dari teknologi.

Nah daripada BUMN lain tersebut misalnya kalau mereka mengembangkan teknologi sendiri itu mungkin costly, mungkin ada jalan tengah yang bisa kita diskusikan dengan mereka yang win-win. Nah beberapa kita sudah mulai pilot memang belum besar tapi mudah-mudahan akan kita besarkan juga.

- Anda kan sebagai gambaran sosok direktur milenial di BUMN. Nah mungkin untuk memotivasi milenial di luar sana biar bisa sukses bagaimana?

Again, saya menganggap diri saya enggak sukses juga ya. Ini tantangan besar lah buat saya gitu kan, sebagai tadi satu, pihak yang diharapkan bisa membawa atau ikut membawa transformasi di digital service.

Dan yang kedua adalah sosok yang diharapkan juga bisa memberi contoh bagi milenial. Tapi tentu saja saya masih 1 bulan di sini, jadi saya juga belum bisa bilang kalau saya sukses. Cuma Mungkin beberapa hal yang pengin saya share kepada teman-teman milenial, yang pertama adalah teman-teman milenial ini biasanya karena pengaruh media sosial dan lain-lain itu satu sisi pengin punya achievement yang tinggi, kenapa? karena melihat temannya 'wah si ini jalan-jalan ke luar negeri nih' gitu ya, sebelum COVID lah, atau 'wah si ini ada achievement apa lah' gitu kan karena kalau milenial ada achievement diposting di Instagram kan atau sosial media lain. Padahal realitanya belum tentu yang diposting itu selamanya begitu.

Maksudnya begini, oke pas dia jalan-jalan diposting di Instagram tapi selama nggak jalan-jalan kan nggak diposting kan. Padahal jalan-jalannya mungkin sekali doang selama (beberapa waktu) ini. Jadi apa yang nampak di media sosial itu bisa jadi merupakan exaggerate situation (situasi yang berlebihan). Jadi sebenarnya katakanlah situasinya sebenarnya di sini (bawah) gitu ya, karena media sosial kesannya di sini (atas). Nah orang lain yang melihat itu kan di sini (atas) juga nih, melihatnya 'wah jauh nih' gitu kan seperti itu.

Satu sisi ini ada positifnya, positifnya apa? orang terdorong untuk bagaimana caranya saya di sini (bawah), teman saya di sini (atas), saya bisa juga naik, saya juga bisa berjuang supaya bisa lebih. Di sisi lain kadang-kadang jadinya melakukan berbagai cara agar naik kan. Jadi yang pertama yang mau saya tekankan adalah in doing anything please always start with the why. Jadi jangan sampai karena pengin sesuatu akhirnya menghalalkan segala cara.

First, think about the why first, kenapa sih saya mau melakukan hal ini, apakah saya misalnya mau cari kerjaan ngincar gaji doang? It's fine ngincar gaji. Tapi yang lebih penting sebenarnya cari why di belakangnya. Apa sih alasan yang mendasari kenapa kamu mau ke sana.

Another example adalah kalau kita pengin bikin startup ya. Nggak masalah sih bikin startup biar sukses ya karena mungkin melihat beberapa orang bikin startup kok kayaknya sukses kan. But also remember, orang bikin startup itu banyak yang gagal, lebih banyak yang gagal daripada yang sukses. So are we're ready to that.

Nah kalau kita punya a why yang baik gitu ya kenapa sih kita pengin melakukan sesuatu, kenapa sih saya pengin bikin startup. Kalau kita punya alasan yang kuat, itu kita akan lebih tidak mudah menyerah ketika kita menemui masalah, dibandingkan kalau misalnya saya pengin bikin startup biar cepat kaya. Ketika saya bikin startup 'wah ternyata susah ya padahal saya nggak kaya-kaya ya'. Akhirnya 'ya sudah lah saya malas ah, tutup lah startup-nya' gitu kan. Tapi kalau misalnya saya pengin bikin startup supaya saya bisa bantu petani agar mereka lebihmakmur, ketika kita menemui masalah dalam pengembangan startup itu, kita nggak akan atau lebih tidak mudah menyerah lah karena kita realize (menyadari) bahwa ada petani di sana yang terbantu melalui startup kita.

Nah ketika kita punya why yang bagus ini kita akan lebih terdorong untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada yang hopefully kalau misalkan berhasil itu kita juga akan terbawa sukses. Jangan mencari kayanya saja istilahnya gitu. Cari lah alasan-alasan yang kalau misalkan teman-teman bisa berhasil maka sukses itu Insyaallah akan mengikuti.

- Cukup menarik, tadi Anda menyinggung soal gaji. Nah sebenarnya gaji di Telkom sama pendapatan di Bukalapak lebih menguntungkan mana?

Hahaha, gaji Telkom itu bisa dilihat lah, kan perusahaan terbuka. Cari saja sendiri lah, hahaha. Gaji di Bukalapak saya nggak bisa share. Jadi saya unfortunately saya nggak bisa bilang. But again, intinya gini, intinya lagi-lagi sama, saya to be honest (sejujurnya) ya, saya bahkan nggak tahu gaji saya waktu saya masuk sini (Telkom) berapa, nggak tahu gitu lho. Kenapa? karena buat saya yang tadi, saya berharap bahwa saya masuk sini mudah-mudahan saya bisa berkontribusi untuk Telkom dan eventually (pada akhirnya) negeri ini. Kalau misalkan ternyata gajinya oke ya that's again, nice side effect tadi gitu kan. Tapi mudah-mudahan kontribusi itu yang akhirnya bisa menjadi dasar buat saya untuk bisa melihat apakah saya sukses apa nggak. And the end it's about that.


(toy/eds)

Hide Ads