Pernyataan Lengkap Gapensi soal BUMN Serakah Bikin Vendor Lokal Gigit Jari

Blak-blakan

Pernyataan Lengkap Gapensi soal BUMN Serakah Bikin Vendor Lokal Gigit Jari

Vadhia Lidyana - detikFinance
Jumat, 09 Apr 2021 13:50 WIB

Terkait pra-desain Istana Negara. Dari Gapensi bagaimana melihat wacana pembangunan ibu kota negara di Kalimantan Timur itu? Jika nanti BUMN diikuti dalam pembangunannya, begitu juga kontraktor lokal, bagaimana caranya agar kasus terlambat membayar itu tidak terulang?

Pertama, isu untuk rencana membangun suatu Ibu Kota Negara (IKN) baru dengan teknologi yang luar biasa, Gapensi pertama memberikan apresiasi. Tapi kita harus memahami dulu, bukan IKN dipindahkan ke sana, tetap di Jakarta dong. Tetapi membangun sebuah negara dengan tekonologi yang luar biasa. Itu tentunya membutuhkan tenaga kerja yang luar biasa, membutuhkan teknologi yang luar biasa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Anda bayangkan, itu membutuhkan alat yang bisa mengebor Kalimantan. Dia punya rencana kabel tidak lagi di atas, tapi di bawah. Dia punya saluran, gorong-gorong untuk dump truk bisa lewat, dia punya listrik, Telkom, PDAM masuk, ditata dengan sedemikian rupa. Menurut saya ini luar biasa.

Saya sudah melihat itu di Papua. Karena di Kuala Kencana Timika persis seperti itu. Anda masuk di hutan itu luar biasa desain kotanya. Saya pikir ini hal yang sangat baik. Kami dari Gapensi mengapresiasi itu. Tapi perlu perhitungan cermat terkait kondisi keuangan negara kita.

ADVERTISEMENT

Tetapi harus dibuat memang, harus dimulai agar menjadi percontohan supaya Kalimantan bisa tumbuh. Jangan sampai Kalimantan yang kaya raya dengan alamnya itu tidak merasakan apa-apa. Jangan sampai dia tidur di atas emas, tapi berdiri di atas duri. Jadi kalau kekayaan alamnya melimpah, tapi dia masih mati lampu, banjir. Jadi memang butuh perencanaan kota yang luar biasa.

Kami mengapresiasi dan menyambut baik. Sejak dulu kami mengatakan, jika IKN dibangun agar benar-benar melibatkan pengusaha-pengusaha lokal yang ada di sini. Tapi sekali lagi, pekerjaan ini kan membutuhkan peralatan yang luar biasa.

Tadi disebutkan kecanggihan Kuala Kencana di Timika. Apalah kecanggihan kota itu dibangun oleh kita, dengan alat-alat dari kita, atau dibangun oleh asing?

Saya mencontohkan bahwa pembangunan di Timika itu ketika zaman Pak Soeharto, 30 tahun yang lalu itu luar biasa. Masuk ke Kuala Kencana, perkotaan ditata sedemikian rupa, hutan tidak dirusak, tidak ada kabel listrik yang terlihat semua ditanam, tidak banjir, tidak ada genangan air. Menurut saya ini perencanaan luar biasa. Tapi, sayangnya yang bukan kita yang mengerjakan, terus terang saja Amerika yang mengerjakan.

Ini menurut saya Pak Soeharto memberikan contoh kepada kita, bagaimana cara membangun kota. Pertanyaan saya, selama 30 tahun berganti-ganti presiden ini, sudah beberapa kali berganti presiden. Kita ini asik saja membangun infrastrukturnya, tetapi tidak membangun industrinya.

Bayangkan 30 tahun. Ini loh tak bangunkan Kuala Kencana, supaya kalian bisa lihat bagaimana membangun kota ini. Nah itu menjadi contoh. Anda kalau ke luar Kuala Kencana, masuk Kabupaten Mimika, ya allah, jomplangnya seperti apa, dalam 1 kabupaten, lho ini. Seharusnya itu menjadi contoh.

Rumah sakit (RS)-nya luar biasa, pasarnya, malnya luar biasa. Penataan kota sekecil itu kalau dijadikan contoh ke seluruh negara kita, wah luar biasa.

Kita asik membangun jalan ini, jembatan ini, dan sebagainya. Tapi kita lupa, kita masih semua butuh, materialnya pun butuh. Yang jahatnya, tapi sekarang lagi gencar-gencarnya TKDN kita.

Ada pengusaha-pengusaha nakal yang membawa materialnya dari luar. Kita punya Krakatau Steel, kita punya Gunung Garuda, kita punya perusahaan-perusahaan besar pabrik baja. Tetapi nggak dipakai, yang dipakai itu adalah barang impor.

Ini penyebabnya banyak faktor. Kalau kebutuhannya kecil, tentu biaya produksinya lebih mahal. Kalau dari awal saja dibuka, di tahun 2001-2004 rencana pembangunan nasional akan membangun ini, membutuhkan pipa sebanyak ini, maka ini menjadi kompetisi. Semua kompetitor menyiapkan itu, menyiapkan industrinya untuk kebutuhan semen, baja, logam, membuat roadmap lah. Semua rantai pasok disiapkan. Maka, industrinya akan tumbuh. Negara wajib hadir. Jangan hanya berteriak meningkatkan TKDN, tapi tidak dibangun industrinya. Datangkan produk dari luar, ditempel label yang menyatakan bahwa ini produk dalam negeri ber-SNI.

Nah, sekarang Pak Menteri PUPR sedang membongkar ini. Kalau bukan produksi dalam negeri, bongkar. Contoh pertanian, segala macam. Bikinlah spesifikasi, jangan spesifikasi yang membutuhkan material dari luar, bikinlah spesifikasi yang materialnya dari dalam. Karena begitu banyak industri yang mati, 2 pabrik saya tutup karena nggak ada makanan. Kita juga banyak mengerjakan Bandara di Indonesia ini, ada sebagian belum terbayar.

Jadi menurut saya infrastruktur ini sudah baik, maka industrinya yang harus kita tumbuhkan. Ini perlu rantai pasok.

Kami dari Gapensi melakukan roadshow ke seluruh Indonesia tahun lalu. Tapi karena COVID-19 kita berhenti di provinsi yang ke-7 dalam rangka meningkatkan TKDN ini. Kemudian menggandeng pelaku-pelaku industri yang bermain di rantai pasok.

Contoh, KS menemani kita, Gunung Garuda, Bosowa, Semen Indonesia, dan sebagainya itu ikut bersama kita agar bagaimana TKDN itu lebih baik. Terutama nanti menghadapi Kalimantan. Semuanya kalau bisa kita ambil, kita kumpulkan semuanya material lokal di Kalimantan. Kecuali kalau ada pekerjaan konstruksi yang membutuhkan material luar, seperti bantalan kereta api, itu nggak bisa, mesti produksi dari luar. Tapi kalau namanya tiang-tiang yang dibikin PLN dengan daya 35.00 megawatt, ya ngapain impor? Kan bisa dibuat di dalam negeri. Tapi karena waktu, dari bikin pabriknya perlu waktu yang lama, pekerjaan kontrak kita terburu-buru, ya nggak ada cara lain teman-teman ambil impor, dan harganya pasti lebih murah.

Tapi kalau kita punya persiapan dulu, disiapkan pangsa pasarnya, pasti kita akan berkompetisi.

Untuk pembangunan IKN, persiapan kita berapa persen untuk bisa memenuhi kebutuhan dari dalam negeri?

(Separuhnya) bisa dong. Dan di Kalimantan kan memang sebagian besar bergantung pada daerah penopang seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Surabaya. Material rantai pasok itu datang dari luar, terutama pasir dan batu, serta split. Dan split itu bisa ribuan yang dibutuhkan, pasti ini datangnya dari batu. Jadi teman-teman stone grasser yang ada di Palu, bisnis batu pecah ini saya pikir jadi peluang yang luar biasa, termasuk dari Makassar dan Kendari. Ini yang ingin kami desain, ada suatu pengelolaan yang baik Kita main di rantai pasoknya.

Boleh Gapensi yang mengerjakan, boleh pihak lain. Tapi seluruh kebutuhan rantai pasok, itu dipasok oleh teman-teman Gapensi. Anda butuh batu, semen, alat berat, dan sebagainya ada di kita, tentunya tenaga kita tersertifikasi dengan baik. Maka kita ingin berperan di situ. Kalau peralatan nanti negara akan datangkan dengan peralatan yang dimiliki. Tapi komponen yang lain, menurut saya tidak ada kata lain selain menggunakan produksi dalam negeri secara besar.

Pada saat pembangunan IKN baru, pemerintah harusnya sudah buka. Proyek ini dibangun dari tahun sekian sampai tahun ketiga. Kebutuhan yang dibutuhkan adalah bla-bla-bla. Terutama aspal beton perlu kita angkat, ini produk dalam negeri. Aspal beton akan membutuhkan sekian, batu split sekian, pipa pancang sekian, dump truck sekian, alat berat sekian. Maka teman-teman yang ada dalam satu wadah itu, menyiapkan itu. Terutama teman-teman industri yang ada di daerah sekeliling itu disiapkan.

Kalau ini jalan, multiplier effect ke pengusaha lokal ini sangat baik. Tapi lagi-lagi kami berharap siapapun partner BUMN yang terlibat supaya memperhatikan pembayaran ke teman-teman pengusaha agar tidak terlambat bayarnya.


(vdl/zlf)

Hide Ads